Opinion
Beranda » Berita » Syukur Adalah Bunga, Mekar di Tanah Hati yang Pasrah

Syukur Adalah Bunga, Mekar di Tanah Hati yang Pasrah

Bunga syukur mekar di tanah pasrah
Ilustrasi syukur sebagai bunga yang tetap mekar meski tumbuh di tanah gersang.

Syukur adalah bunga yang tumbuh di tanah hati manusia yang pasrah. Dalam kehidupan sosial kita di Indonesia—di tengah hiruk pikuk kerja, keresahan ekonomi, dan kegelisahan spiritual—syukur hadir sebagai cahaya lembut yang menenangkan. Seperti ditulis Abu Thalib al-Makki dalam Qūt al-Qulūb, syukur merupakan pintu menuju cinta Tuhan.

Abu Thalib al-Makki, seorang ulama besar abad ke-10, lahir di Makkah dan wafat di Baghdad pada tahun 386 H. Karyanya, Qūt al-Qulūb fī Mu‘āmalat al-Maḥbūb wa Waṣf Ṭarīq al-Murīd ilā Maqām al-Tawḥīd, bukan sekadar kitab tasawuf, melainkan peta perjalanan hati menuju Allah. Ia menekankan tiga pilar utama: syukur, sabar, dan zikir.

Hati yang Berbunga di Tengah Luka

Di sebuah desa kecil di Jawa, seorang petani bernama Samin pernah berkata kepada saya ketika sawahnya gagal panen:
“Mas, aku tetap makan apa adanya. Rejeki ora mung saka pari. Gusti ora sare.”
(Gusti Allah tidak pernah tidur).

Dialog itu terdengar seperti denting lembut yang membangunkan kesadaran. Ternyata, syukur tidak menunggu nikmat berlimpah. Sebaliknya, ia hadir justru ketika hati mampu berterima kasih meski nikmat ditahan.

Abu Thalib al-Makki menulis:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

اَلشُّكْرُ مَقامٌ عَظِيمٌ، لا يَبْلُغُهُ إِلّا مَنْ عَرَفَ الْمُنعِمَ فِي كُلِّ حالٍ

“Syukur adalah maqam yang agung, hanya bisa diraih oleh orang yang mengenal Sang Pemberi nikmat dalam setiap keadaan.”

Syukur sebagai Nafas Kehidupan

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu’.” (QS. Ibrahim: 7).

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Ayat ini bukan sekadar janji. Lebih dari itu, ia menyimpan rahasia spiritual. Dengan syukur, hati membuka ruang bagi anugerah baru, seperti tanah yang subur menanti hujan.

Abu Thalib al-Makki menjelaskan lebih lanjut:

اَلشُّكْرُ يَحْفَظُ النِّعْمَةَ وَيَجْلِبُ الزِّيادَةَ، وَالْكُفْرُ يَجْلِبُ الزَّوالَ

“Syukur menjaga nikmat dan mendatangkan tambahan, sedangkan kufur menghilangkan nikmat.”

Pelajaran dari Kehidupan Sehari-hari

Di Jakarta, banyak orang sibuk mengejar karier hingga lupa mensyukuri kesehatan dan keluarga. Seorang sahabat pernah berkata di sebuah kafe:
“Kadang aku iri melihat orang sukses. Tetapi ketika anakku tertawa, aku merasa lebih kaya dari siapapun.”

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Saya terdiam. Saat itu saya sadar, syukur tidak selalu berbentuk saldo bank. Ia bisa berupa senyum anak, udara segar, atau napas yang masih dipinjamkan.

Abu Thalib al-Makki pun kembali mengingatkan:

اَلشُّكْرُ مَعرِفَةُ الْعَبدِ بِنِعَمِ اللهِ عَلَيْهِ، ثُمَّ حِفْظُهُ لَها، ثُمَّ اِسْتِعْمالُهُ لَها فِي طاعَةِ اللهِ

“Syukur adalah pengenalan seorang hamba terhadap nikmat Allah, lalu menjaganya, lalu menggunakannya untuk taat kepada Allah.”

Menyiram Bunga Syukur

Agar bunga syukur terus tumbuh, kita perlu menyiraminya dengan langkah nyata:

  1. Awali hari dengan kesadaran. Sebutkan tiga hal kecil yang bisa disyukuri, misalnya udara pagi, segelas teh hangat, atau doa ibu.

  2. Ucapkan Alhamdulillah. Lakukan setelah setiap peristiwa, baik yang manis maupun pahit.

  3. Berbagi rezeki. Sisihkan sebagian, sekecil apapun, untuk orang lain.

  4. Tuliskan dalam jurnal. Catat nikmat harian agar hati tidak lupa.

Riset psikologi positif (Emmons & McCullough, 2003) membuktikan bahwa menulis jurnal syukur selama 10 minggu meningkatkan rasa bahagia, menurunkan stres, dan memperbaiki kesehatan fisik. Sementara itu, tradisi slametan atau doa bersama di masyarakat kita menunjukkan bentuk syukur kolektif. Kebersamaan seperti ini menumbuhkan harapan di tengah kesulitan sosial.

Syukur dan Cinta

Abu Thalib al-Makki menutup pelajaran tentang syukur dengan kalimat penuh makna:

اَلشُّكْرُ يُورِثُ الْمَحَبَّةَ، فَمَنْ شَكَرَ اللهَ أَحَبَّهُ اللهُ

“Syukur menumbuhkan cinta. Siapa yang bersyukur kepada Allah, Allah pun akan mencintainya.”

Syukur itu bunga. Meski tampak rapuh, ia memancarkan harum yang menguatkan jiwa. Bahkan, ketika dunia terasa sempit, syukur mampu membuka jendela langit.

Penutup

Semoga kita selalu menanam bunga syukur di tanah hati yang pasrah. Jika bunga itu mekar, semesta pun ikut tersenyum.

اللهم اجعلنا من الشاكرين لأنعمك، ومن الذاكرين لفضلك، ومن الراضين بحكمك

(Amin. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang bersyukur atas nikmat-Mu, yang selalu mengingat karunia-Mu, dan yang ridha dengan ketentuan-Mu).

Dan engkau, sudahkah menanam bunga syukur di hatimu hari ini?

* Sugianto al-Jawi, Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement