Kisah
Beranda » Berita » Kisah Ar-Razi: Dokter Jenius dengan Metode Pengobatan di Luar Kebiasaan

Kisah Ar-Razi: Dokter Jenius dengan Metode Pengobatan di Luar Kebiasaan

Kisah Ar-Razi: Dokter Jenius dengan Metode Pengobatan di Luar Kebiasaan
Ilustrasi AI (sumber gambar: gemini.google.com)

SURAU.CO – Ar-Razi, seorang dokter jenius dari dunia Islam, terkenal bukan hanya karena ilmunya yang luas, tetapi juga karena kecerdikan dan metode pengobatannya yang sering kali tidak umum. Sejarawan dan orientalis Edward Granaviel Brown dalam buku Ath-Thibbul Arabi mencatat satu kisah menarik yang menunjukkan keunggulan Ar-Razi dalam bidang kedokteran dan kemampuannya dalam mengobati orang sakit.

Undangan dari pangeran

Ar-Razi mendapat undangan dari  As-Sughad, salah satu wilayah Farghana (sekarang Tajikistan), untuk mengobati seorang pangeran yang menderita sakit rematik hingga tidak mampu bergerak dan berjalan. Padahal, ia telah berobat ke banyak dokter sebelumnya.

Ketika Ar-Razi tiba di negeri itu, ia harus menyeberangi Sungai Umudaria. Ia merasa takut melihat luasnya sungai, sedangkan perahu yang akan membawanya sangat kecil. Maka ia pun enggan menyeberang. Akan tetapi, utusan pangeran itu mengulurkan tangannya, menariknya naik ke atas perahu, lalu menyeberangkannya meski ia tidak mau. Para utusan tetap menghormatinya dan memohon maaf atas perlakuan mereka demi kesembuhan sang pangeran.

Cara pengobatan tak biasa

Setibanya di kediaman pangeran, Ia mencoba mengobati pangeran dengan berbagai cara, namun semuanya gagal. Sang dokter kemudian membuat keputusan dan berkata kepada sang pangeran:

“Besok akan saya coba cara pengobatan baru. Namun, untuk cara ini Tuan harus menyiapkan kuda dan keledai terbaik untuk membawa Tuan.”

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Sang pangeran setuju dan menyiapkan dua hewan tunggangan itu.

Insiden di pemandian air panas

Keesokan harinya, Ar-Razi pergi bersama sang pangeran ke pemandian air panas di luar kota. Ia meletakkan kuda dan keledainya tidak jauh dari tempat itu. Lalu ia masuk ke dalam pemandian air panas bersama pangeran. Ar-Razi merendam pangeran berkali-kali dan memberinya ramuan yang sudah ia persiapkan. Setelah itu, ia keluar sebentar untuk mengenakan kembali pakaiannya, lalu masuk lagi ke ruang pemandian dengan membawa pisau.

Ia mengancam sang pangeran seraya berkata:

“Engkau telah menyuruh utusanmu menarikku ke atas perahu dan memaksaku. Sekarang aku akan membunuhmu sebagai balasan atas perbuatan utusanmu.”

Pengejaran Ar-Razi

Mendengar itu, pangeran sangat marah dan ketakutan. Ia berlari dengan kedua kakinya, tanpa sadar bahwa ia sudah bisa bergerak. Pada saat itu, Ar-Razi segera keluar dari pemandian menuju anaknya yang sedang menunggu dengan dua hewan tunggangan. Ia kabur sekuat tenaga, memacu kudanya, dan tidak berhenti sampai melihat sungai. Dari sana ia berputar menuju daerah Marwa.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Kemudian Ar-Razi menulis surat kepada sang pangeran. Surat itu dibuka dengan doa, lalu menjelaskan bahwa jika pengobatan dilakukan dengan cara biasa, kesembuhannya akan berlangsung lama. Karena itu, ia menggunakan cara yang tidak biasa, yang justru membuat sang pangeran bisa berlari setelah meminum ramuannya. Ia menutup suratnya dengan kalimat:

“Namun, tidak baik jika kita berjumpa lagi setelah ini.”

Setelah kemarahan sang pangeran mereda dan ia menyadari bahwa dirinya telah mampu berjalan, barulah ia mengerti maksud Ar-Razi. Ia bahkan kagum dengan kecerdikan sang dokter. Pangeran pun memerintahkan pengawalnya mencari Ar-Razi ke mana-mana tanpa henti.

Satu minggu kemudian, anak Ar-Razi datang untuk mengembalikan kuda dan keledai kepada sang pangeran, seraya menyerahkan sepucuk surat dari ayahnya. Sebagai balasan, pangeran memberikan hadiah besar kepada Ar-Razi dan tunjangan tahunan sebesar seribu dinar. Selain itu, anaknya  juga pulang membawa dua ratus keledai yang penuh dengan gandum.

Kisah ini menunjukkan bahwa Ar-Razi tidak hanya mengandalkan obat-obatan dan teori kedokteran, tetapi juga kecerdikan, keberanian, dan pemahaman mendalam tentang psikologi pasien. Perpaduan antara ilmu medis dan strategi unik inilah yang membuatnya dikenang sepanjang sejarah sebagai salah satu dokter terbesar dalam peradaban Islam.(St.Diyar)

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam

Referensi: Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, 2007.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement