SURAU.CO. Saat ini, kita sering melihat pejabat pamer kekayaan. Rakyat mengeluhkan hal tersebut. Kritik datang melalui berbagai saluran. Namun, jauh sebelum era media sosial, dunia Islam telah memiliki sosok yang menyampaikan kritik sosial melalui humor: Nasruddin Hoja. Kisah-kisahnya tetap relevan. Kita bisa belajar dari perilaku pejabat publik hari ini.
Siapa Nasruddin Hoja?
Nasruddin Hoja adalah tokoh legendaris dunia Islam. Ia hidup pada abad ke-13 di Anatolia, Turki. Ia dikenal sebagai ulama, guru, dan sufi yang jenaka. Cerita-ceritanya tersebar luas. Kisah Hoja menyebar ke Persia, Arab, Asia Tengah, dan Nusantara.
Hoja lahir sekitar tahun 1208 M. Ia lahir di desa Hortu. Ia wafat pada 1284 M di Akşehir, Turki. Makamnya masih diziarahi hingga kini. Ia dekat dengan masyarakat kecil. Ia juga berani menyindir pejabat melalui humor.
Kisah Hoja dan Pejabat Serakah
Suatu hari, seorang pejabat daerah yang terkenal serakah mendatangi Nasruddin Hoja. Pejabat itu berkata dengan pongah:
“Hoja, katakan pada semua orang betapa besar jasaku untuk negeri ini. Aku sudah memberikan banyak untuk rakyat!”
Hoja hanya tersenyum. Ia lalu menjawab dengan lantang di depan orang banyak:
“Benar, pejabat ini memang sudah banyak memberi! Ia memberi janji kepada rakyat, memberi harapan kosong, bahkan memberi hutang yang rakyat tidak sanggup membayar!”
Rakyat pun tertawa mendengar ucapan Hoja. Sang pejabat merasa tersindir. Ia tidak bisa marah karena perkataan Hoja memang benar.
Hikmah kisah Hoja ini adalah humor bisa menjadi alat kritik sosial yang efektif di mana kekuasaan tanpa keadilan membuat rakyat kehilangan kepercayaan.
Kebenaran yang disampaikan dengan jenaka sering kali lebih menusuk.
Kisah Hoja di Hadapan Hakim
Dalam kisah lain, Hoja hadir dalam persidangan dua orang yang berselisih. Pihak pertama berbicara, Hoja mengangguk dan berkata, “Benar sekali!”
Lalu pihak kedua berbicara, Hoja juga mengangguk, “Benar sekali!”
Hakim bingung. Ia menegur Hoja, “Hoja, bagaimana bisa keduanya benar?”
Hoja menjawab dengan tenang, “Benar juga, Tuan Hakim.”
Semua orang tertawa. Hakim sadar bahwa dirinya ikut kena sindiran. Hikmah kisah ini bahwa hakim tidak boleh hanya mengiyakan pihak yang pandai berbicara. Banyak orang cenderung membenarkan dirinya sendiri, sementara peradilan yang tidak objektif bisa jadi bahan olok-olok.
Kisah Hoja dan Pejabat yang Sombong
Suatu ketika, seorang pejabat tinggi mengundang Nasruddin Hoja ke rumahnya. Dengan penuh kebanggaan, pejabat itu menunjukkan istana kecilnya yang megah, perabotan mahal, dan pakaian indah yang dikenakannya.
“Lihatlah, Hoja,” katanya dengan suara penuh rasa puas.
“Semua ini aku dapatkan karena kerja kerasku sebagai pelayan rakyat. Tidakkah engkau kagum padaku?” Hoja menatapnya dengan pandangan datar, lalu berkata,
“Tentu saja aku kagum, Tuan. Sungguh hebat engkau bisa mengumpulkan harta sebanyak ini. Tetapi izinkan aku bertanya satu hal: kapan rakyatmu ikut menikmatinya?”
Pejabat itu terdiam. Ia berusaha tertawa menutupi rasa malunya, tetapi wajahnya berubah pucat. Orang-orang di sekitarnya pun tersenyum penuh arti, menyadari bahwa Hoja baru saja menusuk jantung kesombongan pejabat itu dengan pertanyaan sederhana.
Relevansi Kisah Hoja Hari Ini
Kisah Nasruddin Hoja bukan hanya cerita lucu untuk anak-anak. Ia adalah cermin bagi kita. Di zaman sekarang, pejabat sering membangun citra dan validasi. Hoja mengingatkan kita bahwa rakyat bisa tertawa, tetapi juga bisa muak. Sindiran halus kadang lebih memalukan daripada kritik terbuka.
Humor Hoja seakan menyeberang zaman. Ia memberi pesan penting. Jabatan adalah amanah, bukan panggung pamer kekuasaan. Hoja mengajarkan kebijaksanaan lahir dari kesederhanaan. Kesederhanaan bukan dari gemerlap kuasa.
Pesan Moral dari Kisah Nasruddin Hoja
Kisah-kisah Nasruddin Hoja mengajarkan beberapa pesan moral. Pertama, kekuasaan harus dijalankan dengan tanggung jawab. Kedua, pentingnya menjaga integritas. Ketiga, kesederhanaan adalah kunci kebahagiaan. Keempat, kritik sosial bisa disampaikan dengan cara yang cerdas dan menghibur.
Warisan Nasruddin Hoja adalah humornya yang abadi dan telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Kisah Hoja terus menjadi cerita hidup dari generasi ke generasi dan terus menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai moral.
Dari Turki abad ke-13 hingga Indonesia abad ke-21, kisah-kisah Nasruddin Hoja tetap hidup. Kisah itu menjadi teguran bagi pejabat yang lupa diri. Dengan canda, ia menyelipkan hikmah. Dengan tawa, ia menyalakan kesadaran. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
