Beranda » Berita » Fenomena Pembunuhan dan Tanda Kiamat: Renungan dari Tragedi Indramayu

Fenomena Pembunuhan dan Tanda Kiamat: Renungan dari Tragedi Indramayu

Fenomena Pembunuhan dan Tanda Kiamat: Renungan dari Tragedi Indramayu

Fenomena Pembunuhan dan Tanda Kiamat: Renungan dari Tragedi Indramayu.

 

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Kabar duka datang dari Indramayu, Jawa Barat. Satu keluarga ditemukan tewas terbunuh, lima jasad terkubur dalam rumah. Tragedi memilukan ini bukan hanya menyisakan luka bagi keluarga korban, tetapi juga mengguncang nurani kita sebagai sesama manusia. Peristiwa ini seolah menambah daftar panjang kasus-kasus kejahatan kemanusiaan yang kian marak terjadi di tanah air.

Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan umatnya mengenai tanda-tanda akhir zaman. Beliau bersabda:

“Hari kiamat tidak akan datang sampai banyak terjadi al-harj.”
Para sahabat bertanya: “Apakah al-harj itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Pembunuhan, pembunuhan.”
(HR. Bukhari 7061, Muslim 157)

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Hadits ini begitu relevan dengan situasi zaman kita hari ini. Peristiwa pembunuhan tidak lagi menjadi hal yang asing, bahkan sering muncul dalam berita harian. Satu keluarga dibantai, anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak, saudara membunuh saudaranya, hingga pembunuhan yang dilakukan tanpa sebab jelas. Semua ini menunjukkan betapa rapuhnya nilai kemanusiaan ketika iman dan akhlak ditinggalkan.

Hilangnya Rasa Aman

Salah satu nikmat terbesar dari Allah adalah rasa aman. Ketika pembunuhan marak, rasa aman itu punah. Orang takut tinggal di rumahnya sendiri, curiga terhadap tetangga, bahkan merasa terancam di jalanan. Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya keamanan dalam kehidupan. Tanpa rasa aman, ibadah terganggu, ekonomi lumpuh, pendidikan terhambat, dan masyarakat hidup dalam ketakutan.

Degradasi Akhlak dan Hilangnya Kasih Sayang: Fenomena pembunuhan massal menunjukkan betapa menipisnya kasih sayang dalam diri manusia. Padahal Allah menciptakan manusia dengan fitrah cinta, kasih, dan kelembutan.

Rasulullah ﷺ diutus sebagai rahmat bagi semesta, namun ketika akhlak Nabi tidak dijadikan teladan, yang muncul adalah kekerasan, kebencian, dan dendam.

Peringatan Keras bagi Umat

Kasus tragis di Indramayu hendaknya tidak hanya dipandang sebagai berita kriminal biasa. Ia adalah cermin rusaknya tatanan moral masyarakat. Rasulullah ﷺ sudah memberi tanda: semakin dekat akhir zaman, semakin banyak pembunuhan.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Maka, setiap kali kita mendengar berita seperti ini, seyogyanya menjadi peringatan agar kita kembali kepada Allah dan memperbaiki diri.

Tanggung Jawab Bersama: Mencegah maraknya pembunuhan bukan hanya tugas aparat keamanan, tetapi juga kewajiban seluruh elemen masyarakat. Orang tua mendidik anak dengan kasih sayang dan nilai agama, tokoh masyarakat menjadi teladan moral, para penyuluh agama terus menyerukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, serta pemerintah menegakkan hukum dengan adil. Semua harus bersinergi demi menjaga nyawa manusia yang sangat berharga di sisi Allah.

Solusi Islam: Menjaga Jiwa sebagai Tujuan Syariat

Dalam maqashid al-syariah (tujuan utama syariat Islam), menjaga jiwa (hifzhun nafs) adalah salah satu prioritas. Itulah mengapa pembunuhan termasuk dosa besar, sejajar dengan syirik. Allah ﷻ berfirman:

“Barang siapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh seluruh manusia.” (QS. Al-Maidah: 32)

Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dosa menghilangkan nyawa orang lain tanpa hak.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Penutup: Renungan untuk Kita Semua

Tragedi Indramayu adalah duka bagi bangsa. Namun lebih dari itu, ia adalah pengingat bahwa zaman kita semakin dekat dengan apa yang Rasulullah ﷺ kabarkan: maraknya pembunuhan sebagai tanda kiamat.

Maka, mari kita perkuat iman, tebarkan kasih sayang, jaga keluarga, dan jauhi kebencian serta dendam. Jangan biarkan hati kita keras hingga tega menumpahkan darah sesama manusia. Sebaliknya, jadikan hidup kita sebagai jalan untuk menebar rahmat dan kebaikan, agar kita selamat dunia dan akhirat.

Allahumma ajirna min fitanil qatl wal harj, wahai Allah, lindungilah kami dari fitnah pembunuhan dan kekacauan. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement