Pendidikan
Beranda » Berita » Apa Kewajibanmu Terhadap Pelayan Perempuan dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini )

Apa Kewajibanmu Terhadap Pelayan Perempuan dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini )

Etika sosial
Sekelompok santri perempuan di madrasah tradisional, duduk melingkar di lantai beralas tikar, memegang kitab akhlak, suasana penuh kehangatan, dinding bambu sederhana, cahaya sore masuk dari jendela.

SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat disusun oleh Sayyid Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama asal Hadhramaut yang karya-karyanya sangat berpengaruh di dunia Islam, termasuk di Nusantara. Kitab ini ditulis khusus untuk santri putri agar memiliki bekal akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari: bagaimana bersikap kepada orang tua, guru, kerabat, bahkan pelayan rumah.

Dalam khazanah Islam, kitab ini menjadi rujukan penting dalam pendidikan akhlak dasar. Ia menekankan bahwa adab adalah pondasi kehidupan seorang muslimah, dan akhlak tidak hanya ditunjukkan kepada orang besar, tetapi juga kepada mereka yang dianggap kecil oleh masyarakat.

Lemah Lembut Lebih Mulia daripada Bentakan

Sayyid Umar Baraja menasihatkan:

أَنْ تُحْسِنِي مُعَامَلَةَ خَادِمَتِكِ وَتُكَلِّمِيهَا بِالرِّفْقِ وَاللِّينِ
“Engkau wajib memperlakukan pelayanmu dengan baik, dan berbicara kepadanya dengan lemah lembut.”

Dalam kehidupan rumah tangga, pelayan memang seringkali menjadi orang yang paling mudah disalahkan. Namun Umar Baraja mengingatkan bahwa mereka juga manusia yang bisa salah dan lupa. Maka jika pelayan terlambat atau melakukan kesalahan, jangan buru-buru membentak. Boleh menegur, tetapi dengan cara yang halus dan memberi maaf.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan akhlak agung. Beliau tidak pernah memukul pelayan atau membentak pembantu. Bahkan ada hadits yang sangat indah:

“Janganlah kalian memukul sahaya perempuanmu hanya karena ia memecahkan gelasmu. Sesungguhnya gelas itu juga mempunyai ajal sebagaimana ajalmu.”

Betapa halus ajaran ini. Barang bisa diganti, tetapi hati manusia jauh lebih berharga.

Hak Pekerja  Jangan Ditunda Upahnya

Kitab ini menegaskan pentingnya berlaku adil kepada pelayan, termasuk dalam urusan pekerjaan dan upah. Umar Baraja menulis:

وَلَا تُكَلِّفِيهَا مَا لَا طَاقَةَ لَهَا بِهِ وَلَا تَمْنَعِيهَا أَجْرَهَا
“Jangan engkau bebankan padanya pekerjaan di luar kemampuannya dan jangan engkau tahan upahnya.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Islam sangat keras menentang penindasan terhadap pekerja. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.”

Ini bukan sekadar etika, tetapi perintah agama. Maka siapa pun yang menahan upah pekerja atau bahkan sengaja tidak membayarnya, termasuk dalam dosa besar.

Dalam konteks hari ini, pelajaran ini sangat relevan. Banyak asisten rumah tangga atau pekerja lain yang masih diperlakukan tidak adil. Padahal, menghormati hak mereka sama artinya dengan menjaga keberkahan rezeki kita sendiri.

Jaga Martabat dan Rahasia Keluarga

Kitab ini juga memberi nasihat penting: jangan terlalu membuka rahasia rumah kepada pelayan. Bukan berarti mencurigai mereka, tetapi menjaga keseimbangan antara kedekatan dan kehati-hatian. Umar Baraja menulis:

Sebab Kerusakan Anak Wanita

“Janganlah engkau bergurau berlebihan dengan pelayanmu, agar derajatmu tidak jatuh di hadapannya.”

Namun, duduk bersama untuk memberi nasihat agama atau mengajarkan kebaikan adalah hal yang dianjurkan. Jadi, prinsipnya jelas: kedekatan yang sehat, tanpa melanggar adab.

Akhlak Teruji pada yang Lemah

Umar Baraja melalui Akhlaq lil Banat mengingatkan kita: akhlak bukan hanya diukur dari cara kita menghormati ulama atau orang tua, tetapi juga dari cara kita memperlakukan pelayan, pekerja, atau siapa pun yang berada dalam lingkaran hidup kita.

Mari kita renungkan, apakah rumah kita sudah menjadi tempat kasih sayang, atau masih menjadi ladang bentakan? Apakah kita sudah menghargai tenaga mereka dengan senyum dan ucapan terima kasih?

Semoga kita mampu meneladani Rasulullah ﷺ, yang penuh kelembutan bahkan kepada sahaya, dan tidak pernah menyakiti mereka. Karena pada akhirnya, akhlak bukanlah sekadar teori, tetapi cermin sejati jiwa seorang mukmin.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement