Opinion
Beranda » Berita » Islam Mengharamkan Segala Bentuk Kezaliman

Islam Mengharamkan Segala Bentuk Kezaliman

Islam Mengharamkan Segala Bentuk Kezaliman

Islam Mengharamkan Segala Bentuk Kezaliman.

 

Salah satu pesan agung dari Rasulullah ﷺ adalah larangan berbuat zalim. Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari ra, Allah ﷻ berfirman:

“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim).

Pesan ini bukan hanya larangan, tetapi juga sebuah prinsip hidup yang membentuk keadilan, kasih sayang, dan keberkahan di tengah masyarakat.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Kezaliman dalam Pandangan Islam

Islam menegaskan, dengan alasan apa pun, kezaliman tidak pernah dibenarkan. Bahkan jika dilakukan kepada orang yang bersalah sekalipun. Kezaliman hanya akan melahirkan kerusakan, dendam, dan kebinasaan.

Kezaliman bisa muncul dalam berbagai bentuk:

Pemerintah yang zalim kepada rakyatnya, dengan menindas, korupsi, atau mengabaikan hak-hak mereka.

Rakyat yang zalim kepada pemerintah, dengan fitnah, makar, atau perbuatan anarkis yang merugikan banyak orang.

Individu yang menzalimi sesama, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Prinsip Timbal Balik: Jangan Balas Zalim dengan Zalim

Islam mengajarkan hukum yang adil: kezaliman tidak boleh dibalas dengan kezaliman. Jika kita dizalimi, Islam menganjurkan penyelesaian dengan cara yang adil, bijak, dan penuh kesabaran.

Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk menyikapi kezaliman dengan cinta, bukan dengan dendam. Beliau mencontohkan bagaimana menghadapi musuh dengan kelembutan, hingga banyak yang akhirnya luluh dan masuk Islam karena akhlaknya.

Menghadapi Kezaliman dengan Akhlak

1. Sabar dan tawakkal – Tidak mudah terprovokasi oleh kebencian.

2. Adil dan bijaksana – Menyelesaikan masalah dengan aturan yang lurus, bukan emosi.

3. Meneladani Rasulullah ﷺ – Menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai dasar dalam menghadapi orang lain, bahkan mereka yang berbuat zalim.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pesan untuk Kita Hari Ini

Kita hidup di zaman di mana kezaliman sering terlihat, baik dalam skala kecil maupun besar. Sebagai umat Islam, kita perlu mengingat pesan Rasulullah ﷺ: jangan menzalimi siapa pun, dalam keadaan apa pun.

Keadilan adalah fondasi, kasih sayang adalah hiasan, dan cinta adalah kunci perdamaian.

Mari kita jadikan ajaran ini sebagai pedoman, agar negeri kita terhindar dari kerusakan akibat kezaliman, dan mendapat keberkahan dari Allah ﷻ.

 

 

 


Hati & Otak: Kolaborasi yang Menentukan Arah Hidup.

 

Manusia diciptakan Allah dengan dua anugerah besar yang menjadi pusat kendali hidupnya: hati dan otak. Keduanya ibarat perangkat keras (hardware) yang tidak akan berarti apa-apa tanpa diisi dengan perangkat lunak (software). Namun, meski sama-sama penting, keduanya memiliki peran yang berbeda dan saling melengkapi.

Hati sebagai pusat rasa: Hati memuat software berupa perasaan dan nilai: iman atau kufr, cinta atau benci, prasangka baik atau buruk. Semua itu tersimpan di dalamnya, menjadi penentu arah batin manusia. Hati adalah ruang kehalusan rasa, tempat bersemayamnya iman, kasih sayang, sekaligus potensi kebencian. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Otak sebagai pusat logika: Berbeda dengan hati, otak memuat software berupa logika. Ia mengatur cara berpikir, menganalisis, dan menimbang sesuatu. Otak bekerja dengan rasionalitas: menghubungkan sebab-akibat, menghitung, menyusun strategi, dan memproses data. Maka tidak heran, sebagian fungsi otak dapat digantikan oleh teknologi modern: kalkulator bisa menghitung, mesin bisa memproses, bahkan kecerdasan buatan (AI) dapat menganalisis data. Namun, tak ada teknologi yang bisa merasakan iman, cinta, kasih sayang, atau kerinduan kepada Allah.

Hati sebagai penentu arah logika

Meski otak dapat berpikir, hanya hati yang mampu memberi arah. Kualitas hati seseorang menentukan arah penggunaan logikanya; hati yang baik mengarahkan logika untuk membangun, sedangkan hati yang rusak mengarahkan logika untuk merusak.

Kemajuan teknologi telah memungkinkan mesin dan perangkat canggih untuk menggantikan banyak hal yang sebelumnya memerlukan campur tangan manusia. Tetapi satu hal yang tak tergantikan adalah fungsi hati. Tak ada kecerdasan buatan yang mampu menandingi keikhlasan doa seorang ibu, ketulusan seorang sahabat, atau iman yang menggerakkan seorang hamba untuk sujud di sepertiga malam.

Dengan melakukan dzikir, doa, dan amal shalih, kita dapat menjaga hati dari kerusakan dan mengarahkan logika serta pikiran kita pada kebaikan.

Kesimpulan: Otak membantu kita berpikir, tetapi hati yang menentukan ke mana arah langkah itu pergi. Jika hati baik, pikiran dan tindakan pun akan baik. Kerusakan hati menghancurkan kemampuan seseorang untuk menggunakan logikanya dengan baik, sehingga membawa pada kehancuran. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement