Cermin yang Menampakkan Wajah Negeri
Menteri itu bukan bos. Ia lebih mirip cermin. Kalau cermin itu retak, wajah siapa pun yang berkaca akan tampak rusak. Pecahannya bisa melukai tangan siapa saja yang mencoba membersihkan. Imam al-Ghazali dalam Nasihatul Muluk menulis:
إِنَّ الْوُزَرَاءَ أَعْوَانُ السُّلْطَانِ، فَإِنْ صَلَحُوا صَلَحَ وَإِنْ فَسَدُوا فَسَدَ
“Sesungguhnya para menteri adalah penolong penguasa. Jika mereka baik, maka penguasa menjadi baik; jika mereka rusak, maka penguasa pun rusak.”
Keadilan memang mahal, tapi ketidakadilan lebih mahal ongkosnya. Dan salah satu pintu utama jatuhnya keadilan adalah menteri yang tak lagi jadi cermin bening, tapi kaca retak yang menyakiti rakyat.
Rakyat Membaca dari Perilaku Elit
Di angkringan saya pernah dengar obrolan dua sopir truk.
“Bos-bos di atas enak ya, makan besar tiap hari.”
“Lha kita yang narik roda negerinya malah cuma dapat sisa remah.”
Dialog semacam itu menunjukkan betapa rakyat menilai negeri bukan dari pidato, tapi dari perilaku pejabatnya. Kalau menteri hidup berlebihan, rakyat merasa jauh. Jika menteri menutup telinga, rakyat makin kehilangan harapan.
Kekuatan Bayangan di Sekitar Pemimpin
Al-Ghazali menekankan bahwa seorang raja atau presiden bisa saja berniat baik, tapi jika menteri-menterinya rusak, kebijakan akan ikut bengkok.
الْمَلِكُ بِوُزَرَائِهِ كَالرَّجُلِ بِأَطْرَافِهِ
“Seorang raja dengan menteri-menterinya bagaikan tubuh dengan anggota-anggota badannya.”
Jika tangan sakit, seluruh tubuh menderita. Begitu pula jika menteri menyalahgunakan amanah, rakyatlah yang pertama kali menjerit.
Ketika Kehidupan Sehari-Hari Jadi Ukuran
Kita tidak perlu laporan panjang untuk menilai kualitas seorang menteri. Cukup lihat: apakah harga beras terkendali? Apakah rumah sakit bisa dijangkau? Apakah jalan desa tidak lagi berlubang?
Allah berfirman:
وَلَا تَبْخَسُوا ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ (الأعراف: ٨٥)
“Dan janganlah kamu merugikan manusia dalam hak-haknya.”
Ayat ini seakan bicara langsung kepada para pejabat: jangan merampas hak-hak kecil rakyat dengan kebijakan besar yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Bayang-Bayang Rakyat yang Terlupakan
Kadang seorang menteri merasa dirinya bos, padahal ia hanya cermin yang menyalurkan cahaya kebijakan pemimpin. Cermin itu seharusnya bersih, agar rakyat bisa melihat wajah keadilan.
Tetapi apa yang terjadi bila cermin itu retak? Pecahannya menusuk petani yang tak bisa menjual gabahnya. Serpihannya melukai buruh yang gajinya tak naik. Pecahannya mengiris hati mahasiswa yang kesulitan membayar kuliah.
Renungan Singkat di Tengah Hiruk Pikuk
Menteri adalah penghubung, bukan penghalang, antara rakyat dan pemimpin.
Cermin yang kotor tidak merusak wajah, tapi merusak cara pandang.
Pecahan kaca menteri yang rusak bisa lebih menyakitkan daripada musuh dari luar negeri.
Data yang Tidak Bisa Dibantah
Riset World Bank (2022) menunjukkan bahwa negara dengan tata kelola kementerian yang bersih dan transparan memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata 2% lebih tinggi per tahun. Sebaliknya, negara dengan korupsi di level kementerian mengalami penurunan kepercayaan publik hingga 30%.
Al-Ghazali sudah lama mengingatkan:
إِذَا أَسَاءَ الْوُزَرَاءُ أَسَاءَ السُّلْطَانُ وَإِذَا صَلَحُوا صَلَحَ
“Jika para menteri berbuat buruk, maka penguasa turut buruk; jika mereka baik, maka penguasa turut baik.”
Langkah Praktis Menjaga Cermin Negeri
- Kesederhanaan sebagai teladan: menteri yang hidup sederhana membuat rakyat merasa dekat.
- Membuka pintu kritik: jangan jadikan jabatan sebagai benteng, tapi sebagai jendela dialog.
- Keberpihakan nyata: ukur keberhasilan bukan dari data presentasi, tapi dari senyum rakyat kecil.
- Integritas transparan: harta, kebijakan, hingga keputusan harus bisa diaudit rakyat.
- Kesadaran spiritual: jabatan hanyalah titipan, bukan hak milik.
Doa Orang yang Tersisih
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seorang hamba yang diberi amanah memimpin rakyat, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan baginya surga.” (HR. Bukhari Muslim)
Hadis ini bukan ancaman, melainkan cermin yang membuat kita semua sadar: jabatan menteri adalah beban pertanggungjawaban, bukan kursi untuk berkuasa.
Doa Penutup
Ya Allah, jadikanlah para menteri kami cermin yang bening, bukan kaca retak. Jangan biarkan pecahan kezaliman mereka melukai rakyat kecil. Bimbinglah kami agar selalu menuntut keadilan dengan cara yang damai dan penuh kasih.
Apakah kita masih rela bercermin pada kaca retak, atau sudah saatnya kita membersihkan beningnya kembali?
* Sugianto al-Jawi
Budayawan Kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
