Khazanah
Beranda » Berita » Sungguh Telah Datang: Refleksi fungsi jiwa dalam menyambut kedatangan yang menyelamatkan

Sungguh Telah Datang: Refleksi fungsi jiwa dalam menyambut kedatangan yang menyelamatkan

Refleksi fungsi jiwa dalam menyambut kedatangan yang menyelamatkan

“Sungguh Telah Datang” (Refleksi fungsi jiwa dalam menyambut kedatangan yang menyelamatkan).

 

A’udzubillahi minasy-syaithanir-rajim.

Seruan Universal

Allah ﷻ berfirman: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dengan membawa kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu; itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, maka sesungguhnya apa yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ [4] : 170)

Ayat ini dimulai dengan seruan universal:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ… “Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian…”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari solusi, tanpa memandang agama, ras, atau bangsa. Allah ingin agar setiap manusia memperhatikan sesuatu yang datang ini sebagaimana kita menyambut tamu mulia: dengan penuh hormat, perhatian, dan kesiapan menerima.

Rasul dan Al-Qur’an: Dua Pusat Kedatangan

Ada tiga ayat yang diawali frasa ini: QS. 4:170, QS. 4:174, dan QS. 10:57. Semuanya menegaskan bahwa yang “telah datang” itu adalah:

Rasulullah ﷺ: pembawa risalah kebenaran bagi seluruh umat manusia (QS. 16:89; QS. 21:107).

Al-Qur’an: sebagai cahaya terang benderang, pelajaran, dan penyembuh bagi jiwa (QS. 4:174; QS. 10:57).

Maka, kedatangan ini bukanlah sesuatu yang biasa. Ia menyelamatkan fungsi jiwa manusia dari gelapnya hawa nafsu dan syahwat, lalu menguatkannya dengan kebenaran.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Burhan dan Mau‘izhah

Al-Qur’an menegaskan:

> “Hai manusia, sungguh telah datang kepadamu bukti kebenaran (Burhan) dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.”
(QS. An-Nisa’ [4]:174)

> “Hai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Mau‘izhah) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit hati, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Yunus [10]:57)

Burhan: sesuatu yang menguatkan jiwa, menajamkan intuisi, agar kita peka dalam membaca situasi hidup.

Mau‘izhah memberikan pelajaran dan pengetahuan yang berharga bagi kita.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Keduanya adalah ciri utama Al-Qur’an yang mewakili seluruh nama-nama lainnya (ada setidaknya 19 sebutan untuk Al-Qur’an).

Jalan Selamat atau Celaka

Allah ﷻ menegaskan lagi:

> “Katakanlah: Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu. Maka siapa yang mendapat petunjuk, itu untuk kebaikan dirinya. Siapa yang sesat, maka sesat itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah penjaga atas dirimu.” (QS. Yunus [10]:108)

Menariknya, ayat ini diawali dengan قُلْ (Qul) — katakanlah! Seakan Allah ingin menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ tidak hanya menjadi penerima wahyu, tapi juga penyampai langsung kepada seluruh umat manusia.

Dan kini, tugas itu berpindah kepada kita sebagai penerus dakwahnya.

Tanggung Jawab Pribadi

Seruan-seruan tersebut bermuara pada satu pesan penting:
Al-Qur’an adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. Al-Qalam [68]:52).

Maka, kita masing-masing memikul tanggung jawab atas jiwa kita sendiri:

> “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu dapat memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Ma’idah [5]:105)

Penutup: Bertanggungjawab atas Diri Masing-masing

“Sungguh telah datang” — bukan sekadar kalimat, tetapi alarm ketuhanan bagi seluruh jiwa manusia. Rasulullah ﷺ dan Al-Qur’an hadir sebagai Burhan (bukti kebenaran) dan Mau‘izhah (pelajaran penyelamat jiwa).

Tinggal kita sendiri: apakah menyambut kedatangannya dengan jiwa terbuka, atau menutup pintu hati lalu menanggung akibatnya?

Maka, bertanggungjawablah atas diri kita masing-masing.
Pintu kebenaran telah terbuka lebar, membawa cahaya dan harapan bagi kita.

 

 

 

 


Situasi Terkini: Presiden dan Tanggapan Pemerintah.

Pemicu dan Ekskalasi Aksi: Protes bermula pada 25 Agustus 2025 menyoroti usulan kenaikan tunjangan DPR (Rp50 juta per bulan) dan ketidakpahaman publik atas beban ekonomi yang makin berat.

Situasi memuncak setelah Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob pada 28 Agustus.

Aksi menyebar ke berbagai kota—Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Bali, dan lainnya. Aksi kekerasan terhadap gedung parlemen dan fasilitas publik menimbulkan kerusakan besar dan mengorbankan nyawa beberapa orang.

Respon Presiden dan Pemerintah

Presiden Prabowo Subianto membatalkan perjalanan ke China dan menunda kunjungan diplomatik untuk mengawasi langsung perkembangan situasi dalam negeri.

Ia menyatakan kekecewaannya terhadap tindakan aparat, menjanjikan penyelidikan transparan serta penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi. Kapolri memerintahkan penahanan tujuh anggota Brimob yang terlibat dalam insiden tersebut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.  Pemerintah juga menyampaikan permintaan maaf—baik dari Presiden maupun Kapolda dan Kapolres kepada keluarga Affan maupun publik.

Antara Aspirasi dan Harapan

Dengan memberikan respons yang serius dan transparan, pemerintah dapat meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan rakyat.

Beberapa tuntutan yang tengah diutarakan:

Masyarakat sipil mendesak pemerintah untuk menghapus kebijakan tunjangan eksesif DPR dan meningkatkan akuntabilitas lembaga.

Tuntutan mundur presiden, kabinet, hingga Kapolri muncul sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap sistem pemerintahan dan aparat penegak hukum.

Rakyat menuntut perbaikan kondisi ekonomi dengan menyerukan upah layak, penghentian PHK massal, dan pengendalian pajak serta biaya hidup.

Jika pemerintah benar-benar mengambil langkah konkrit—seperti mencabut kebijakan yang menyakiti, membuka ruang dialog, dan menindak pelanggaran hukum apapun—kemarahan rakyat bisa berubah menjadi harapan dan kepercayaan.

Kondisi Kian Memanas

Anda menyoroti dengan tepat: jika setelah semua tuntutan dipenuhi, namun kerusuhan masih terus berlanjut, maka barulah wajar berspekulasi adanya aktor tersembunyi atau manipulator politik di baliknya. Namun sebelum sampai ke sana, dialog terbuka dan penyelesaian serius mesti jadi langkah utama.

Ringkasan:  Pemicu Aksi Ketidakadilan ekonomi, kebijakan tak berpihak, kecerminan elitis DPR, dan tindakan represif yang memakan korban. Respon Pemerintah Pembatalan kunjungan luar negeri, penyelidikan kasus Affan, penahanan pelaku, seruan damai.

Tuntutan Mendasar: Penghapusan tunjangan DPR, reformasi ekonomi dan tenaga kerja, transparansi, pertanggungjawaban hukum.

Pemerintah harus mengambil langkah konkret untuk memenuhi harapan rakyat akan kejelasan dan keadilan.(Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement