Memberi Air untuk Masyarakat: Sebuah Amal Jariyah yang Tak Pernah Putus.
SURAU.CO – Air adalah kebutuhan pokok setiap manusia. Tidak ada kehidupan tanpa air, sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiya: 30)
Ayat ini mengingatkan kita betapa vitalnya air bagi keberlangsungan hidup. Namun, tidak semua orang memiliki akses mudah untuk mendapatkan air bersih. Di banyak tempat, masyarakat masih harus berjalan jauh, menunggu giliran, bahkan rela membayar mahal demi mendapatkan setetes air.
Di sinilah amal memberi air menemukan nilainya. Rasulullah ﷺ bersabda ketika ditanya tentang sedekah yang paling utama:
“Memberi air (minum).”
(HR. Abu Dawud)
Hadits ini menunjukkan betapa besar pahalanya ketika kita membantu orang lain untuk mendapatkan air. Bahkan, amal ini bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir meski kita telah tiada.
Catatan Kebaikan Di sisi Allah
Masyarakat minum setiap tetes air, mencuci tangan hingga bersih dari kotoran, dan anak kecil tersenyum puas setelah minum—semua itu Allah catat sebagai kebaikan.
Pemandangan sederhana seperti pada foto ini—sebuah sumber air bersih dengan wadah penampungan—bukan hanya simbol kepedulian, tapi juga wujud nyata cinta kepada sesama. Air yang mengalir ini bukan hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga menyejukkan hati.
Memberi air bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga menghidupkan semangat kebersamaan. Dari sini masyarakat belajar bahwa berbagi itu indah, menolong itu mulia, dan setiap amal kebaikan sekecil apapun akan mendapat balasan dari Allah ﷻ.
Maka, mari kita jadikan memberi air sebagai amal kebiasaan. Bisa dengan membantu pembangunan sumur, memasang pipa untuk masyarakat, menyediakan tempat wudhu di masjid, atau sekadar menaruh air minum di jalan bagi musafir dan pejalan kaki.
Setiap usaha menghadirkan air untuk orang lain adalah tanda syukur kita kepada Allah yang telah memberi nikmat tanpa batas.
Air adalah kehidupan, dan memberi air adalah memberi kehidupan.

Satu Tanaman, Jariah yang Panjang.
Pernahkah kita membayangkan betapa besar pahala yang bisa mengalir hanya dari satu tanaman yang kita tanam?
Lihatlah bibit limau puruik ini. Dari satu pohon kecil, tumbuhlah daun-daun yang harum dan bermanfaat. Daun limau bisa dipetik untuk masakan, obat, hingga pengharum alami. Tapi yang lebih penting: ia bisa menjadi sumber jariah yang tak pernah putus.
Bayangkan… Setiap kali orang mengambil sehelai daun untuk memasak, ada pahala yang mengalir.
Ketika Setiap kali tetangga yang kita beri daun itu tersenyum, ada kebaikan yang tercatat.
Setiap kali pohon itu tumbuh makin besar dan meneduhkan, ada pahala yang terus mengalir untuk kita.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, lalu tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan baginya ada pahala sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, menanam bukan hanya soal berkebun. Menanam adalah investasi jangka panjang untuk dunia dan akhirat. Apalagi bila hasil tanaman itu selalu dibagi, bukan hanya untuk diri sendiri.
Satu tanaman = jariah yang panjang.
Satu helai daun yang dibagi = pahala yang terus mengalir.
Satu niat tulus = bekal menuju ridha Allah.
Mari mulai dari yang kecil. Tanam satu pohon, rawat dengan ikhlas, dan jadikan ia saksi kebaikan kita. Karena setiap tetes manfaat yang lahir darinya akan kembali kepada kita, meski tangan ini sudah tak bisa lagi memetiknya.
Tanamlah jariahmu hari ini. Bagikan manfaatnya esok, dan biarkan pahala tumbuh bersama daunnya. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat ( Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
