Keadilan adalah fondasi yang lebih kokoh daripada bangunan-bangunan megah. Negeri bisa bertahan tanpa masjid berlapis marmer, tanpa menara menjulang yang berkilau disorot matahari, tetapi ia akan runtuh bila kezaliman menjadi budaya. Ibn Taimiyah dalam al-Siyāsah al-Syar‘iyyah mengingatkan, politik dan kekuasaan bukan soal simbol-simbol lahiriah, melainkan amanah untuk menegakkan keadilan.
Di jalanan kota kita, masjid berdiri megah. Lampu-lampu neon menyinari malamnya, pengeras suara melantunkan tilawah, karpetnya tebal dan harum. Namun di gang kecil tak jauh dari situ, ada ibu penjual gorengan yang ditindas aparat karena lapaknya dianggap mengganggu. Masjid megah tetap berdiri, tapi hati rakyat yang terluka menjadi bukti keadilan tak hadir.
Cahaya agama tak menyala tanpa keadilan
Ibn Taimiyah menulis dengan tegas:
إِنَّ الْمُقْصُودَ مِنَ السِّيَاسَةِ هُوَ عِمَارَةُ الدِّينِ وَالدُّنْيَا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya tujuan dari politik (kekuasaan) adalah membangun agama dan dunia dengan keadilan.”
Agama bukan sekadar ritual, melainkan cahaya yang terwujud melalui keadilan sosial. Seperti minyak dalam pelita, tanpa keadilan, cahaya agama padam.
Apakah masjid kita benar-benar menjadi rumah keadilan, atau hanya simbol kebanggaan yang tidak membela rakyat kecil?
Ketika negara berdiri bukan karena slogan
Sejarah mencatat, banyak peradaban besar runtuh bukan karena musuh luar, melainkan karena kezaliman merajalela di dalam. Ibn Taimiyah menekankan:
إِنَّ اللَّهَ يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً، وَلَا يُقِيمُ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُسْلِمَةً
“Sesungguhnya Allah menegakkan negara yang adil meskipun kafir, dan tidak menegakkan negara yang zalim meskipun muslim.”
Kalimat ini meruntuhkan klaim kosong yang hanya berpegang pada identitas. Negeri akan kokoh karena keadilan, bukan karena kemegahan masjid, bukan pula karena banyaknya slogan religius.
Suara hati di kedai kopi
Suatu sore di kedai kopi kampung, seorang kawan berujar lirih:
Kawan: “Masjid besar berdiri di kota, tapi rakyat kecil masih ditindas pajak yang mencekik.”
Saya: “Mungkin kita lupa, keadilan itu ibadah sosial, bukan sekadar doa di sajadah.”
Dialog itu sederhana, tetapi memantulkan kebenaran: kezaliman menggerogoti negeri, lebih cepat daripada rayap yang menggerogoti kayu.
Ibn Taimiyah mengingatkan amanah besar seorang pemimpin:
عَلَى الْوَالِي أَنْ يَجْعَلَ الْعَدْلَ أَصْلًا فِي سِيَاسَتِهِ، فَإِنَّ بِهِ تَصْلُحُ الرَّعِيَّةُ
“Seorang pemimpin wajib menjadikan keadilan sebagai pokok dalam kebijakannya, karena dengannya rakyat menjadi baik.”
Kekuasaan tanpa keadilan hanyalah topeng. Pemimpin yang sibuk membangun citra, tapi membiarkan rakyat terhimpit, sama saja menabur benih kehancuran. Maka;
- Mulailah dari hal kecil: berlaku adil pada keluarga, sahabat, tetangga.
- Tolak praktik korupsi meski jumlahnya kecil.
- Suarakan kritik dengan santun bila melihat kezaliman.
- Dukung pemimpin yang mengutamakan amanah, bukan pujian.
Ibadah yang melampaui ritual
Ritual menyucikan diri, tetapi keadilan menyelamatkan masyarakat. Ibn Taimiyah menulis lagi:
مَا لَا يَقُومُ الدِّينُ إِلَّا بِهِ مِنَ الْعَدْلِ فَهُوَ مِنْ أَعْظَمِ الْوَاجِبَاتِ
“Segala sesuatu yang tanpa itu agama tidak akan tegak, yaitu keadilan, maka itu termasuk kewajiban terbesar.”
Ayat Al-Qur’an pun memperkuat pesan ini:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat ihsan.” (QS. An-Nahl: 90)
Masjid bisa berdiri megah, tapi bila keadilan hilang, ibadah kehilangan maknanya.
Data ilmiah yang menegaskan pesan lama
Menurut World Justice Project (2022), negara-negara dengan indeks keadilan tinggi memiliki tingkat kebahagiaan warganya lebih baik. Data ini sejalan dengan pesan Ibn Taimiyah berabad-abad lalu: masyarakat adil akan kuat, meski tanpa simbol megah yang mencolok.
Negeri bisa bertahan tanpa masjid megah, tapi akan runtuh jika zalim merajalela. Marmer masjid akan retak bila hati rakyat penuh luka. Maka mari kita berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْعَادِلِينَ، وَاحْفَظْ بِلَادَنَا مِنْ كُلِّ ظُلْمٍ وَفَسَادٍ
“Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang adil, dan lindungilah negeri kami dari segala bentuk kezaliman dan kerusakan.”
* Sugianto al-Jawi
Budayawan Kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
