Khazanah
Beranda » Berita » Samahah: Seni Kelapangan Jiwa yang Mendatangkan Rahmat Allah

Samahah: Seni Kelapangan Jiwa yang Mendatangkan Rahmat Allah

Sifat samahah. Ilustrasi: canva.com.

SURAU.CO – Dunia modern seringkali terasa sempit dan penuh gesekan. Kita mudah berselisih paham karena hal-hal sepele. Kita bersikeras mempertahankan hak kita hingga titik darah penghabisan. Hati menjadi kaku, dan interaksi menjadi melelahkan. Padahal, Islam menawarkan sebuah “teknologi spiritual” yang bisa melonggarkan semua kekakuan ini. Teknologi itu bernama As-Samahah.

Samahah adalah sebuah konsep yang jauh lebih dalam dari sekadar toleransi. Ia adalah kelapangan jiwa, kemurahan hati, dan kemudahan dalam segala urusan. Ia adalah sebuah sifat yang lahir dari hati yang damai. Dan yang paling menakjubkan, ia adalah kunci untuk membuka gerbang rahmat Allah yang paling luas. Memahami keutamaan sifat Samahah bukan hanya akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia, tetapi juga hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Pertama, Doa Nabi untuk Sang Ahli Samahah

Dasar dari kemuliaan sifat ini terangkum dalam sebuah doa. Sebuah doa tulus yang dipanjatkan oleh lisan termulia, Rasulullah SAW. Doa ini ditujukan untuk tipe manusia tertentu. Manusia yang menjadikan kemudahan sebagai prinsip hidupnya. Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى

“Semoga Allah merahmati seseorang yang mudah ketika menjual, mudah ketika membeli, dan mudah ketika menagih haknya.” (HR. Bukhari)

Pentingnya Akhlak Mulia

Hadits ini adalah sebuah kurikulum akhlak yang sangat padat. Mari kita bedah tiga arenanya.

Kedua, Samahah di Pasar Kehidupan

Perhatikanlah, Rasulullah SAW menyebut tiga aktivitas utama dalam muamalah: menjual, membeli, dan menagih. Mengapa tiga ini? Karena inilah panggung di mana ego dan keserakahan manusia paling sering muncul.

  1. Mudah Ketika Menjual (Samhan idza baa’a): Ini adalah potret seorang penjual yang tidak mempersulit pembelinya. Ia tidak menyembunyikan cacat barangnya. Ia tidak menaikkan harga secara berlebihan. Ia memberikan kemudahan jika ada yang ingin menukar barang. Jiwanya lapang. Baginya, keberkahan jauh lebih penting daripada keuntungan sesaat.

  2. Mudah Ketika Membeli (Samhan idza-sytaraa): Ini adalah cermin seorang pembeli yang beradab. Ia tidak menawar dengan cara yang menyakitkan hati penjual. Ia tidak banyak mengeluh tentang hal-hal kecil. Ia membayar tepat waktu. Ia sadar bahwa di balik barang yang ia beli, ada rezeki sebuah keluarga yang sedang diperjuangkan.

  3. Mudah Ketika Menagih (Samhan idza-qtadhaa): Inilah puncak dari kelapangan jiwa. Ini adalah potret seorang pemberi utang yang penuh empati. Ketika yang berutang belum mampu membayar, ia tidak menerornya dengan kata-kata kasar. Sebaliknya, ia memberinya kelonggaran waktu. Bahkan, ia mungkin merelakan sebagian atau seluruh utangnya. Ia sedang melakukan sebuah “transaksi” tingkat tinggi. Transaksi yang akan kita bahas selanjutnya.

    Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Ketiga, Transaksi dengan Allah

Mengapa Allah menjanjikan rahmat-Nya untuk perbuatan ini? Karena ada sebuah kaidah emas dalam Islam: Al-Jaza’ min Jinsil ‘Amal (balasan itu setimpal dengan perbuatan).

Ketika kita memberikan kemudahan kepada hamba Allah di dunia, sesungguhnya kita sedang “membeli” kemudahan dari Allah di akhirat. Setiap kelonggaran yang kita berikan kepada orang yang kesulitan adalah sebuah investasi. Investasi yang akan cair pada hari di mana kita menjadi orang yang paling membutuhkan pertolongan.

Orang yang memiliki sifat samahah seolah-olah sedang berkata kepada Allah: “Ya Allah, aku tidak mempersulit hamba-Mu di dunia-Mu yang fana ini. Maka, janganlah persulit aku di hari perhitungan-Mu yang abadi.” Ini adalah sebuah dialog spiritual yang terjadi di pasar, di kantor, dan di setiap interaksi kita.

Keempat, Samahah Sebagai Gaya Hidup

Sifat samahah tidak berhenti di urusan jual beli. Ia meluas menjadi sebuah karakter. Menjadi sebuah gaya hidup. Orang yang samih (memiliki sifat samahah) adalah orang yang:

  • Mudah Memaafkan: Ia tidak menyimpan dendam atas kesalahan orang lain.

    Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

  • Lapang Dada dalam Perbedaan: Ia tidak menjadikan setiap perbedaan pendapat (yang bersifat cabang) sebagai ajang permusuhan.

  • Murah Senyum dan Ramah: Interaksi dengannya terasa menyenangkan dan tidak menegangkan.

Ia adalah perwujudan dari kemudahan itu sendiri. Hidupnya ringan, dan ia meringankan hidup orang lain.

Akhir Perenungan: Menjadi Saluran Rahmat

Pada akhirnya, keutamaan sifat samahah adalah tentang menjadi saluran rahmat Allah di muka bumi. Kita diberi pilihan dalam setiap interaksi. Apakah kita ingin menjadi “batu sandungan” yang mempersulit urusan orang? Ataukah kita ingin menjadi “jembatan” yang memudahkan jalan mereka?

Pilihan kedua mungkin terasa merugikan secara materi. Mungkin kita kehilangan sedikit keuntungan. Mungkin kita harus mengorbankan sedikit hak kita. Namun, apa yang kita dapatkan sebagai gantinya jauh lebih besar. Kita mendapatkan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan seluruh harta dunia. Yaitu rahmat dari Rabb semesta alam. Dan bukankah itu tujuan akhir dari seluruh perjalanan hidup kita?


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement