Khazanah
Beranda » Berita » Dari Nabi Sulaiman hingga Khulafaur Rasyidin: Konsep Kekuasaan dalam Islam

Dari Nabi Sulaiman hingga Khulafaur Rasyidin: Konsep Kekuasaan dalam Islam

Dari Nabi Sulaiman hingga Khulafaur Rasyidin: Konsep Kekuasaan dalam Islam
ilustrasi AI (sumber:chatgpt.com)

SURAU.CO – Mendalami sejarah Islam,  ternyata kekuasaan bukan hanya sekadar sebagai alat untuk menguasai, melainkan suatu amanah yang berat. Karena menyangkut masa depan segenap umat dan kemuliaan agama.

Begitu juga dengan penguasa. Allah  tidak mencela penguasa yang menjalankan kekuasaannya berdasarkan kebenaran dan mendorong seluruh masyarakatnya untuk menegakkan agama-Nya, serta menjaga kepentingan-kepentingan mereka secara umum. Allah mencela kekuasaan yang menyimpang dan sewenang-wenang untuk mengampanyekan kebathilan dan kejahatan serta mendorong rakyat untuk mengikuti bujukan hawa nafsu dan kesenangan semata.

Kekuasaan untuk kebaikan tidaklah tercela

Jika seorang penguasa benar-benar ikhlas dalam memimpin rakyatnya hanya karena Allah. Kemudian penguasa itu mendorong mereka untuk beribadah kepada-Nya dan berjuang mengalahkan musuh-musuh-Nya, maka kekuasaan semacam itu tidaklah tercela. Sebagaimana doa Nabi Sulaiman:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi.” (Shad: 35)

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Nabi Sulaiman mengetahui bahwa dirinya telah Allah jauhkan dari kebathilan dengan kenabian dan kekuasaan yang ada padanya.

Baju Sutera Muawiyah

Ketika  Amirul mukminin–Umar bin Khattab menerima kunjungan Muawiyah dari Syam, Muawiyah memakai seragam kebesaran yang terbuat dari sutra. Umar menegurnya,“Wahai Muawiyah, apakah engkau meniru gaya-gaya Kaisar?” Muawiyah menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku sedang membentengi diri dari serangan musuh. Berpakaian megah dengan seragam perang dan jihad merupakan kebutuhan.”

Mendengar penjelasan Muawiyah ini, Umar pun memahaminya dan tidak menyalahkannya karena tujuan pemakaian itu untuk kebaikan dan memperjuangkan agama. Jika pakaian tersebut hanya untuk bermegah-megah tanpa tujuan yang benar, tentu Umar tidak akan menerimanya. Bahkan pastilah ia akan memerintahkan untuk menanggalkannya.

Yang  Umar maksudkan dengan meniru gaya raja dan kaisar adalah kebiasaan para penguasa Persia yang banyak melakukan kebathilan, kezaliman, dan kesewenang-wenangan, serta berpaling dari jalan Allah. Muawiyah menjawab bahwa tujuan pemakaian seragam raja Persia tersebut bukan untuk meniru gaya mereka dengan kebatilan, melainkan untuk kebenaran dan menuju ridha Allah. Umar pun terdiam dan memahaminya.

Inilah kondisi yang mendorong para sahabat menolak kekuasaan dengan segala hal yang melingkupinya tanpa memerhatikan segi-segi positifnya karena khawatir terjerumus dalam kebatilan.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Abu Bakar menggantikan Rasulullah sebagai imam

Ketika Rasulullah menghadapi sakaratul maut, beliau memberikan mandat kepada Abu Bakar untuk menggantikan beliau menjadi imam shalat. Sebab shalat merupakan pondasi agama yang paling penting. Masyarakat pun kemudian mendukung Abu Bakar menjadi khalifah untuk mendorong seluruh masyarakat menegakkan hukum-hukum Allah.

Dalam kesempatan itu, menurut Ibnu Khaldun belum ada penyebutan kekuasaan duniawi, karena muncul kekhawatiran  menimbulkan kebatilan, sementara dunia saat itu masih dalam penguasaan orang-orang kafir yang memusuhi Islam.

Abu Bakar pun mengemban tugas kekhalifahan dengan mendasarkan kebijakannya pada petunjuk Rasulullah, dan ia berhasil memerangi orang-orang murtad hingga masyarakat Arab dapat bersatu dalam Islam.

Khalifah-khalifah penerus Abu Bakar ash-Shiddiq

Kemudian kekhalifahan dilimpahkan kepada Umar bin Khattab, dan ia pun mengikuti jejak pendahulunya–Abu Bakar ash-Shiddiq–serta berhasil menaklukkan berbagai bangsa. Bangsa Arab ia perbolehkan menguasai harta benda dan kekuasaan  setelah berhasil menaklukkan bangsa lain yang tak mau tunduk pada Islam.

Lalu kekhalifahan berlanjut  kepada Utsman bin Affan, kemudian kepada Ali bin Abi Thalib. Semua khalifah menjauhkan diri dari kekuasaan dunia dan menghindari jalan yang menyimpang. Hal ini diperkuat dengan tingkat kehidupan sederhana dalam masyarakat Muslim dan kehidupan keras bangsa Arab.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Kerasnya kehidupan Hijaz

Mereka adalah bangsa yang paling jauh dari kehidupan dunia dengan segala kemewahannya. Bukan semata-mata karena ajaran agama yang mendorong mereka berzuhud dari kenikmatan dunia, tetapi juga karena kondisi kehidupan yang keras dan sederhana yang melingkupi mereka.

Menurut Ibnu Khaldun, tidak ada satu bangsa pun yang merasakan hidup lebih susah dan menderita daripada kabilah Mudhar.  Terutama saat mereka mendiami daerah Hijaz, tanah yang gersang dan tandus serta tanpa banyak ternak. Mereka tidak pernah merasakan tanah subur dengan tumbuh-tumbuhan, karena jauh dari penguasa seperti bangsa Rabi‘ah dan Yaman.

Mereka seringkali mengonsumsi serangga berbisa seperti kalajengking dan kumbang. Bahkan mereka merasa nikmat ketika memakan bulu unta yang dicampur darah dan dimasak.

Kondisi serupa juga dialami kaum Quraisy dalam memenuhi kebutuhan makan dan tempat tinggal. Namun ketika fanatisme bangsa Arab bersatu di bawah naungan Islam, mereka berhasil menaklukkan bangsa Persia dan Romawi, seraya merebut tanah yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.  Dengan keberhasilan dan penaklukan ini, mereka membangun kekuasaan, memperbaiki kehidupan, hingga hidup dalam kemakmuran dan kemewahan.

Sejarah kekuasaan dari Nabi Sulaiman hingga Khulafaur Rasyidin menunjukkan bahwa hakikat kepemimpinan dalam Islam bukanlah sekadar memegang tampuk duniawi semata, melainkan amanah untuk menegakkan kebenaran, menjaga kemaslahatan umat, dan menjauhkan diri dari kebatilan.(St.Diyar).

Referensi: Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun.Muqaddimah Ibnu Khaldun, 2011

 

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement