Khazanah
Beranda » Berita » Paradoks Persahabatan: Siapa Teman Sejatimu di Hari Kiamat?

Paradoks Persahabatan: Siapa Teman Sejatimu di Hari Kiamat?

Persahabatan dalam islam. Sumber: canva.com

SURAU.CO – Persahabatan adalah salah satu pilar kebahagiaan manusia di dunia. Kita berbagi tawa, keluh kesah, dan rahasia dengan teman-teman akrab kita. Ikatan ini terasa begitu kuat, seolah akan abadi selamanya. Namun, Al-Qur’an datang dengan sebuah “paradoks” yang mengejutkan. Sebuah realita akhirat yang akan menguji ulang hakikat dari setiap ikatan yang kita jalin di dunia. Pada hari itu, persahabatan yang paling erat sekalipun berpotensi berbalik menjadi permusuhan yang paling sengit.

Kecuali satu jenis persahabatan. Inilah yang menjadi pembeda. Inilah batu uji yang akan menyaring mana teman sejati dan mana teman semu. Memahami hakikat persahabatan di Hari Kiamat akan memaksa kita untuk mengaudit kembali lingkaran pertemanan kita hari ini. Karena taruhannya bukanlah sekadar perpisahan, melainkan keselamatan abadi.

Pembalikan Agung di Padang Mahsyar

Allah SWT melukiskan pemandangan dramatis ini dalam Al-Qur’an. Sebuah ayat yang seharusnya membuat kita merenung panjang. Allah berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Pentingnya Akhlak Mulia

Mengapa terjadi pembalikan yang begitu dahsyat? Karena di Hari Kiamat, tabir kepura-puraan akan tersingkap. Setiap orang akan sibuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dan mekanisme pertahanan diri yang paling primitif adalah “saling menyalahkan”.

Teman-teman yang di dunia saling mengajak kepada kelalaian. Teman yang memaklumi perbuatan maksiat satu sama lain. Mereka akan saling menunjuk muka di hadapan Allah.
“Ya Allah, dia yang menyesatkanku!”
“Ya Rabb, dia yang membuat dosa ini terlihat indah!”
Cinta dan keakraban di dunia berubah menjadi kebencian dan penyesalan.

Dua Fondasi Persahabatan

Ayat di atas secara implisit membagi persahabatan menjadi dua jenis. Pembagian ini didasarkan pada fondasi yang membangunnya.

1. Persahabatan di Atas Selain Takwa:
Ini adalah persahabatan yang dibangun di atas kepentingan duniawi. Mungkin karena hobi yang sama, status sosial yang setara, atau kesenangan sesaat. Jika persahabatan ini diwarnai dengan saling dukung dalam kemaksiatan, maka inilah bom waktu itu. Ia akan meledak menjadi permusuhan di akhirat.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan sangat tajam:

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

“Setiap persahabatan yang dilandasi karena selain Allah, maka pada hari kiamat akan kembali menjadi permusuhan. Kecuali persahabatan yang dilandasi karena Allah, sesungguhnya hal itu akan kekal selamanya.”

2. Persahabatan di Atas Takwa (Al-Muttaqin):
Inilah satu-satunya jenis persahabatan yang akan selamat. Bahkan, ia tidak hanya selamat. Ia akan menjadi sumber syafaat dan penyelamatan. Persahabatan ini dibangun di atas cinta karena Allah. Ciri utamanya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Teman yang sejati bukanlah yang selalu membenarkanmu. Teman sejati adalah yang berani menegurmu saat engkau salah. Ia menarik tanganmu saat engkau akan tergelincir ke jurang maksiat.

Syafaat Sang Sahabat Saleh

Di sinilah letak keindahan yang luar biasa. Persahabatan karena takwa akan berlanjut hingga ke surga. Bahkan, ia menjadi salah satu sebab masuknya seseorang ke surga. Ada sebuah riwayat yang menakjubkan tentang dialog para penghuni surga.

Setelah mereka selamat, mereka teringat teman-teman mereka yang tidak ada bersama mereka. Mereka pun memohon kepada Allah: “Wahai Rabb kami, dahulu mereka (teman-teman kami) shalat bersama kami, puasa bersama kami, dan beramal bersama kami.” Maka Allah pun mengizinkan mereka untuk memberi syafaat. Mereka diizinkan untuk menarik teman-teman mereka keluar dari neraka.

Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berpesan:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafa’at pada hari kiamat.”

Pesan ini membuka mata kita. Bahwa teman saleh bukan hanya penenang di dunia. Ia adalah “aset akhirat” yang nilainya tak terhingga.

Cermin untuk Lingkaran Pertemanan Kita

Pada akhirnya, ayat ini bukanlah untuk menakut-nakuti. Ia adalah sebuah cermin. Cermin untuk kita berkaca dan melihat wajah dari lingkaran pertemanan kita. Tanyakan pada diri kita:

  • Apakah teman-temanku membuatku lebih ingat kepada Allah?

  • Apakah mereka menegurku saat aku lalai?

  • Apakah obrolan kami lebih banyak tentang kebaikan atau kesia-siaan?

Jawaban dari pertanyaan ini akan menentukan nasib persahabatan kita kelak. Pilihlah teman yang akan menarikmu ke surga. Bukan teman yang akan menarikmu menjadi musuhnya di neraka. Karena persahabatan sejati tidak diukur dari lamanya di dunia, melainkan dari kekalnya di akhirat. 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement