Taushiyyah Fajar: Orang Mukmin Lebih Mulia daripada Orang Kafir.
Allah ﷻ memuliakan hamba-Nya yang beriman, meskipun ia fakir, lemah, atau tidak memiliki kedudukan di mata manusia. Sebaliknya, sehebat apapun orang kafir—kaya, kuat, bahkan berkuasa—di sisi Allah ia tidak memiliki kemuliaan.
Dalil dari Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
> أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا ۚ لَا يَسْتَوُونَ
“Apakah orang yang beriman itu sama dengan orang yang fasik? Mereka tidak sama.”
(QS. As-Sajdah: 18)
Dan dalam ayat lain:
> وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ…
“Sungguh, Kami telah muliakan anak cucu Adam…”. (QS. Al-Isra: 70)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia punya kemuliaan dasar sebagai makhluk Allah, tapi kemuliaan sejati hanya untuk orang yang beriman dan bertakwa.
Sabda Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Seorang mukmin lebih mulia di sisi Allah daripada Ka‘bah.”
(HR. Ibnu Majah)
Bayangkan! Ka‘bah yang diagungkan seluruh umat Islam, masih lebih rendah nilainya dibanding seorang mukmin, meski ia fakir dan hina di mata manusia.
Pelajaran yang Bisa Kita Ambil
1. Iman lebih berharga daripada dunia. Tidak ada kemuliaan tanpa iman, meskipun seseorang memiliki segalanya di dunia.
2. Kemuliaan bukan diukur dari harta. Banyak orang miskin yang imannya teguh, dan di sisi Allah mereka lebih mulia daripada raja yang kafir.
3. Iman sebagai penjaga martabat. Orang mukmin menjaga diri dari maksiat, dan itulah yang mengangkat derajatnya.
4. Jangan silau dengan dunia. Kekuatan, kekayaan, dan teknologi bangsa kafir tidak bisa mengalahkan kemuliaan seorang mukmin yang dekat dengan Allah.
Taushiyyah Fajar Hari Ini: Jangan pernah merendahkan diri di hadapan orang kafir karena dunianya. Ingatlah, seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lebih mulia daripada seluruh kemegahan yang mereka miliki. Tugas kita adalah menjaga iman, memperkuat takwa, dan selalu yakin bahwa kemuliaan sejati hanya datang dari Allah.
> إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Taushiyyah Fajar: Kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah.
Di antara kisah indah dalam sejarah Islam adalah kisah Ummu Sulaim binti Milhan radhiyallahu ‘anha, seorang wanita Anshar yang cerdas, tegas, dan penuh iman. Beliau adalah ibu dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, sahabat kecil yang kelak menjadi pelayan Nabi ﷺ selama 10 tahun.
Ketegasan dalam Iman
Ummu Sulaim memiliki keindahan akhlak yang luar biasa. Setelah masuk Islam, ia berpegang teguh pada tauhid. Suatu hari, seorang lelaki Quraisy yang terkenal kaya raya, bernama Abu Thalhah, datang melamarnya. Saat itu, Abu Thalhah masih musyrik dan belum mengenal Islam.
Ummu Sulaim dengan penuh kelembutan, namun tegas, berkata: “Wahai Abu Thalhah, seorang lelaki seperti engkau, tidak pantas untuk ditolak. Tetapi engkau seorang kafir, sedangkan aku seorang muslimah. Tidak halal bagiku menikah denganmu. Jika engkau masuk Islam, maka itulah maharku. Aku tidak meminta selain itu.”
Bayangkan! Wanita lain mungkin akan meminta emas, perhiasan, atau harta berlimpah. Tapi Ummu Sulaim hanya meminta Islam sebagai maharnya.
Hidayah yang Berbuah Pernikahan
Ucapan Ummu Sulaim menyentuh hati Abu Thalhah. Ia mulai merenungi, bahwa wanita salehah ini tidak tertarik pada kekayaan dunia, melainkan hanya pada iman. Akhirnya, Abu Thalhah pun datang kepada Rasulullah ﷺ dan menyatakan keislamannya.
Dengan kalimat syahadat itulah, Abu Thalhah resmi menjadi muslim, dan itulah mahar pernikahannya dengan Ummu Sulaim.
Rasulullah ﷺ bahkan bersabda kepada para sahabat:
“Aku belum pernah mendengar mahar yang lebih mulia daripada mahar Ummu Sulaim. Ia menjadikan Islam sebagai maharnya.” (HR. An-Nasa’i)
Kehidupan Pernikahan yang Diberkahi
Kehidupan mereka penuh keberkahan. Abu Thalhah menjadi sahabat yang taat, mengikuti setiap perjuangan Rasulullah ﷺ. Dari pernikahan itu lahirlah anak-anak yang saleh. Namun, ada satu ujian berat: seorang anak mereka meninggal dunia.
Ummu Sulaim mengajarkan kepada kita kesabaran luar biasa. Malam itu, ia menyambut Abu Thalhah dengan wajah tenang, menyiapkan makanan, dan tidak langsung menyampaikan berita duka. Baru keesokan harinya, ia dengan penuh hikmah menyampaikan kabar wafatnya sang buah hati.
Kesabaran Ummu Sulaim membuat Rasulullah ﷺ mendoakan mereka: “Semoga Allah memberkahi malam kalian.”
Doa Nabi itu pun terkabul. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak yang sangat saleh, bernama Abdullah, dan dari keturunannya lahir sembilan ulama besar ahli Qur’an.
Hikmah untuk Kita Hari Ini
1. Iman adalah mahar termahal. Ummu Sulaim tidak silau dengan harta dunia, karena ia tahu bahwa iman lebih mulia dari segalanya.
2. Cinta yang mendekatkan pada Allah. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah membangun rumah tangga di atas pondasi tauhid, bukan nafsu atau dunia.
3. Kesabaran dalam ujian. Kehilangan anak bukan perkara kecil, tapi Ummu Sulaim menunjukkan kematangan iman dengan bersabar dan ridha.
4. Doa Nabi ﷺ adalah berkah terbesar. Kehidupan rumah tangga yang ikhlas dan sabar, akan mendapat keberkahan hingga ke generasi setelahnya.
Taushiyyah Fajar Hari Ini: Jadikanlah iman sebagai mahkota kehidupan kita. Jangan pernah tukar keyakinan dengan dunia yang fana. Seperti Ummu Sulaim, mari kita jadikan agama sebagai dasar cinta dan rumah tangga. Dengan demikian, kita akan memiliki landasan yang kuat dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Selanjutnya, kita harus ingat bahwa harta akan habis, wajah akan menua, tapi iman akan abadi sampai kita bertemu Allah ﷻ. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
