Frasa pemimpin yang adil selalu menjadi harapan rakyat dari masa ke masa. Setiap periode politik, pidato pembangunan bergema, janji kesejahteraan diucapkan. Namun, rakyat kecil sering kali bertanya lirih: “Mana bukti nyata dari semua kata itu?”
Di pasar tradisional dekat rumahku, seorang pedagang tempe pernah berkata sambil menimbang dagangan:
“Mas, kami tidak butuh pidato panjang di televisi. Kami butuh harga stabil, jalan mulus, dan anak-anak bisa sekolah.”
Kalimat sederhana itu menyingkap satu kebenaran: keadilan pemimpin lebih berharga daripada seribu retorika.
Ibn Taimiyah dalam al-Siyāsah al-Syar‘iyyah menegaskan, inti kepemimpinan bukanlah kata-kata, tetapi keadilan yang nyata.
إِنَّ الْمُقْصُودَ بِالْوِلَايَةِ إِقَامَةُ الدِّينِ وَسِيَاسَةُ الدُّنْيَا بِهِ، فَمَتَى فُقِدَ الْعَدْلُ فَسَدَ الْأَمْرُ وَزَالَتِ النِّعَمُ
“Sesungguhnya tujuan kepemimpinan adalah menegakkan agama dan mengatur dunia dengannya. Maka ketika keadilan hilang, urusan menjadi rusak dan nikmat sirna.” (al-Siyāsah al-Syar‘iyyah)
Keadilan sebagai nafas kehidupan
Pemimpin yang adil ibarat udara segar. Kita mungkin tak selalu menyadarinya, tapi bila ia hilang, masyarakat akan sesak.
Al-Qur’an memerintahkan dengan jelas:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat ihsan.” (QS. al-Naḥl: 90)
Ibn Taimiyah pun menulis:
إِذَا عَدَلَ الْوُلَاةُ دَامَتِ النِّعْمَةُ وَصَلَحَتِ الرَّعِيَّةُ، وَإِذَا ظَلَمُوا فَسَدَتِ الْأُمُورُ وَهَلَكَتِ الْأُمَمُ
“Apabila para pemimpin berlaku adil, nikmat akan langgeng dan rakyat menjadi baik. Namun bila mereka zalim, urusan rusak dan bangsa hancur.” (al-Siyāsah al-Syar‘iyyah)
Sejarah mencatat, peradaban bertahan bukan karena orasi yang indah, melainkan keadilan yang menyejukkan rakyat.
Ketika pembangunan kehilangan jiwa
Seribu pidato pembangunan tak akan menghapus kelaparan bila distribusi tak adil. Jalan tol bisa dibangun, gedung bisa menjulang, tetapi bila rakyat kecil terpinggirkan, semua hanya menjadi monumen kosong.
Aku teringat kisah seorang buruh tani di desa. Ia berkata dengan mata sendu:
“Kami dengar negeri ini tumbuh, tapi mengapa hidup kami tetap begini? Apakah keadilan hanya untuk orang kota?”
Pertanyaan itu menampar, sebab pembangunan tanpa keadilan hanyalah fatamorgana.
Ibn Taimiyah mengingatkan:
لَيْسَتِ السِّيَاسَةُ الْعَادِلَةُ مَجْرَدَ كَلَامٍ، بَلْ هِيَ عَمَلٌ يَرُدُّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا وَيَرْفَعُ الْمَظَالِمَ
“Politik yang adil bukan sekadar kata-kata, tetapi tindakan yang mengembalikan hak kepada pemiliknya dan menghapuskan kezaliman.” (al-Siyāsah al-Syar‘iyyah)
Doa rakyat yang terzalimi
Hadis Nabi ﷺ mengingatkan:
«اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ»
“Takutlah kalian terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doa itu dengan Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Pemimpin yang abai pada keadilan harus ingat: doa rakyat yang terpinggirkan lebih keras dari orasi politik, lebih tajam dari kritik oposisi. Doa itu menembus langit, dan sejarah mencatat banyak penguasa tumbang karenanya.
Pemimpin yang adil ibarat mata air. Dari tangannya lahir kesejahteraan, dari lisannya terbit kejujuran, dan dari hatinya memancar keberkahan.
Langkah praktis menuju kepemimpinan adil
- Mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok.
- Membuka transparansi kebijakan agar masyarakat bisa mengawasi.
- Menegakkan hukum tanpa pandang bulu.
- Menjadikan prinsip syariat: “amar ma‘ruf nahi munkar” sebagai ruh politik.
- Menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah, bukan hak istimewa.
Penutup: doa dan harapan di tepi jalan sejarah
Pemimpin yang adil lebih mulia daripada seribu pidato pembangunan. Sebab keadilan menghadirkan restu langit, sementara pidato hanya mengisi udara.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ وُلَاةَ أُمُورِنَا مِنَ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ وَيَحْكُمُونَ بِالْحَقِّ، وَاحْفَظْ بِلَادَنَا مِنْ ظُلْمٍ يُطْفِئُ نُورَ الْإِيمَانِ
Apakah kita siap memilih dan mendukung pemimpin yang benar-benar adil, atau akan terus terbuai oleh seribu pidato pembangunan yang kosong makna?
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
