SURAU.CO. Masih dalam semarak bulan Rabi‘ul Awwal, umat Islam senantiasa merasakan getaran hati yang berbunga-bunga. Bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw selalu diiringi rasa syukur dan cinta yang meluap. Masjid, langgar, dan majelis shalawat menjadi pusat perayaan, tempat doa dan pujian bergema dengan penuh khidmat.Di antara bacaan yang paling sering dilantunkan adalah Qashidah Burdah, mahakarya abadi Imam al-Būṣīrī. Namun, karya ini bukan sekadar rangkaian syair indah, melainkan sebuah perjalanan ruhani—kisah cinta dan kerinduan mendalam seorang hamba kepada Rasulullah Saw.
Biografi Singkat Penyusun
Imam al-Būṣīrī memiliki nama lengkap Muhammad bin Sa‘id bin Hammad bin Abdullah ash-Shanhaji al-Būṣīrī al-Mishri. Beliau lahir di desa Dalas, Mesir, pada tahun 609 H dan wafat pada 696 H dalam usia 87 tahun. Nisbat “al-Būṣīrī” disandarkan pada desa Bushir, tempat asal ayahnya.
Sejak kecil, beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mencintai ilmu. Al-Būṣīrī belajar al-Qur’an langsung dari ayahnya, kemudian melanjutkan pengembaraan ilmu kepada banyak ulama besar. Salah satu gurunya adalah Syekh Abul ‘Abbas al-Mursi, murid utama Imam Abu Hasan as-Syadzili. Dari jalur inilah, al-Būṣīrī mewarisi tradisi sufi yang penuh cinta, kerendahan hati, dan kedekatan spiritual kepada Rasulullah Saw.
Sebagai seorang penyair, al-Būṣīrī sering memakai diksi yang puitis, metafora yang halus, dan kemampuan memadukan keindahan bahasa dengan kedalaman makna. Ia menulis sejumlah qashidah besar, di antaranya al-Hamziyyah, al-Daliyyah, dan al-Mudhriyyah. Namun, di antara semua karya tersebut, al-Burdah-lah yang menjadikannya abadi dalam sejarah—sebuah syair yang melampaui sekadar karya sastra, karena mengandung getaran ruhani dan cinta mendalam kepada Rasulullah Saw.
Kisah Penyusunan yang Sarat Keberkahan
Kitab al-Burdah lahir dari pergulatan ruhani yang begitu mendalam. Pada suatu masa, Imam al-Būṣīrī jatuh sakit parah hingga lumpuh dan tak berdaya. Dalam kepasrahan itu, ia meyakini bahwa hanya Rasulullah Saw yang mampu menolong dan memberi syafaat. Dari rasa rindu, pengakuan dosa, dan doa yang tak henti, lahirlah bait-bait syair indah yang kelak abadi.
Ketika qashidah itu rampung, sebuah mimpi datang membawa cahaya. Imam al-Būṣīrī melihat Rasulullah Saw menyelimutinya dengan burdah, jubah penuh keberkahan. Seketika tubuhnya pulih, dan saat terbangun ia benar-benar sembuh dari lumpuh. Sejak saat itu, qashidah ini lebih masyhur dengan nama al-Burdah, selendang kasih sayang yang menjadi simbol syafaat Nabi.
Dari kisah ini kita belajar, bahwa sakit bisa melahirkan doa, kelemahan bisa menumbuhkan kekuatan, dan kepasrahan bisa membuka jalan bagi rahmat Ilahi. Burdah bukan sekadar syair, melainkan pengingat bahwa cinta kepada Rasulullah Saw selalu menghadirkan keselamatan. Dalam salah satu baitnya, al-Būṣīrī menulis dengan penuh pengagungan
“فَإِنَّ مِنْ جُودِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا
وَمِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمَ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ”
Artinya: “Sesungguhnya, dari kemurahanmu lahirlah dunia dan akhirat; dan dari ilmumu terpancar ilmu Lauh dan Qalam.”
Syair ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyaingi Allah Swt. Sebaliknya, ia adalah ungkapan simbolis bahwa Rasulullah Saw merupakan perantara terbesar rahmat dan ilmu-Nya bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah jalan kasih sayang Ilahi yang menghubungkan langit dan bumi, serta pengantara doa seorang hamba menuju Tuhannya. Dari kesadaran inilah lahir keyakinan bahwa Burdah mampu menghadirkan kesembuhan, menumbuhkan ketenangan, dan memancarkan keberkahan. Namun, semua itu tidak semata karena bait-bait indahnya, melainkan karena cinta dan ikhlas yang mengiringi setiap pembacaannya. Ketika hati luluh dalam kerinduan kepada Rasulullah Saw, saat itulah syair ini menemukan makna terdalamnya.
Karamah Burdah
Sejak abad pertengahan hingga kini, banyak kisah karamah Burdah yang melegenda dan para ulama telah meriwayatkannya.
- Kesembuhan dari penyakit: Ada riwayat tentang orang yang sakit mata parah. Ia bermimpi diminta meletakkan lembaran Burdah di matanya. Ketika ia bangun, ia melakukannya. Atas izin Allah Swt, penglihatannya kembali normal.
- Terpenuhi hajat: Banyak umat Muslim membaca Burdah sebagai wirid. Tujuannya adalah untuk memohon kemudahan hidup. Mereka merasakan doa-doa mereka terkabul.
- Penolak bala: Sebagian masyarakat meyakini bahwa rumah atau majelis yang mengumandangkan Burdah akan terjaga dari marabahaya.
Banyak para ulama menjelaskan bahwa Burdah telah terbukti menjadi wasilah doa bagi banyak orang. Namun, para ulama mengingatkan: keberkahan itu bukan karena bait syair semata. Keberkahan datang karena ia adalah sarana menumbuhkan cinta kepada Rasulullah Saw.
Isi dan Struktur Kitab
Burdah berjudul lengkap al-Kawākib al-Durriyah fī Madḥ Khayr al-Bariyyah. Artinya adalah “Bintang-Bintang Gemerlap dalam Pujian kepada Makhluk Terbaik”. Karya ini terdiri dari lebih dari 160 bait syair yang isi pokoknya meliputi:
- Muqaddimah – Peringatan tentang hawa nafsu dan ajakan bertaubat.
- Pujian kepada Rasulullah Saw – Akhlak mulia dan kemuliaan beliau.
- Kisah perjuangan Nabi Saw – Dakwah, jihad, dan keteguhan hati.
- Syafaat Nabi Saw – Harapan akan pertolongan beliau di akhirat.
- Doa penutup – Permohonan ampunan dan keselamatan bagi penulis dan umat Islam.
Qashidah Burdah dan Relevansi Kini
Di tengah arus modernitas, Burdah tetap relevan. Ia hadir sebagai pengingat untuk menundukkan hawa nafsu, menjaga kesucian hati, dan terus meneguhkan cinta kepada Rasulullah Saw. Dengan begitu, Burdah tidak sekadar menjadi bacaan tradisi, melainkan cahaya yang membimbing umat melintasi zaman
Shalawat Burdah karya Imam al-Būṣīrī bukan sekadar lantunan syair. Lebih dari itu, ia menjelma sebagai jembatan ruhani yang menghubungkan seni, sastra, dan spiritualitas kerinduan kepada Rasulullah Saw. Dari kisah penyusunannya yang sarat magis dan keberkahan, hingga karamah yang diwariskan lintas generasi, Burdah terus menyalakan harapan dan cinta. Tradisi pembacaannya yang tak pernah padam menjadikan karya ini bukan hanya warisan sejarah, melainkan napas yang senantiasa hidup di hati umat, sebuah karya abadi yang melintasi zaman. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
