Pendidikan
Beranda » Berita » Abu Talhah Al-Anshary dan Pelajaran Silaturahim dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Abu Talhah Al-Anshary dan Pelajaran Silaturahim dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Abu Talhah
Sekelompok santri perempuan di madrasah tradisional, duduk melingkar di lantai beralas tikar, memegang kitab akhlak, suasana penuh kehangatan, dinding bambu sederhana, cahaya sore masuk dari jendela.

SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat disusun oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama asal Hadhramaut yang banyak berkiprah di Indonesia. Karya ini ditujukan khusus untuk mendidik santri putri agar terbiasa dengan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berisi nasihat moral, kitab ini juga menampilkan kisah nyata para sahabat Nabi ﷺ sebagai teladan praktis.

Dalam khazanah Islam, kitab ini menempati posisi penting. Ia menjadi bacaan wajib di banyak madrasah dan pesantren, karena bahasanya sederhana, naratif, dan menyentuh kehidupan nyata. Melalui kisah-kisah sahabat, Umar Baraja menekankan bahwa akhlak bukan teori, melainkan praktik yang hidup.

Abu Talhah dan Kebun yang Dicintainya

Umar Baraja menuliskan kisah Abu Talhah al-Anshary r.a., seorang sahabat Anshar yang terkenal kaya akan pohon kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya adalah kebun kurma Biruha’, yang letaknya menghadap langsung ke masjid Nabi ﷺ.

Suatu hari, Rasulullah ﷺ masuk ke kebun itu dan meminum air segar di dalamnya. Tidak lama kemudian turun ayat:

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Mendengar ayat ini, Abu Talhah segera menemui Nabi ﷺ dan berkata:
“Wahai Rasulullah, harta yang paling aku cintai adalah Biruha’. Kini aku jadikan ia sedekah karena Allah. Gunakanlah sebagaimana Allah tunjukkan kepadamu.”

Rasulullah ﷺ tersenyum seraya berkata:
“Itulah harta yang beruntung, itulah harta yang beruntung. Aku berpendapat sebaiknya engkau membagikannya kepada para kerabatmu.”

Maka Abu Talhah pun melaksanakan nasihat itu, membagikan kebunnya kepada kerabat dan putra-putra pamannya. Dari sini kita belajar, sedekah yang paling utama bukan hanya untuk orang jauh, tetapi pertama-tama untuk keluarga sendiri.

Sayyidah Maimunah dan Sahaya Perempuan

Kisah lain datang dari Sayyidah Maimunah binti al-Harits r.a., salah satu istri Nabi ﷺ. Beliau pernah memerdekakan seorang sahaya perempuan tanpa meminta izin Nabi terlebih dahulu. Ketika Nabi ﷺ datang, Maimunah menceritakan hal itu dengan bangga.

Namun, Rasulullah ﷺ menasihati dengan lembut:
“Seandainya ia engkau berikan kepada paman-pamanmu, niscaya pahalamu akan lebih besar.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Pesan ini memberi pelajaran bahwa amal baik bisa bernilai lebih tinggi ketika diarahkan untuk memperkuat ikatan keluarga. Kebaikan kepada kerabat tidak hanya bernilai sosial, tetapi juga memperkokoh jaringan silaturahim yang diperintahkan Allah.

Rahmat Allah dan Silaturahim

Umar Baraja menambahkan kisah lain yang menggugah. Suatu ketika para sahabat duduk di dekat Nabi ﷺ, beliau berkata:

“Janganlah ada yang duduk bersama kami orang yang memutus hubungan kekeluargaan.”

Tiba-tiba seorang pemuda bangkit dari majelis itu. Ia baru saja bertengkar dengan bibinya, lalu segera pergi untuk meminta maaf. Setelah dimaafkan, ia kembali ke majelis. Nabi ﷺ pun bersabda:

“Sesungguhnya rahmat itu tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya terdapat pemutus hubungan kekeluargaan.”

Sebab Kerusakan Anak Wanita

Betapa jelas, silaturahim bukan hanya etika sosial, melainkan syarat turunnya rahmat Allah. Dalam masyarakat modern, yang sering retak oleh ego dan kesibukan, pesan ini semakin relevan. Jangan sampai kita rajin hadir di forum besar, namun abai terhadap keluarga sendiri.

Rahmat Itu Turun Melalui Silaturahim

Kisah Abu Talhah, Maimunah, dan nasihat Nabi ﷺ mengajarkan bahwa silaturahim adalah jalan utama menuju keberkahan. Harta yang dicintai, amal yang baik, bahkan majelis ilmu sekali pun, semua akan lebih bermakna bila digunakan untuk menguatkan keluarga dan kerabat.

Mari kita bertanya pada diri: sudahkah kita menyalurkan kebaikan kepada keluarga terdekat sebelum orang lain? Sudahkah kita meminta maaf ketika terjadi perselisihan kecil?

Semoga Allah melapangkan rezeki kita, memanjangkan umur kita, dan menurunkan rahmat-Nya karena kita menjaga silaturahim, sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement