Opinion
Beranda » Berita » Al-Mutakabbir : “Yang Maha Megah” atau “Yang Maha Besar”

Al-Mutakabbir : “Yang Maha Megah” atau “Yang Maha Besar”

Al-Mutakabbir : "Yang Maha Megah" atau "Yang Maha Besar"
Al-Mutakabbir : "Yang Maha Megah" atau "Yang Maha Besar"

SURAU.CO.Al Mutakabbir adalah salah satu dari Asmaul Husna yang berarti “Yang Memiliki Segala Keagungan” atau “Yang Maha Agung”. Sifat ini menunjukkan bahwa hanya Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Tinggi di atas segala keburukan serta tidak ada makhluk yang menyamai-Nya. Dengan mengimani sifat Al Mutakabbir, seorang Muslim seharusnya menghindari sifat sombong. Dan selalu bersyukur karena segala sesuatu adalah titipan dan kekuasaan Allah SWT.

Hanya Allah SWT yang memiliki kebesaran dan keagungan yang tidak terbatas. Selanjutnya, Allah SWT Maha Tinggi dari segala sesuatu yang kurang dan Maha Tinggi dari segala sifat makhluk-Nya. Dengan demikian, Allah Mahabesar, sehingga Dia tidak berbuat salah atau zalim kepada hamba-Nya. Karena tidak ada keburukan keluar dari-Nya.

Al-Qur’an menyebutkan nama dan sifat Al Mutakabbir, salah satunya dalam Surah Al-Hasyr ayat 23. Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, dan Yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Surat Al-Hasyr Ayat 23

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab-Latin: Huwallāhullażī lā ilāha illā huw, al-malikul-quddụsus-salāmul-mu`minul-muhaiminul-‘azīzul-jabbārul-mutakabbir, sub-ḥānallāhi ‘ammā yusyrikụn

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Mengimani bahwa hanya Allah yang Maha Besar akan menghindarkan seorang Muslim dari sifat sombong (takabur) dengan harta, jabatan, atau status sosial. Menyadari bahwa segala hal yang dimiliki adalah titipan Allah akan menumbuhkan rasa syukur yang mendalam. Sifat ini mengajarkan untuk menghormati sesama Muslim dan tidak meremehkannya, karena hanya Allah yang memiliki kebesaran mutlak.

Kata Al-Mutakabbir berasal dari akar kata Arab kabura (كبر) yang berarti “besar”. Dari kata dasar tersebut, terbentuklah kata kerja takabbara yang memiliki makna menjadi besar, agung, atau memiliki kebesaran. Dalam konteks Asmaul Husna, Al-Mutakabbir merujuk pada Allah yang memiliki segala keagungan dan kebesaran, yang berbeda dengan manusia yang memiliki sifat sombong yang tercela.

Tujuan pengamalan Asmaul Husna Al-Mutakabbir

Tujuan pengamalan Asmaul Husna Al-Mutakabbir bagi seorang muslim adalah untuk menghiasi diri dengan sifat rendah diri (tawadhu), tidak bersikap sombong (takabur) yang hanya milik Allah. Serta memohon hanya pertolongan kepada Allah SWT. Dengan memahami keagungan mutlak Allah, hamba akan menyadari kelemahan diri dan menjauhi kesombongan. Serta meneladani sikap rendah hati dan tunduk kepada ketentuan Allah.

  1. Menjauhi Kesombongan:

Mengimani Al-Mutakabbir membuat seorang hamba menyadari kelemahan diri sebagai makhluk Allah, sehingga tidak pantas bersifat sombong atas harta, jabatan, atau gelar yang dimiliki.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

  1. Meneladani Ketaatan:

Al-Mutakabbir menjadi teladan bagi manusia untuk bersikap tawadhu (rendah hati), tunduk, dan patuh kepada Allah SWT, serta hanya memohon pertolongan kepada-Nya.

  1. Menghargai Makhluk Lain:

Mengingat kebesaran Allah dapat menumbuhkan sifat tidak merendahkan orang lain, karena mungkin saja mereka memiliki derajat yang lebih tinggi di sisi Allah.

  1. Mengikhlaskan Ibadah:

Dengan menyadari bahwa Allah tidak membutuhkan ibadah dari makhluk-Nya, seorang muslim akan semakin ikhlas dalam beribadah dan mengamalkan kebaikan.

Kesimpulan, Al-Mutakabbir adalah salah satu dari Asmaul Husna (nama-nama indah Allah) yang berarti “Yang Maha Agung” atau “Yang Memiliki Segala Keagungan”. Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta pantas menyandang sifat ini. Asmaul Husna ke-10 adalah Al-Mutakabbir (المتكبر), yang berarti “Yang Maha Megah” atau “Yang Maha Besar”. Nama ini menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah SWT yang sempurna, tidak ada makhluk yang dapat menandingi kebesaran-Nya. Makna dari nama ini adalah bahwa Allah SWT memiliki kebesaran dan keagungan yang mutlak, dan segala sesuatu tunduk pada kebesaran-Nya.

Al-Mutakabbir  merupakan pemahaman bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Agung dan Pemilik Segala Keagungan, yang hanya Dia yang berhak memiliki sifat kesombongan dan kebesaran. Sementara itu, bagi manusia, pemahaman ini mengilhami perilaku rendah hati (tawadhu’), tidak sombong (takabur), dan selalu memohon pertolongan. Serta berserah diri kepada kebesaran Allah SWT. Seorang Muslim harus menunjukkan sifat rendah diri dan hormat kepada sesama. Serta mengakui kebesaran Allah sebagai Zat yang berkuasa atas segalanya. (Budi: mengutip dari berbagai sumber).

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement