Khazanah
Beranda » Berita » Harta Halal dan Haram dalam Perspektif Islam

Harta Halal dan Haram dalam Perspektif Islam

Harta Halal dan Haram dalam Perspektif Islam
Ilustrasi AI (sumber gambar:gemini.google.com)

SURAU.CO – Status halal dan haram adalah hal yang asasi dalam ajaran agama Islam. Sesuatu yang awalnya bernilai positif bisa jadi berubah 180 derajat imbas dan nilainya karena perubahan status dari halal menjadi haram.

Adapun sumber dan dampak harta yang halal telah terpahami secara jelas oleh mayoritas umat Islam, seperti keberkahan dalam harta, kemudahan beramal saleh, pelipat gandaan pahala dan kenikmatan dari Allah SWT, dan lain sebagainya.  Sementara itu, mengenai harta haram, hal ini masih sangat minim diketahui secara jelas oleh umat Islam hari ini sehingga banyak di antara mereka terjatuh di dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

Sumber harta haram

Sumber harta yang haram meliputi pekerjaan yang mengandung unsur kezaliman, merampas hak orang lain tanpa jalan yang dibenarkan syariat, memperoleh sesuatu yang tidak diimbangi dengan pekerjaan atau pengorbanan yang setimpal, harta yang dihasilkan melalui jual beli barang haram, dan atau harta yang diperoleh melalui cara kerja yang tidak dibenarkan oleh syariat.
Allah SWT berfirman:

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 188)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dampak dari harta yang haram yakni mereka telah mendurhakai Allah SWT, berdasarkan firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 168)

Harta yang masuk dalam tubuh manusia berhubungan dengan amal jasadi, berdasarkan firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mu’minun [23]: 51)

Keterkaitan antara amal saleh dengan pangan

Amal saleh memiliki keterkaitan erat dengan pangan. Ketika seorang muslim mengonsumsi makanan dan minuman yang halal—baik dari sisi zat maupun cara memperolehnya—maka tubuhnya akan lebih mudah terdorong untuk melakukan amal kebaikan. Sebaliknya, bila yang ia konsumsi berasal dari sesuatu yang haram, tubuh yang tumbuh dari makanan itu akan cenderung mengarah pada perbuatan mungkar.

Allah SWT menggambarkan orang-orang yang suka memakan harta haram menyerupai perilaku kaum Yahudi, sebagaimana firman-Nya:

وَتَرَىٰ كَثِيرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” (Q.S. al-Maidah [5]: 62)

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Makanan yang berasal dari harta haram juga menjadi penghalang terkabulnya doa. Rasulullah SAW bersabda:
“Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang, berambut acak-acakan dan warna kulitnya berubah, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berdoa),
“Wahai Rabku, wahai Rabku!” Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia makan dengan sesuatu yang haram; maka bagaimana mungkin doanya terkabul?” (H.R. Muslim)

Lebih dari itu, bahaya terbesar dari memakan harta haram adalah ancaman siksa api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Harta yang tumbuh dari harta yang haram, maka neraka lebih berhak atasnya.” (H.R. Ahmad)

Penyebab kemunduran Umat

Harta haram juga menjadi salah satu penyebab kemunduran, kehinaan, dan keruntuhan umat. Rasulullah SAW bersabda:
“Bila kalian melakukan transaksi ribawi, tunduk dengan harta kekayaan (hewan ternak), mengagungkan tanaman dan meninggalkan jihad niscaya Allah SWT timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan  dijauhkan dari kalian hingga kalian kembali kepada syariat Allah SWT
(dalam seluruh aspek kehidupan kalian).” (H.R. Abu Daud)

Islam sendiri menegakkan mekanisme berbasis spiritual untuk menjaga keadilan sosial dalam setiap aktivitas ekonomi. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa ketimpangan distribusi kekayaan merupakan akar dari banyak konflik, baik pada tingkat individu maupun sosial. Karenanya, pencapaian kebahagiaan sejati hanya mungkin tercapai bila manusia berpegang pada prinsip moral serta berdisiplin dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata.(St.Diyar)

Referensi: Azharsyah Ibrahim, dkk, Pengantar Ekonomi Islam, 2021.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement