Sejarah Sosok
Beranda » Berita » KH Muhammad bin Alqo Pilar Sejarah Islam dan Jaringan Keilmuan Ulama Sunda

KH Muhammad bin Alqo Pilar Sejarah Islam dan Jaringan Keilmuan Ulama Sunda

Sosok KH Muhammad Alqo Banding
Salah satu manuskrip karya KH Muhammad Alqo Sukamiskin Bandung (Foto dok .jaringansantri.com)

SURAU.CO. Kiai Haji  Raden Muhammad bin Alqo atau Ajengan Alqo adalah seorang ulama besar dan pendiri Pesantren Sukamiskin, Bandung. Beliau lahir sekitar pertengahan abad ke-19 dan wafat pada tahun 1911. Sosoknya merupakan salah satu pilar utama dalam jaringan keilmuan ulama Jawa Barat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 Masehi.

KH Raden Muhammad bin Alqo memiliki garis keturunan bangsawan. Masa kecilnya tidak banyak terekam secara detail, namun tumbuh dalam lingkungan agamis dan mulai menuntut ilmu sejak usia muda. Masa-masa awal pendidikannya banyak menghabiskan di berbagai pesantren seperti Garut, yang kala itu menjadi pusat penyebaran Islam penting di Jawa Barat.

Perjalanan intelektual KH R Muhammad bin Alqo sangat luas dan mendalam. Beliau terkenal sebagai seorang pengembara ilmu yang haus akan pengetahuan agama. Manuskrip peninggalannya mencatat setidaknya 14 ulama yang menjadi gurunya dan berasal dari berbagai wilayah dari  Garut, Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Madura, hingga ke Makkah. Snouck Hurgronje, dalam bukunya “Makka” (1888), mencatat Ajengan Alqo  memiliki pengaruh besar bagi pelajar Sunda di Makkah.

Manuskrip Kuno dan Jejak Keilmuan KH R Muhammad bin Alqo

KH R Muhammad bin Alqo tidak hanya seorang pengajar, tetapi juga seorang penulis produktif. Beliau meninggalkan banyak tulisan tangan atau manuskrip yang menghimpun berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, seperti tauhid, tasawuf, dan silsilah Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah. Manuskrip ini sebagian besar teetulis dalam Bahasa Sunda dan Jawa dengan aksara Arab Pegon. Hal ini menunjukkan kekayaan khazanah intelektual lokal yang terintegrasi dengan tradisi keilmuan Islam global.

Ulama ini juga mewariskan banyak tulisan tangan. Naskah kuno ini menghimpun berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam. Di dalamnya terdapat tauhid, tasawuf, dan silsilah Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN). Ia menerima tarekat ini dari Syekh Abdul Karim Banten di Makkah. Syekh Abdul Karim yang kemudian popiler dengan julukan “Kyai Ageung”.

Biografi KHR Asnawi Kudus: Sang Penjaga Martabat Islam dari Kota Santri

Bahasa yang digunakan dalam manuskrip ini beragam. Ada Bahasa Sunda dan Jawa, keduanya ditulis dengan aksara Arab Pegon. Tidak ada informasi pasti kapan naskah ini ditulis. Namun, para ahli berspekulasi penulisan terjadi antara tahun 1880-1899 atau 1900-1910. Manuskrip ini merupakan harta karun intelektual yang tak ternilai harganya.

Pada halaman ke-17 manuskrip itu, terdapat data penting. Tertulis nama-nama ulama Nusantara dan Timur Tengah. Mereka memiliki hubungan keilmuan dengan KH R Muhammad bin Alqo. Beberapa jejak sejarah mereka mungkin hilang. Namun, sebagian lainnya masih bisa ditelusuri.

Jejak Guru-Guru KH R Muhammad bin Alqo

Naskah berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) ini menyebut 14 ulama. Mereka adalah guru-guru KH R Muhammad bin Alqo. Para guru ini berasal dari berbagai wilayah. Mulai dari Sunda, Jawa, Madura, hingga Makkah di Arab. Proses pembelajarannya diperkirakan antara tahun 1850-1880-an. Setelah itu, beliau mendirikan Pesantren Sukamiskin pada tahun 1881.

Pada masa awal pencarian ilmunya, KH R Muhammad bin Alqo banyak belajar. Ia berguru kepada beberapa ajengan (kiyai) dan pesantren di Garut. Delapan guru pertamanya adalah kiyai-kiyai Garut. Mereka adalah Kiyi Khotim dari Pesantren Peundeuy, Limbangan. Lalu ada Kiai Asep Abdul Ghaffar dari Pesantren Cihantap. Kiyi Mas Aon dari Pesantren Serang, Limbangan juga menjadi gurunya. Selain itu juga ada Kiai Arif dan Kiai Ismail dari Pesantren Tengah, Limbangan ikut membimbingnya. Kmeudian ada Kiai Mujalam dari Pesantren Dangdeur, Tarogong. Terakhir, Kiai Raden Irsyad dari Pesantren Arjasari, Bandung.

Nama-nama guru lainnya adalah ulama dari Jawa Timur. Mereka meliputi Mas Kiyai Abil Hasan dari Pesantren Bureng, Surabaya. Kiyai Shobar dari Pesantren Sepanjang, Sidoarjo. Kiyai Minhaji dari Pesantren Babadan, Sidoarjo. Serta Kiyai Hasbullah Madura dari Pesantren Juwana.
Setelah itu, ia menyebutkan tiga guru utama di Makkah. Mereka adalah Kiyai Hasan Mustapa Garut (wafat 1930). Kemudian, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkî (wafat 1917). Dan terakhir, Syaikh Abdul Karim Banten. Kepada Syaikh Abdul Karim Banten inilah ia berbaiat Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN).

Seruan Kiai Anwar Iskandar untuk Umat Islam Dalam Menghadapi Musibah

Pendirian Pesantren

Buku “Sejarah Pesantren: Jejak, Penyebaran dan Jaringannya di Wilayah Priangan (1800–1945)” karya Dr. Ading Kusdiana (2014: 192) juga menyebutkan, KH. Muhammad  Alqo pernah belajar kepada Syaikh Muhammad Kholil dari Bangkalan, Madura (wafat 1925). Ini menunjukkan luasnya jaringan keilmuan beliau.

Setelah menempuh perjalanan panjang dalam menuntut ilmu, KH R Muhammad bin Alqo mendirikan Pesantren Sukamiskin di Bandung pada tahun 1881. Pesantren ini dengan cepat berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang penting, menarik ribuan santri dari berbagai daerah.

Sosok KH R Muhammad bin Alqo sangat yang luar biasa dan penting bagi pesantren ini. Beliau adalah mahaguru bagi banyak ulama Sunda di masa peralihan abad 19 dan 20 M. Ribuan santri menimba ilmu pada Pesantren Sukamiskin. Masa keemasan pesantren ini terjadi saat kepemimpinan KH Dimyati. Banyak ulama besar lahir dari pesantren ini seperti KH Zaenal Mustafa, KH Muhammad Burhan, dan KH Sohibul Wafa Tajul Arifin.

Pesantren Sukamiskin berdiri kokoh sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di Tatar Sunda. KH R Muhammad bin Alqo dan Pesantren Sukamiskin memiliki peran sentral dalam penyebaran Islam, khususnya di wilayah Bandung Timur dan sekitarnya. Beliau adalah salah satu “mahaguru” yang membentuk jaringan ulama Sunda, dan warisan keilmuannya terus berlanjut hingga kini melalui Pesantren Sukamiskin yang masih eksis.

KH Sholeh Darat: Sang Maha Guru Ulama Nusantara

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.