Pendidikan
Beranda » Berita » Adab Makan Sendirian dalam Akhlaq lil Banat Juz 3 (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Adab Makan Sendirian dalam Akhlaq lil Banat Juz 3 (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Adab Makan
Sekelompok santri laki-laki mengenakan baju dan peci hitam duduk bersila di dalam madrasah tradisional

SURAU.CO- Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama abad ke-20 yang dikenal dengan karya-karyanya dalam bidang akhlak. Dua kitabnya, Akhlaq lil Banin dan Akhlaq lil Banat, ditulis khusus untuk mendidik anak laki-laki dan perempuan agar berakhlak mulia sejak usia muda.

Kitab Akhlaq lil Banat memberi tuntunan sederhana namun mendalam: bagaimana cara bersikap, berbicara, berteman, hingga makan dengan adab yang benar. Di pesantren dan madrasah, kitab ini menjadi pedoman moral yang praktis. Nilai-nilainya tetap relevan, terutama di era modern ketika banyak orang makan tanpa memperhatikan adab dan kesederhanaan.

1. Makan untuk Hidup, Bukan Hidup untuk Makan

Umar Baraja mengingatkan:

يَا بُنَيَّ! إِعْلَمْ أَنَّ الْإِنْسَانَ الْعَاقِلَ يَأْكُلُ لِيَعِيشَ
“Wahai anakku tercinta, ketahuilah bahwa orang yang berakal makan untuk hidup. Adapun orang bodoh, hidupnya hanya untuk makan.”

Pesan ini sejalan dengan firman Allah:

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (الأعراف: 31)
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Di zaman modern, kita sering melihat fenomena “hidup untuk makan” orang mengejar kuliner tanpa batas, hingga kesehatan dan ibadah terabaikan. Umar Baraja menekankan makanlah secukupnya, jangan berlebihan, dan niatkan makan untuk memperkuat ibadah, bukan sekadar memuaskan nafsu.

2. Adab Sehat Kebersihan dan Kesopanan

Kitab ini juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan. Nabi ﷺ bersabda:

“Mencuci tangan sebelum makan menolak kemiskinan, dan sesudah makan menolak kegilaan.”

Adab lain yang diajarkan: makan dengan tangan kanan, menyebut nama Allah di awal, dan tidak meniup makanan atau minuman. Rasulullah ﷺ bersabda: “Menghembus dalam makanan menghilangkan berkah.”

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Betapa indah pesan ini. Hari ini, ilmu medis pun membenarkan bahwa kebersihan tangan mencegah penyakit, tidak meniup makanan menjaga higienitas, dan makan secukupnya mendukung pencernaan sehat. Umar Baraja telah mewariskan “ilmu hidup” yang selaras dengan kesehatan modern.

3. Kesederhanaan, Duduk dengan Rendah Hati, dan Syukur

Nabi ﷺ mengingatkan:

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah beberapa suap untuk menegakkan punggungnya. Jika ia harus makan banyak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya.”

Selain itu, beliau bersabda: “Aku tidak makan sambil bersandar. Aku makan sebagaimana hamba makan, dan aku duduk sebagaimana hamba duduk.”

Adab ini menekankan kesederhanaan: tidak rakus, tidak makan sambil bersandar dengan sombong, dan tidak makan makanan yang terlalu panas. Bahkan setelah makan, dianjurkan membersihkan gigi, berkumur, lalu membaca doa syukur:

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku makan ini dan merezekikannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

Hikmah ini membuat makan bukan sekadar aktivitas biologis, melainkan ibadah kecil yang penuh kesadaran.

Hikmah untuk Zaman Kita

Umar bin Ahmad Baraja mengajarkan adab makan sebagai cermin akhlak seorang muslim. Mulai dari niat yang benar, menjaga kebersihan, tidak berlebihan, hingga syukur setelah makan.

Di era modern, pesan ini terasa relevan. Banyak orang makan sambil sibuk dengan gawai, terburu-buru, bahkan berlebihan. Padahal, makan dengan adab berarti menjaga tubuh tetap sehat, hati tetap rendah, dan jiwa tetap dekat dengan Allah.

Mari kita bertanya: apakah makan kita selama ini hanya demi rasa, atau sudah menjadi jalan ibadah?

“Ya Allah, berkahilah makanan yang Engkau beri, jadikan ia kekuatan untuk taat kepada-Mu, dan jauhkan kami dari sifat berlebih-lebihan.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement