Khazanah
Beranda » Berita » Nafkah Keluarga: Sedekah yang Paling Sering Terlupakan

Nafkah Keluarga: Sedekah yang Paling Sering Terlupakan

Nafkah Keluarga. (sumber: canva.com)

SURAU.CO – Banyak orang memahami makna sedekah secara sempit. Kita sering menganggapnya sebatas memberi uang untuk masjid atau menyantuni anak yatim. Tentu, semua itu adalah amalan yang sangat mulia. Akan tetapi, syariat Islam datang dengan sebuah perspektif yang revolusioner. Islam mengajarkan bahwa ada sebuah sedekah yang pahalanya mengalahkan semua itu. Sebuah sedekah yang seringkali kita lupakan, padahal ia kita tunaikan setiap hari. Itulah sedekah paling utama untuk keluarga.

Aktivitas seorang kepala keluarga yang bekerja keras seringkali dianggap sebagai rutinitas duniawi semata. Padahal, di mata Allah, setiap tetes keringat dan setiap rupiah yang ia keluarkan untuk keluarganya adalah sedekah yang paling agung. Inilah cara Islam mengangkat derajat sebuah kewajiban menjadi ibadah bernilai surga.

Fondasi Syariat: Hadits tentang Dinar Terbaik

Dasar dari konsep agung ini adalah hadits yang sangat jelas dari Rasulullah SAW. Beliau membandingkan empat jenis pengeluaran harta, kemudian menempatkan salah satunya di puncak tertinggi. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:

دِينَارٌ أَعْطَيْتَهُ مِسْكِينًا, وَدِينَارٌ أَعْطَيْتَهُ فِي رَقَبَةٍ, وَدِينَارٌ أَعْطَيْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ, وَدِينَارٌ أَعْطَيْتَهُ أَهْلَكَ, أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَعْطَيْتَهُ أَهْلَكَ

“Satu dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin. Satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak. Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah. Dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargaramu.” (HR. Muslim)

Pentingnya Akhlak Mulia

Hadits ini sejatinya meruntuhkan paradigma kita. Memberi makan istri dan anak, yang merupakan sebuah kewajiban, ternyata pahalanya lebih besar daripada infak di jalan Allah. Lantas, mengapa demikian? Jawabannya terletak pada beberapa lapisan makna yang sangat dalam.

Lapisan Pertama: Fiqih Prioritas (Fiqhul Aulawiyat)

Pertama-tama, Islam adalah agama yang sangat terstruktur. Ia mengajarkan kita tentang fiqih prioritas. Artinya, tanggung jawab terdekat adalah yang paling utama. Nafkah untuk keluarga bukanlah pilihan, melainkan kewajiban inti. Syariat menetapkan urutan yang sangat jelas: penuhi dulu hak orang-orang yang berada di bawah tanggunganmu, setelah itu barulah tunaikan hak orang lain.

Meninggalkan kewajiban demi mengejar amalan sunnah adalah sebuah kekeliruan. Memberi sedekah kepada orang lain hukumnya sunnah, sedangkan menafkahi keluarga hukumnya wajib. Maka, menunaikan yang wajib tentu jauh lebih utama dan lebih Allah cintai.

Lapisan Kedua: Transformasi Rutinitas Menjadi Ibadah

Selanjutnya, inilah keindahan Islam yang paling menakjubkan. Islam tidak memisahkan antara “urusan dunia” dan “urusan akhirat”. Bekerja mencari nafkah memang sebuah aktivitas duniawi. Akan tetapi, ketika seorang suami meniatkannya untuk menunaikan perintah Allah, seluruh aktivitas itu berubah menjadi ibadah.

Setiap jam yang ia habiskan di kantor, setiap energi yang ia keluarkan, dan setiap rupiah yang ia belanjakan untuk keluarganya, semuanya tercatat sebagai sedekah di sisi Allah. Ini adalah cara Islam memberkati kehidupan seorang Muslim, di mana tidak ada satu pun perbuatan baik yang menjadi sia-sia.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Lapisan Ketiga: Pilar Kekuatan Sosial

Di balik perintah ini, ada pula hikmah sosial yang sangat besar. Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah masyarakat. Jika setiap keluarga kuat, maka masyarakat pun akan kuat. Dan kewajiban nafkah inilah yang menjadi pilar utamanya.

Ketika seorang suami menafkahi keluarganya, ia secara tidak langsung sedang melakukan beberapa hal sekaligus. Ia menjaga kehormatan keluarganya, mencegah mereka dari meminta-minta, menciptakan stabilitas di dalam rumah, dan membangun fondasi bagi generasi penerus yang kuat. Dengan menunaikan kewajiban ini, ia secara langsung telah berkontribusi pada kesehatan sosial umat.

Jihad Terbesar Ada di Rumahmu

Kita mendapatkan sebuah pemahaman baru yang komprehensif. Menafkahi keluarga bukan sekadar transfer uang bulanan. Sebaliknya, ia adalah ibadah, jihad, dan sedekah yang paling utama. Ia adalah bukti cinta, tanggung jawab, dan ketaatan seorang hamba.

Maka, jangan pernah lagi meremehkan peranmu, wahai para suami. Ketika engkau merasa lelah karena bekerja, ingatlah hadits ini. Ingatlah bahwa setiap tetes keringatmu sedang Allah tukar dengan pahala sedekah yang lebih besar dari apa pun. Sebab, jihad terbesarmu dan ladang pahala utamamu seringkali berada di dalam dinding rumahmu sendiri.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement