SURAU.CO – Surat Al-Ikhlas adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur’an. Ia hanya terdiri dari empat ayat. Namun, di balik keringkasannya, tersimpan sebuah keagungan yang luar biasa. Rasulullah SAW memberinya sebuah status yang sangat istimewa. Beliau menyatakan bahwa surat ini setara dengan sepertiga dari seluruh isi Al-Qur’an. Pernyataan ini tentu memicu sebuah pertanyaan besar. Bagaimana mungkin empat ayat pendek ini bisa menandingi ribuan ayat lainnya?
Jawaban atas pertanyaan ini bukanlah sebuah teka-teki matematis. Ia adalah sebuah perjalanan untuk menyelami samudra tauhid yang murni. Memahami keutamaan Surat Al-Ikhlas akan membuka mata kita. Kita akan melihat betapa padat dan komprehensifnya surat ini. Ia adalah inti dari seluruh ajaran para nabi.
Keutamaan: Hadits yang Mengguncang Logika
Dasar dari keistimewaan ini adalah hadits shahih. Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu menceritakan sebuah dialog. Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya:
أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ؟
“Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur’an dalam satu malam?”
Para sahabat tentu merasa keberatan. Membaca sepuluh juz dalam satu malam adalah hal yang sangat berat. Maka, Rasulullah SAW memberikan jawabannya yang mengejutkan:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“(Bacalah) Qul Huwallahu Ahad (Surat Al-Ikhlas). Sesungguhnya ia setara dengan sepertiga Al-Qur’an.” (HR. Muslim)
Hadits ini adalah sebuah fakta iman. Tugas kita bukanlah untuk mempertanyakannya. Tugas kita adalah untuk merenungkan hikmah agung di baliknya.
Pembagian Tiga Pilar Kandungan Al-Qur’an
Para ulama, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, memberikan penjelasan yang sangat brilian. Beliau menjelaskan bahwa seluruh isi Al-Qur’an, yang terdiri dari 114 surat, dapat diringkas menjadi tiga pilar utama:
-
Tauhid: Ini adalah pilar tentang Allah. Ia mencakup pembahasan tentang nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah. Ini adalah inti dari iman.
-
Hukum: Ini adalah pilar tentang perintah dan larangan. Ia mencakup pembahasan tentang shalat, puasa, muamalah, dan hukum-hukum lainnya.
-
Kisah: Ini adalah pilar tentang umat-umat terdahulu. Ia mencakup kisah para nabi, orang-orang saleh, dan juga orang-orang yang binasa. Tujuannya adalah untuk menjadi pelajaran.
Sekarang, mari kita lihat Surat Al-Ikhlas. Seluruh kandungan dari surat ini, dari ayat pertama hingga terakhir, murni hanya membahas pilar pertama, yaitu Tauhid. Ia adalah sebuah deklarasi kemurnian tentang siapa Allah itu. Ia tidak membahas hukum. Ia juga tidak membahas kisah. Inilah alasan mengapa ia disebut setara dengan sepertiga Al-Qur’an. Ia telah mencakup sepertiga dari tema pokok Al-Qur’an secara utuh.
Jawaban Tegas Atas Pertanyaan Eksistensial
Surat ini turun bukan tanpa sebab. Ia adalah jawaban langsung dari Allah atas pertanyaan kaum musyrikin. Mereka bertanya kepada Nabi SAW, “Sifati kepada kami Tuhanmu. Apakah Dia terbuat dari emas atau perak?”
Maka, Allah menurunkan empat ayat ini sebagai jawaban yang final:
-
Qul huwallahu ahad: Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. (Menolak konsep tuhan yang banyak).
-
Allahus shamad: Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. (Menegaskan kemandirian Allah dan ketergantungan makhluk).
-
Lam yalid wa lam yulad: Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (Menolak konsep trinitas dan penyembahan berhala).
-
Wa lam yakul lahu kufuwan ahad: Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Menutup semua celah perbandingan antara Pencipta dan makhluk).
Dalam empat ayat ini, semua keraguan tentang hakikat Tuhan terjawab tuntas. Surat ini adalah “akta kelahiran” Tauhid dalam bentuknya yang paling murni.
Apakah Cukup Membacanya Tiga Kali?
Di sinilah sering terjadi kesalahpahaman. Sebagian orang mengira, jika surat ini setara sepertiga Al-Qur’an, maka membacanya tiga kali sudah cukup. Anggapan ini keliru. Para ulama menjelaskan bahwa “setara” dalam pahala tidak berarti “mencukupkan” dari kewajiban.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin memberikan analogi yang indah. Seseorang yang mengucapkan “La ilaha illallah” empat kali, pahalanya mungkin sangat besar. Namun, itu tidak berarti ia sudah menggugurkan kewajiban shalat empat rakaat. Begitu pula dengan Surat Al-Ikhlas. Membacanya tiga kali akan memberikan pahala yang setara dengan mengkhatamkan Al-Qur’an. Namun, ia tidak akan pernah bisa menggantikan keutamaan membaca Al-Qur’an dari Al-Fatihah hingga An-Nas.
Permata di Tengah Lautan Wahyu
Pada akhirnya, Surat Al-Ikhlas adalah sebuah permata. Sebuah intisari dari seluruh pesan Al-Qur’an. Keutamaannya yang agung seharusnya mendorong kita. Bukan untuk malas membaca surat lain. Melainkan, untuk semakin mencintai dan memperbanyak membacanya dalam keseharian kita.
Ia adalah zikir, doa, dan deklarasi iman. Ia adalah surat yang paling ringkas, namun paling padat maknanya. Di dalamnya, kita menemukan jawaban atas pertanyaan terbesar dalam hidup. Yaitu, siapakah Tuhan yang pantas untuk kita sembah? Dan Surat Al-Ikhlas menjawabnya dengan kejelasan yang sempurna.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
