Kalam
Beranda » Berita » Ihsan: Melampaui Keadilan Menuju Kesempurnaan Akhlak

Ihsan: Melampaui Keadilan Menuju Kesempurnaan Akhlak

Ihsan kebaikan

Dalam ajaran Islam, konsep keadilan seringkali menjadi fondasi utama. Keadilan adalah pilar penting dalam syariat. Namun, Islam juga memperkenalkan tingkatan akhlak yang lebih tinggi, yaitu ihsan. Ihsan bahkan diposisikan lebih mulia daripada sekadar berlaku adil. Mengapa demikian? Mari kita telaah lebih dalam esensi kedua konsep ini.

Keadilan adalah sebuah prinsip fundamental. Ini berarti memberikan hak kepada yang berhak. Keadilan juga berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Penerapan keadilan wajib dilakukan dalam segala aspek kehidupan. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa berlaku adil. Ini ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an. Misalnya, Surah An-Nahl ayat 90 berbunyi:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Keadilan adalah dasar tegaknya sebuah masyarakat. Tanpa keadilan, akan terjadi kekacauan dan perselisihan. Setiap individu harus mendapatkan haknya. Tidak boleh ada pihak yang dirugikan. Ini adalah standar minimal dalam berinteraksi. Penguasa wajib adil terhadap rakyatnya. Hakim wajib adil dalam memutuskan perkara. Bahkan, seseorang harus adil terhadap dirinya sendiri.

Mengenal Ihsan: Melampaui Batas Keadilan

Ihsan berasal dari kata hasana yang berarti baik. Secara bahasa, ihsan berarti berbuat kebaikan. Namun, dalam terminologi syariat, maknanya lebih dalam. Ihsan adalah melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Ini melampaui tuntutan keadilan semata. Ihsan bukan hanya memenuhi hak orang lain. Ia juga memberikan lebih dari apa yang wajib.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Rasulullah SAW mendefinisikan ihsan. Beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Hadis ini menunjukkan dimensi spiritual ihsan. Ihsan bukan hanya tentang interaksi sesama manusia. Ia juga mencakup hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Melakukan segala sesuatu karena Allah. Melakukan dengan penuh kesadaran.

Dalam konteks muamalah, ihsan berarti memberi tanpa menuntut balasan. Itu berarti memaafkan kesalahan orang lain. Padahal ia berhak menuntut balas. Ihsan juga berarti berbuat baik secara sukarela. Ini tidak diwajibkan secara hukum. Ihsan adalah kebaikan yang tulus. Ini muncul dari hati yang ikhlas.

Perbedaan Mendasar antara Adil dan Ihsan

Perbedaan utama terletak pada motivasinya. Keadilan didorong oleh kewajiban. Ini adalah keharusan hukum atau moral. Jika seseorang tidak adil, ia akan dihukum. Hukuman bisa dari manusia atau Allah. Sementara itu, ihsan didorong oleh keutamaan. Ini adalah kesadaran akan nilai spiritual. Pelakunya tidak mencari pujian. Ia mencari ridha Allah semata.

Sebagai contoh, jika seseorang meminjam uang. Keadilan menuntutnya untuk mengembalikan tepat waktu. Ia harus mengembalikan jumlah yang sama. Ihsan mendorongnya melakukan lebih. Mungkin ia mengembalikan lebih awal. Atau ia mengembalikan dengan tambahan. Bahkan, ia mungkin tidak menuntut jika orang tersebut kesulitan. Ihsan adalah memberi nilai tambah. Ini melampaui ekspektasi dasar.

Mengapa Ihsan Lebih Tinggi dari Keadilan?

Ada beberapa alasan mengapa ihsan dipandang lebih tinggi.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

1. Ihsan Membutuhkan Pengorbanan Lebih: Keadilan adalah memberi apa yang menjadi hak. Tidak kurang dan tidak lebih. Ihsan adalah memberi lebih. Ini seringkali membutuhkan pengorbanan. Baik itu waktu, tenaga, maupun harta. Pengorbanan ini menunjukkan kemuliaan jiwa.

2. Ihsan Mencerminkan Kualitas Iman: Ihsan adalah puncak dari iman seseorang. Ia menunjukkan kedekatan hamba dengan Tuhannya. Hanya orang yang memiliki iman kuat yang mampu ber-ihsan. Iman mendorongnya berbuat lebih baik. Ia percaya akan ganjaran di akhirat.

3. Ihsan Mampu Memperbaiki Kerusakan: Keadilan mungkin terasa kaku. Ia hanya menegakkan hukum. Ihsan memiliki daya penyembuh. Ia mampu memperbaiki hubungan yang retak. Ketika seseorang memaafkan, itu adalah ihsan. Ketika seseorang memberi lebih, itu adalah ihsan. Ini menciptakan harmoni dan kasih sayang.

4. Ihsan adalah Pintu Menuju Takwa: Berbuat ihsan akan meningkatkan takwa. Takwa adalah menjalankan perintah Allah. Menjauhi larangan-Nya. Orang yang ihsan selalu berusaha terbaik. Ia ingin mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah jalan menuju kesempurnaan takwa.

5. Allah Mencintai Orang yang Berbuat Ihsan: Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 195:

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Ayat ini secara jelas menyebutkan kecintaan Allah. Kecintaan-Nya kepada orang-orang yang berbuat baik. Ini adalah ganjaran tertinggi. Lebih dari sekadar pahala.

Implementasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan ihsan bukan hal yang mudah. Itu membutuhkan latihan dan kesadaran. Beberapa contoh implementasi ihsan:

  • Dalam Keluarga: Berbuat baik kepada orang tua. Bahkan jika mereka berbuat salah. Memaafkan kesalahan anak. Memberi kasih sayang lebih kepada pasangan.

  • Dalam Bertetangga: Menjenguk tetangga yang sakit. Memberi makanan kepada tetangga. Membantu tetangga yang kesulitan. Tanpa diminta.

  • Dalam Bekerja: Melakukan pekerjaan dengan optimal. Bahkan melebihi tuntutan. Jujur dan amanah. Memberikan hasil terbaik.

  • Dalam Bermasyarakat: Menjaga kebersihan lingkungan. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Membantu fakir miskin. Menjaga lisan dari ghibah.

  • Dalam Beribadah: Salat dengan khusyuk. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur. Bersedekah secara sembunyi-sembunyi.

Ihsan adalah semangat memberi dan melayani. Ia melampaui sekadar kewajiban. Ia adalah ekspresi kasih sayang. Ekspresi kepedulian. Ini adalah manifestasi dari iman yang kokoh.

Ihsan: Fondasi Masyarakat yang Beradab

Masyarakat yang dipenuhi ihsan akan makmur. Mereka hidup dalam kedamaian. Konflik akan berkurang. Toleransi akan meningkat. Setiap individu akan saling peduli. Mereka akan saling menolong. Ini menciptakan tatanan sosial yang ideal. Bukan hanya keadilan yang ditegakkan. Tetapi juga kebaikan yang menyebar luas.

Pemerintah juga perlu menerapkan ihsan. Ini bukan hanya tentang menegakkan hukum. Tetapi juga tentang melayani rakyat. Dengan sepenuh hati. Memberikan yang terbaik untuk mereka. Memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Kebijakan harus berlandaskan kasih sayang. Harus berlandaskan kepedulian.

Kesimpulan: Ihsan Sebagai Puncak Kemuliaan Akhlak

Keadilan adalah pondasi yang harus ada. Ia adalah titik awal. Namun, ihsan adalah tujuan akhir. Ini adalah tingkatan akhlak yang tertinggi. Melampaui batas-batas hukum. Menuju kebaikan yang murni. Berbuat ihsan adalah cerminan iman sejati. Ini adalah jalan menuju ridha Allah SWT.

Mari kita senantiasa berusaha. Berusaha untuk menjadi pribadi yang adil. Dan yang lebih penting, pribadi yang ber-ihsan. Agar hidup kita lebih berkah. Agar masyarakat kita lebih baik. Dan agar kita mencapai kebahagiaan sejati. Baik di dunia maupun di akhirat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement