Fiqih
Beranda » Berita » Cara Muhammadiyah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW: Antara Kajian dan Aksi Sosial

Cara Muhammadiyah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW: Antara Kajian dan Aksi Sosial

Cara Muhammadiyah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW: Antara Kajian dan Aksi Sosial
Gambar AI, Sumber: gemini.google.com.

SURAU.CO. Muhammadiyah terus bergerak dalam arus tajdid (pembaruan) yang menegakkan pemurnian ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, ukuran cinta kepada Rasulullah SAW tidak berhenti pada ritual, tetapi mengalir melalui kepatuhan terhadap tuntunan beliau. Al-Qur’an menegaskan hal itu dalam QS. Ali ‘Imran 3: 31: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihimu.” Rasulullah SAW juga menekankan misi utama kenabian melalui sabdanya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Maka, Maulid Nabi Muhammad SAW hadir sebagai momentum untuk memperdalam sirah, meneladani akhlak, serta memperbaiki kehidupan sosial umat.

 

Sikap Tarjih Boleh Selama Menjaga Kesederhanaan

Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah menilai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan prinsip maslahah. Karena itu, mereka mendorong umat agar menjadikannya sarana dakwah, bukan sekadar acara seremonial. Majelis juga menekankan empat arah penting:

  • Menguatkan pendidikan akidah yang bersih dari syirik.
  • Memperluas pemahaman sirah Nabi secara ilmiah.
  • Menumbuhkan akhlak Nabi dalam kehidupan modern.
  • Menggerakkan amal sosial yang bermanfaat nyata.

Dengan demikian, Maulid Nabi berfungsi sebagai wasilah untuk menghidupkan amal shalih, bukan ibadah yang terikat tata cara tertentu.

 

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kajian, Literasi Sirah, dan Aksi Sosial

Warga Muhammadiyah merancang Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam aktivitas edukatif sekaligus sosial. Mereka menghadirkan acara yang menyentuh kebutuhan masyarakat secara langsung.

  • Pengajian tematik sirah: Para mubaligh membahas relevansi kehidupan Rasulullah SAW dengan krisis moral, integritas pejabat, hingga tantangan keluarga di era digital.
  • Kurikulum mini sirah: Sekolah Muhammadiyah menyiapkan modul singkat tentang kelahiran Nabi, kondisi sosial Makkah, serta misi risalah. Guru mengajak murid menulis refleksi: “Jika Nabi hadir di kota kita hari ini, apa yang akan beliau benahi terlebih dahulu?”
  • Aksi sosial nyata: Lazismu bersama relawan menyalurkan paket pangan, membuka layanan kesehatan, memberikan beasiswa, hingga mengadakan donor darah. Mereka menegaskan cinta Rasulullah SAW melalui kepedulian terhadap sesama.
  • Festival ilmu sederhana: Muhammadiyah mengisi Maulid dengan lomba tahfiz, pameran literasi sirah, diskusi etika bisnis Nabi, serta kajian anti riba.
  • Dialog lintas komunitas: Cabang Muhammadiyah menggelar forum bersama warga NU atau komunitas hijrah. Forum tersebut mendorong semua pihak memperbanyak shalawat, memperkuat infak, serta meneguhkan toleransi.

 

Tauhid, Ilmu, dan Ketertiban

Agar Maulid Nabi Muhammad SAW tetap berjalan sesuai syariat, Muhammadiyah menekankan tiga norma utama.

  • Tauhid: Umat harus menjauh dari pola pengagungan yang berlebihan. Mereka menempatkan pujian kepada Nabi sebagai jalan mendekat kepada Allah, sesuai QS. Al-Ahzab 33: 56.
  • Ilmu: Para dai hanya menyampaikan hadis shahih, memverifikasi riwayat, serta menolak kisah yang dilebih-lebihkan. Dengan cara itu, umat belajar mencintai kebenaran.
  • Ketertiban: Panitia mengatur acara secara hemat, ramah lingkungan, dan inklusif bagi semua, termasuk perempuan serta difabel.

 

Spektrum Ekspresi di Tubuh Muhammadiyah

Warga Muhammadiyah mengekspresikan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam cara. Sebagian tokoh menekankan kajian tematik, sedangkan sebagian lain menambahkan shalawat serta santunan sederhana. Meskipun berbeda, mereka tetap menjaga ukhuwah dan menghindari konflik. Mereka juga tidak melabeli tradisi umat lain sebagai sesat, tetapi menekankan pentingnya isi acara agar tetap sesuai dengan syariat.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

 

Dialog dengan Ormas Lain: Beda Cara, Sama Tujuan

NU menonjolkan tradisi kultural seperti pembacaan maulidiyyah dan qasidah, sedangkan Muhammadiyah menekankan aspek fungsional berupa pendidikan dan amal sosial. Walau berbeda, kedua ormas sama-sama ingin memuliakan Rasulullah SAW. Bahkan di banyak daerah, keduanya berkolaborasi dalam pengajian, donor darah, serta penggalangan dana bencana. Kolaborasi itu menghadirkan wajah Islam yang moderat, seimbang, dan toleran.

 

Rekomendasi Praktik Maulid Nabi Muhammad SAW

Muhammadiyah terus mengarahkan panitia agar menyusun peringatan Maulid dengan terukur. Beberapa langkah strategis meliputi:

  • Menetapkan tema inti yang relevan dengan akhlak publik.
  • Mengukur keberhasilan dengan perubahan perilaku nyata.
  • Mengembangkan aksi sosial berkelanjutan seperti beasiswa, klinik syariah, atau pendampingan keluarga.
  • Menyediakan konten ramah generasi Z berupa podcast, kuis digital, serta infografis sirah.
  • Melakukan audit syariah konten untuk memastikan semua hadis dan riwayat sahih.

 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dalil Penguat Orientasi Maulid Nabi Muhammad SAW

Al-Qur’an menegaskan dalam QS. Ali ‘Imran 3: 31 agar umat mengikuti Rasulullah SAW. Selain itu, QS. Al-Ahzab 33: 21 menampilkan beliau sebagai teladan terbaik, sementara QS. Al-A‘raf 7: 157 menggambarkan beliau sebagai pembawa rahmat yang membebaskan manusia dari belenggu. Hadis-hadis Nabi juga meneguhkan akhlak, keadilan, dan amanah sebagai pilar kehidupan. Oleh karena itu, Maulid Nabi Muhammad SAW harus menjadi pendorong aksi nyata, bukan sekadar perayaan nostalgia.

 

Literasi, Etika, dan Ketahanan Sosial

Maulid Nabi Muhammad SAW di Muhammadiyah menghasilkan tiga dampak utama ketika berjalan dengan terarah.

  • Literasi sirah meningkat: Jamaah memahami strategi dakwah Nabi sekaligus mengaitkannya dengan kondisi kekinian.
  • Etika publik membaik: Masyarakat berkomitmen menghindari korupsi, disiplin, serta bertanggung jawab secara sosial.
  • Ketahanan sosial menguat: Jaringan zakat dan wakaf Muhammadiyah menopang pendidikan, kesehatan, serta pengentasan kemiskinan.

Dengan begitu, Maulid Nabi Muhammad SAW tidak berhenti pada seremoni, melainkan menggerakkan umat menuju perbaikan nyata.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement