Sosok
Beranda » Berita » SANG PESURUH ALLAH: Laki-laki Lembut, Tajalli Sang Maha Welas Asih

SANG PESURUH ALLAH: Laki-laki Lembut, Tajalli Sang Maha Welas Asih

SANG PESURUH ALLAH: Laki-laki Lembut, Tajalli Sang Maha Welas Asih.

SANG PESURUH ALLAH: Laki-laki Lembut, Tajalli Sang Maha Welas Asih.

 

Dialah manusia paling pemurah yang tidak pernah menyimpan harta di rumahnya. Jika ada kelebihan rezeki, tidak ada seorang pun yang tidak pantas untuk diberi. Ia tidak akan pulang ke rumahnya sebelum kelebihan itu berpindah kepada orang yang membutuhkannya.

Ia hanya menggunakan anugerah Allah untuk kebutuhan makan sehari-hari yang sederhana, seperti tamar dan sya’ir, tanpa mengambil lebih dari itu. Ia tidak pernah kenyang dengan roti gandum.

Dia melakukan itu semua karena lebih mengutamakan orang lain, bukan karena miskin atau pelit.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Sering ia mengikat batu di perutnya karena lapar. Pernah selama empat puluh hari dapurnya tak berasap. Lalu, apa yang masuk ke perutnya dan perut keluarganya? Hanya sekadar aswadain belaka, air dan kurma.

Dalam riwayat lain, sehari kenyang, sehari lapar. Saat kenyang, ia bersyukur kepada Allah. Saat lapar, ia berdoa dan bersabar. Ia menerima dan memakan semua makanan yang halal, seperti tamar tanpa roti, daging panggang, roti gandum, air manisan, atau air madu, tanpa pernah menolaknya. Susu tanpa roti, cukup. Begitu pula semangka dan kurma basah. Ia menghabiskan seluruh hartanya semasa hidup, sehingga tidak ada sedikit pun harta yang tersisa untuk diwariskan sampai akhir hayatnya.

Kunci Perbendaharaan Dunia Dihadapannya

Ia belum sempat menebus baju besi miliknya yang masih tergadai hingga akhir hayatnya. Sungguh, Allah telah meletakkan di hadapannya kunci perbendaharaan harta dunia, akan tetapi ia menolaknya.

Ia menambal sandalnya, menjahit kainnya, meng­urus kepentingan keluarganya, memotong daging ber­sama mereka, mengaduk gandum untuk roti bagi ke­luar­ga­nya, memberi makan untanya, memerah susu kambingnya, berangkat ke pasar dan membawa sendiri semua barang belanjaannya, dan juga menyapu rumah­nya.

Di dalam rumahnya ia lebih pemalu. Ia tidak pernah mengajukan permintaan makanan kepada keluarganya, namun jika mereka memberikan makanan, ia akan memakannya. Sering ia berdiri dan mengambil makanan dan minumannya sendiri.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Lemah Lembut dan Bijaksana

Di antara semua hamba Allah, tidak pernah ia meninggikan diri. Dalam hal apa saja, terhadap siapa saja, sikapnya tidak berbeda dengan keluarganya, lemah lembut dan bijaksana. Ia menganjurkan kepada seluruh anggota keluarganya bersikap demikian.

Ia duduk, bergaul, dan makan bersama dengan orang-orang miskin tanpa ada sedikit pun rasa canggung. Setiap kali Rasulullah Saw. berada di tengah-tengah mereka, kehadiran beliau membuat mereka melupakan kemiskinan yang mereka derita. Tidak pernah ia berkata kasar atau bermuka masam. Hilang perasaan hina atau rendah diri karena Rasulullah Saw. selalu bersikap dan berlaku sebagai ayah bagi mereka.

Walaupun demikian, ia tetap menjalin hubungan silaturrahim dengan kaum bangsawan, tanpa mengutamakan satu kelompok dari kelompok lainnya, kecuali karena akhlaknya. Ia tidak menghardik, kecuali pada yang haram.
Ucapannya yang paling buruk dalam suatu pembicaraan adalah Mengapa ia itu? Semoga Allah SWT memberikan hukuman kepadanya dengan melumurinya dengan lumpur di keningnya!

Para sahabatnya selalu merasakan kasih sayangnya, tidak peduli dalam situasi apa pun. Saat sahabatnya mendendangkan syair-syair jenaka di hadapannya, mereka tertawa dan ia pun tersenyum penuh ketulusan. Setiap kali para sahabat menyapanya, ia selalu menjawabnya dengan Labbaik , aku jelang Anda.

Ia memanggil anak-anak dan para sahabatnya de­ngan julukan yang menyenangkan. Bagi yang belum memilikinya, ia berikan julukan yang tepat. Beliau mengganti barang yang kurang baik dengan yang lebih baik. Semua itu demi memuliakan mereka serta menciptakan suasana persahabatan yang akrab.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Memuliakan Tamu

Suatu hari, seseorang mengajaknya untuk menemui seorang laki-laki yang belum pernah mengenalnya. Ketika beliau mendekatinya, orang itu gemetar, mungkin karena tidak menduga Rasulullah Saw. yang mulia itu benar-benar datang menghampirinya. Rasulullah Saw. menenangkan laki-laki itu dengan kata-kata yang lembut, “Tenang … tenanglah, Kawan. Aku bukan seorang raja. Aku hanya seorang Quraisy yang biasa makan daging kering.”

Pada kesempatan lain, ketika melihat orang menghormatinya secara berlebihan, ia berkata, “Jangan kalian perlakukan aku seperti orang ajam mengagungkan kaisar mereka.”

Ia muliakan siapa saja yang datang mengun­jungi­­nya. Ia selalu mengutamakan kebutuhan dan kepentingan orang lain daripada kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Ia sodorkan bantal duduknya bagi tamu­nya. Jika orang tersebut menolaknya, ia selalu mendesaknya.

Beliau juga mempercepat shalatnya jika ada sese­orang yang menunggunya, dan bersegera menemuinya. Setelah membantu orang itu menyelesaikan keperluannya, ia kembali melanjutkan ibadahnya.

Terhadap anak-anak, ia selalu menunjukkan rasa sayang dan perhatian yang besar. Ia menyapa, memberi salam pada mereka dengan sukacita jika berpapasan, bermain bersama, memeluk, mencium, membelai, serta menggendong mereka dengan penuh rasa cinta kasih.

Mengenai keberaniannya dalam medan perang, ia sangat berani. Seorang sahabatnya mengatakan, “Kami sering berlindung di balik kemuliaannya.” Di dalam medan perang, beliaulah satu-satunya ma­­nusia yang berada paling dekat dengan musuh.

Keikhlasan Selaku Utusan Allah

Beliau juga yang selalu menjadi orang pertama yang mene­tak­kan senjatanya. Pukulan kuatnya membuat kami harus menjauh, terutama saat musuh menyerang keras. Kami kembali setelah tekanan melonggar.

Beliau, manusia mulia itu, tidak bergeming dari posisi yang paling berbahaya sekalipun.”

Tak gentar ia pada seorang raja atau kaisar karena kebesaran kerajaannya. Ia berikan peringatan yang sama dengan penuh keikhlasan selaku utusan Allah. Ia keras terhadap musuh-musuh Islam.

Tetapi, saat berada dalam kemenangan, ia segera melupakan segala­nya. Ia tidak menyimpan dendam atas kekerasan yang dilakukan orang kepadanya, melupakan ejekan, hinaan, kekerasan, dan penganiayaan, bahkan mengampuni penjahat terbesar sekalipun, menunjukkan dirinya sebagai manusia paripurna.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤإكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاصَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“ _Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah atasnya. Berilah salam kepadanya dengan sehormat-hormatnya salam .” (QS Al-Ahzâb [33]: 56)

Pengantar buku: Kisah-kisah yang Menghangatkan Hati

Saya sudah lama membaca buku karya Dr. Abdul Kader Al-Habsji ini ketika pertama kali diterbitkan, belasan tahun lalu. Ketika diundang untuk menjadi salah se­orang pembahas dalam peluncuran buku ini, saya ingat menyatakan bahwa saya ingin sayalah yang menulis buku ini. Saya iri kepada penulisnya, yang telah ber­hasil meng­gambarkan akhlak mulia Rasulullah melalui kisah-kisah yang menghangatkan hati pembacanya.

Di mana-mana saya berbicara bahwa puncak ke­islaman adalah ihsan (kesempurnaan dan keindahan ke­baikan).

Dan ihsan termanifestasikan dalam akhlak mulia. Sedang di dalam Al-Qur’an, Nabi Saw. disebut oleh Allah Yang Maha Agung sebagai “sungguh pasti dia memiliki akhlak yang agung”.

Lalu, di tempat lain Allah memfirmankan juga bahwa “sungguh pada diri Rasulullah ada teladan yang penuh ihsan”

Khusus Akhlak Agung Rasul SAW

Maka, sejak dulu saya memang selalu memimpikan agar orang menulis buku khusus tentang akhlak agung Rasul Saw., yang diungkapkan dalam kisah-kisah seder­hana dan bersifat human interest, sebagaimana yang dilakukan oleh tulisan ini.

Lalu, sejak beberapa tahun yang lalu, saya menanya­kan lagi kemungkinan mencetak-ulang ini, setelah saya tak lagi mendapatinya di pasaran.

Alhamdulillah keinginan saya ini disambut baik pe­nulisnya. Maka, jadilah yang sekarang artikel berada di tangan pembaca ini. Bârakallâh fîkum atas kontribusi ini, Dr. Abdul Kader. Semoga kita semua yang membacanya akan kecipratan berkahnya juga. Haidar Bagir, Pendiri Gerakan Islam Cinta.(Ayip Syueb)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement