Kalam
Beranda » Berita » Derajat Pejabat Pun Jadi Budak, Terperangkap Nafsu Duniawi

Derajat Pejabat Pun Jadi Budak, Terperangkap Nafsu Duniawi

Kekuasaan seringkali menguji iman seseorang. Jabatan tinggi terkadang menjadi jalan kehancuran. Banyak pejabat tergelincir karena nafsu. Mereka lupa akan amanah yang diemban. Harta, tahta, dan wanita menjadi godaan utama. Syahwat duniawi membutakan mata hati.

Derajat kemuliaan seorang pejabat bisa hilang. Hanya karena satu perbuatan tercela. Nafsu sering kali menjadi pemicunya. Mereka terperosok dalam kenistaan. Status sosial tinggi tak lagi berarti. Martabat luntur karena syahwat.

Bahaya Ketamakan Harta

Harta adalah salah satu godaan terbesar. Banyak pejabat korupsi demi kekayaan. Mereka menimbun aset secara ilegal. Rakyat menjadi korban keserakahan. Dana publik disalahgunakan. Kepercayaan masyarakat hancur.

“Penyalahgunaan wewenang marak terjadi, di mana proyek fiktif sering direkayasa. Akibatnya, suap dan gratifikasi menjadi hal biasa sehingga pejabat terlena dengan kemewahan. Selanjutnya, gaya hidup hedonis menjerat mereka dan mendorongnya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, namun akhirat pun terlupakan.

Padahal, perlu diingat bahwa harta tidak dibawa mati. Sejatinya, harta hanya titipan sementara, maka dari itu pejabat seharusnya melayani rakyat bukan justru memperkaya diri sendiri. Oleh karena itu, ingatlah ancaman azab Allah SWT karena mereka yang khianat akan menyesal.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Jeratan Tahta dan Kekuasaan

Tahta dan kekuasaan juga menggoda. Jabatan membuat seseorang merasa kuat. Pejabat bisa menjadi tiran. Mereka bertindak sewenang-wenang. Rakyat kecil sering tertindas. Aturan hukum pun diabaikan.

Posisi strategis disalahgunakan. Kepentingan pribadi diutamakan. Korupsi terjadi di mana-mana. Nepotisme merajalela dalam birokrasi. Mereka mempertahankan jabatan dengan segala cara. Termasuk cara-cara kotor dan ilegal.

Kekuasaan adalah amanah besar. Itu harus dipertanggungjawabkan. Pejabat akan diminta pertanggungjawaban. Baik di dunia maupun akhirat. Jangan biarkan tahta menjerumuskanmu. Jadilah pemimpin yang adil.

Wanita juga bisa menjadi ujian berat. Pejabat sering terlibat skandal. Perselingkuhan merusak reputasi. Rumah tangga menjadi berantakan. Moralitas publik pun rusak. Integritas mereka dipertanyakan.

Hawa nafsu sering tidak terkendali. Pejabat tergoda pesona dunia. Mereka melanggar norma agama. Mereka melupakan janji suci. Keluarga dan masyarakat pun malu. Akhlak mulia harus tetap dijaga.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pesan Kiai Haji Muchtar Syafaat

Kiai Haji Muchtar Syafaat pernah berpesan. “Derajatnya seorang pejabat atau kiai sama dengan seorang budak. Lantaran syahwat, harta, tahta, wanita.” Pesan ini sangat relevan. Itu peringatan keras bagi kita.

Syahwat duniawi bisa mengikat. Ia bisa mengubah manusia mulia. Menjadi sosok yang hina dan rendah. Sebagaimana budak yang terikat. Pejabat pun bisa terbelenggu nafsu. Bebas secara fisik, tapi terikat jiwa.

Krisis Integritas dan Akhlak

Fenomena ini menunjukkan krisis moral. Integritas pejabat makin dipertanyakan. Akhlak mulia harus ditegakkan. Pendidikan agama sangat penting. Penanaman nilai-nilai luhur krusial.

Generasi muda perlu dibekali. Bekali dengan iman yang kuat. Bekali dengan prinsip keadilan. Agar tidak mudah tergoda dunia. Agar tidak menjadi budak nafsu. Mereka adalah harapan bangsa.

Setiap individu harus mawas diri. Terutama mereka yang berkuasa. Jaga selalu hati dan pikiran. Hindari godaan yang merusak. Ingatlah tujuan hidup yang hakiki. Yakni beribadah kepada Allah SWT.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Pejabat harus berpegang teguh pada agama. Iman menjadi benteng pertahanan. Taqwa adalah kuncinya. Dengan taqwa, kita bisa kuat. Kita bisa menolak godaan syahwat. Kita bisa menjadi teladan.

Refleksi Diri untuk Pemimpin

Pemimpin harus sering introspeksi. Tanyakan pada diri sendiri. Apakah sudah amanah?  sudah melayani rakyat?  sudah menjauhi larangan-Nya? Jangan sampai terlambat menyesal.

Mari kita berdoa bersama. Semoga para pemimpin kita. Selalu diberi kekuatan iman. Selalu diberi petunjuk Allah SWT. Agar mereka menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang adil dan jujur.

Semoga artikel ini bermanfaat. Semoga bisa menjadi pengingat. Untuk kita semua, terutama para pejabat. Mari kita hindari jeratan nafsu. Mari kita capai ridha Allah SWT.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement