SURAU.CO – Banyak pria modern keliru memahami perannya sebagai ayah. Mereka merasa tugasnya selesai ketika kebutuhan finansial keluarga terpenuhi. Akibatnya, mereka menjadi “mesin ATM” yang andal, namun lupa akan peran yang jauh lebih fundamental: sebagai seorang nakhoda dan arsitek jiwa bagi keluarganya. Padahal, Islam memandang peran ayah sebagai amanah kepemimpinan agung, di mana tolok ukur keberhasilannya bukanlah materi, melainkan keteladanan.
Sebab, menjadi ayah teladan (qudwah hasanah) adalah inti dari pendidikan anak. Seorang anak mungkin akan lupa ribuan nasihat lisan. Akan tetapi, ia akan merekam dan meniru ribuan tindakan nyata dari ayahnya. Inilah kurikulum paling dahsyat dalam sebuah keluarga, yang diajarkan bukan dengan kata-kata, melainkan dengan jiwa.
Fondasi Kepemimpinan: Mandat Suci dari Langit
Peran seorang ayah bukanlah sekadar kontrak sosial, melainkan sebuah mandat suci langsung dari Allah SWT. Sesungguhnya, mandat ini memiliki taruhan yang sangat tinggi, yaitu surga dan neraka. Allah SWT berfirman dengan sebuah panggilan yang menggetarkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)
Lantas, bagaimana cara menjaganya? Untuk menjawabnya, Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat ini dengan sangat praktis. Beliau berkata:
“Ajarilah dan didiklah mereka.”
Di sinilah kita melihat hubungan yang sangat erat. Yakni, menjaga keluarga dari neraka sama dengan mendidik mereka. Dan tentu saja, pendidikan yang paling efektif adalah melalui keteladanan.
Pendidikan Paling Efektif: Bahasa Perbuatan
Mandat untuk mendidik ini menuntut sebuah bahasa yang universal, dan bahasa itu adalah keteladanan. Sebab, ia menembus akal dan langsung meresap ke dalam hati. Berikut adalah tiga arena utama di mana seorang ayah harus menjadi teladan.
1. Pusat Spiritual di Masjid
Pertama, ayah teladan menjadikan masjid sebagai markasnya. Semangatnya adalah yang pertama berkobar saat azan berkumandang. Anak-anaknya pun diajak bukan dengan paksaan, melainkan dengan antusiasme tulus. Melalui ini, anak akan melihat bahwa panggilan Allah lebih penting dari tayangan TV.
2. Kompas Hidup Bernama Al-Qur’an
Selain itu, anak perlu menyaksikan ayahnya memiliki hubungan yang hidup dengan Al-Qur’an. Bukan sekadar membacanya sebagai rutinitas. Sebaliknya, ia melihat ayahnya tenang saat membacanya dan merenung saat melewatinya. Dengan begitu, ayah sedang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah sumber ketenangan dan solusi.
3. Cermin Akhlak dalam Keseharian
Terakhir, inilah panggung terluas, di mana akhlak seorang ayah menjadi cermin iman dalam keseharian. Misalnya, cara ia berbicara kepada istrinya, sikapnya saat menghormati orang tuanya, hingga kejujurannya dalam berdagang. Sesungguhnya, semua ini adalah pelajaran akhlak yang anak serap setiap hari, yang mengajarkan bahwa iman bukanlah sebatas ritual.
Investasi Abadi: Buah dari Keteladanan
Ketika seorang ayah konsisten dalam tiga arena ini, ia sejatinya sedang melakukan investasi jangka panjang. Kita bisa melihat hasil indahnya dari kisah Imam Ibrahim Al-Harbi. Dalam sebuah riwayat, beliau menceritakan tentang metode pendidikan ayahnya:
“Ayahku senantiasa membawaku untuk salat Jumat, baik saat aku masih kecil maupun saat aku sudah besar. Dan ia juga membawaku ikut serta dalam majelisnya para ulama, sehingga aku pun terbiasa. Tatkala aku sudah dewasa, aku pun mulai mencari hadis.”
Perhatikanlah metode sang ayah. Alih-alih memaksa, ia memilih untuk “membawa serta”. Bukannya menceramahi, ia justru mencontohkan. Pendidikan itu pada hakikatnya tidak bersifat mendikte, melainkan membiasakan. Hasilnya? Anaknya tumbuh menjadi seorang ulama besar.
Pada hakikatnya, menjadi ayah teladan adalah sebuah pilihan sadar. Ini adalah keputusan untuk meninggalkan warisan yang abadi. Akan tetapi, warisan sejati seorang ayah bukanlah properti yang melimpah, melainkan jejak-jejak ketaatannya. Pada akhirnya, jejak inilah yang akan diikuti oleh anak cucunya hingga ke surga, dan itulah kesuksesan seorang ayah yang sesungguhnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
