SURAU.CO – Manusia modern menghabiskan hidupnya dalam perburuan fatamorgana yang mereka sebut “kebahagiaan”. Mereka mencarinya di tumpukan harta, di puncak karier, dan di gemerlap popularitas. Namun, semakin kencang mereka berlari, semakin jauh kebahagiaan itu terasa. Padahal, Islam telah menunjukkan sebuah oase kebahagiaan yang sejati. Oase ini tidak terletak di dunia luar, melainkan tersembunyi di dalam dada orang-orang yang istimewa: Para Ahli Qur’an.
Kebahagiaan Ahli Quran bukanlah kebahagiaan yang euforia dan sesaat. Sebaliknya, ia adalah sakinah, sebuah ketenangan jiwa yang mengakar kuat. Ia juga merupakan sebuah kehormatan yang tidak bisa dibeli dengan seluruh isi bumi, karena status mereka bukanlah status biasa. Mereka adalah “Keluarga Allah” di muka bumi. Adapun penjelasan lebih lanjut berikut ini.
Pertama: Mendefinisikan Sang Ahli Qur’an
Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus meluruskan pemahaman. Siapakah sebenarnya Ahlul Quran (Ahli Qur’an) itu? Banyak orang keliru mengira bahwa mereka hanyalah para penghafal (huffazh). Tentu, menghafal Al-Qur’an adalah sebuah kemuliaan yang agung. Akan tetapi, cakupan Ahli Qur’an jauh lebih luas dari itu.
Mereka adalah orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk Al-Qur’an. Sebuah dedikasi yang termanifestasi dalam lima pilar interaksi:
-
Tilawah: Lisan mereka basah dengan bacaan Al-Qur’an setiap hari.
-
Hifzh: Hati mereka menjadi wadah untuk menjaga hafalan firman-Nya.
-
Tadabbur: Akal mereka aktif merenungkan makna dan hikmah di setiap ayat.
-
‘Amal: Anggota tubuh mereka menjadi saksi hidup dari pengamalan ajaran Al-Qur’an.
-
Dakwah: Waktu mereka tercurah untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain.
Seseorang yang konsisten dalam lima pilar inilah yang layak menyandang gelar mulia tersebut.
Kedua: Status Tertinggi sebagai “Keluarga Allah”
Keistimewaan mereka ditegaskan langsung oleh lisan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits yang menggetarkan hati, beliau memberikan sebuah gelar yang tidak pernah diberikan kepada kelompok lain. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Mereka adalah Ahli Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
“Keluarga Allah” (Ahlullah) di sini tentu bukanlah hubungan nasab, melainkan sebuah kiasan tingkat tinggi. Ia menunjukkan sebuah kedekatan, kecintaan, dan perhatian khusus dari Allah. Sebagaimana seseorang memberikan perhatian lebih kepada keluarganya, begitulah Allah memberikan perhatian-Nya kepada para Ahli Qur’an.
Ketiga: Sumber Kebahagiaan yang Abadi
Dari status agung inilah lahir kebahagiaan sejati mereka. Kebahagiaan yang tidak bergantung pada fluktuasi pasar saham atau jumlah pengikut di media sosial. Sebab, sumber kebahagiaan mereka bersifat internal dan abadi, yaitu Al-Qur’an itu sendiri.
- Saat dunia terasa sempit, Al-Qur’an menjadi kelapangan bagi mereka.
- Saat jiwa terasa cemas, Al-Qur’an menjadi penenang bagi mereka.
- Saat mereka tersesat dalam pilihan, Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi mereka.
- Saat mereka merasa sendirian, Al-Qur’an menjadi sahabat terbaik bagi mereka.
Hati yang telah merasakan manisnya berinteraksi dengan Kalamullah tidak akan lagi silau dengan manisnya dunia yang menipu.
Keempat: Manifestasi dalam Akhlak dan Kehidupan
Kebahagiaan ini bukanlah sebuah klaim abstrak. Sebaliknya, ia terpancar nyata dalam akhlak dan perilaku mereka. Ketenangan dari Al-Qur’an membuat mereka tidak mudah panik menghadapi masalah. Hikmah dari Al-Qur’an membuat mereka bijaksana dalam mengambil keputusan. Cahaya dari Al-Qur’an membuat wajah mereka berseri dan meneduhkan.
Mereka mungkin tidak memiliki istana di dunia. Akan tetapi, mereka memiliki “istana” di dalam jiwa mereka. Sebuah istana ketenangan yang tidak akan pernah bisa diruntuhkan oleh badai duniawi.
Puncak Kemuliaan: Syafaat di Hari Kiamat
Kebahagiaan ini tidak berhenti di dunia, bahkan akan mencapai puncaknya di akhirat. Kelak, Al-Qur’an, sahabat mereka di dunia, akan datang dalam wujud nyata. Ia akan menjadi pembela dan pemberi syafaat bagi mereka. Ia akan mengangkat derajat mereka di surga setinggi hafalan dan amalan mereka.
Maka, menjadi Ahli Qur’an bukanlah tentang menjadi manusia super. Sebaliknya, ini adalah tentang memilih sumber kebahagiaan yang benar. Di saat orang lain menggali kebahagiaan dari tanah dunia yang kering, mereka menggali dari samudra wahyu yang tak bertepi. Itulah pilihan yang akan menentukan nasib kita, baik di dunia ini, maupun di akhirat nanti.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
