Beranda » Berita » Ketika Kursi Kekuasaan Menjadi Rebutan, Amanah Rakyat Menjadi Korban

Ketika Kursi Kekuasaan Menjadi Rebutan, Amanah Rakyat Menjadi Korban

kursi kekuasaan sebagai amanah rakyat, ilustrasi filosofis
Ilustrasi realistik-filosofis tentang kontras antara kursi sederhana rakyat dan kursi megah yang rapuh karena perebutan

Kursi kekuasaan sering kali tampak gemerlap, lebih menggoda daripada cahaya matahari yang menyinari ladang. Namun di balik perebutannya, sering terselip luka yang diderita rakyat kecil. Ibn Taimiyah dalam al-Siyāsah al-Syar‘iyyah mengingatkan: kekuasaan adalah amanah, bukan panggung perebutan. Ketika kursi dipandang sebagai hadiah, amanah rakyat menjadi korban yang terlupakan.

Saya teringat seorang kawan di kampung yang pernah berkata lirih setelah pemilu usai:

“Kami hanya dijadikan tangga. Setelah mereka naik, kami ditinggalkan.”
Kalimat sederhana itu seperti kaca pecah yang menusuk hati: suara rakyat hanya dipakai, bukan dirawat.

Kursi yang memabukkan

Ibn Taimiyah menulis:

إِنَّ الْإِمَامَ إِنَّمَا جُعِلَ لِيُقَامَ بِهِ الدِّينُ وَتُصَانَ بِهِ الدُّنْيَا

Dari Utsman ke Ali: Dinamika Politik dan Etika Kekuasaan di Era Khulafaur Rasyidin

“Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat untuk menegakkan agama dan menjaga dunia.”

Namun, sejarah sering mencatat perebutan kursi dengan intrik, janji manis, bahkan manipulasi. Kursi yang semestinya menopang rakyat, berubah menjadi singgasana yang memabukkan.

Apakah kekuasaan hari ini masih kita pandang sebagai ladang ibadah, atau hanya permainan catur di meja politik?

Luka rakyat di tengah pertarungan elite

Ketika para elite sibuk berkompetisi, rakyat tetap harus berjuang menghadapi harga kebutuhan pokok yang melambung. Petani tetap berkutat dengan pupuk mahal, nelayan bergelut dengan cuaca ekstrem, dan buruh harus sabar dengan upah yang tak kunjung layak.

Ibn Taimiyah mengingatkan:

Akhlak Sosial dalam Islam: Keadilan, Empati, dan Amanah Menurut Syaikh Al-‘Ushfūrī

فَإِذَا فُقِدَ الْعَدْلُ فِي السُّلْطَانِ، صَارَ الْحُكْمُ فِتْنَةً وَظُلْمًا

“Apabila keadilan hilang dalam kekuasaan, maka hukum akan berubah menjadi fitnah dan kezaliman.”

Keadilan yang hilang membuat rakyat menjadi korban, sementara kursi tetap diperebutkan dengan rakus.

Dialog di bawah pohon jati tua

Anak muda: “Mengapa mereka begitu haus kursi, padahal rakyat menderita?”
Orang tua: “Karena kursi bisa memabukkan, nak. Hanya iman yang bisa menetralkan.”

Dialog itu bukan hanya percakapan, melainkan pelajaran. Kursi tanpa iman hanyalah racun yang mempercepat keruntuhan negeri.

Makna Sosial dan Etika Kepemimpinan dalam Surah Ar-Ra’d dan Ibrahim Menurut Tafsir Jalalain

Ibn Taimiyah berkata:

الْوِلَايَةُ أَمَانَةٌ، فَمَنْ جَعَلَهَا غَنِيمَةً أَوْ سَبِيلًا لِلظُّلْمِ فَقَدْ خَانَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Kekuasaan adalah amanah, maka siapa menjadikannya rampasan atau jalan untuk berbuat zalim, sungguh ia berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Kalimat itu menusuk hati. Betapa banyak pemimpin yang melupakan bahwa jabatan hanyalah titipan yang kelak dipertanggungjawabkan. Maka;

  • Pemimpin harus menjadikan setiap kebijakan sebagai ibadah, bukan alat popularitas.
  • Rakyat berhak mengingatkan, mengkritik, bahkan menuntut keadilan ketika amanah dilanggar.
  • Ulama dan cendekia perlu menjadi suara moral yang menjaga agar kursi tak menjelma berhala.
  • Politik harus diarahkan pada maslahat, bukan sekadar perebutan kekuasaan.

Doa rakyat yang tak pernah padam

Dalam al-Siyāsah al-Syar‘iyyah, Ibn Taimiyah menulis:

دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ لَا تُرَدُّ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا

“Doa orang yang terzalimi tidak akan tertolak, meskipun ia seorang kafir.”

Suara rakyat adalah doa. Doa itu bisa menjadi rahmat bila ditunaikan dengan adil, atau menjadi kutukan bila diabaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَعْظَمُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad terbesar adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud)

Maka suara rakyat, bila diabaikan, bisa berubah menjadi badai doa yang mengguncang singgasana.

Kursi kekuasaan boleh diperebutkan, tetapi amanah rakyat jangan sampai dikorbankan. Negeri tidak runtuh karena kemiskinan, tetapi akan runtuh bila kezaliman menjadi hukum.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا مِنْ خِيَارِنَا، وَلَا تَجْعَلْهُمْ مِنْ شِرَارِنَا

“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami dari kalangan orang-orang terbaik, dan jangan Engkau jadikan mereka dari kalangan orang-orang jahat.”

Pertanyaannya kini: apakah kursi kekuasaan akan terus menjadi rebutan yang memecah, atau menjadi jalan ibadah yang mempersatukan?

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan Kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement