SURAU.CO. Pemimpin zalim merupakan salah satu peringatan keras dalam ajaran Islam. Pemimpin zalim tidak hanya menyalahgunakan kekuasaan, tetapi juga merampas hak-hak umat atau rakyatnya. Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin bukan hanya pemegang otoritas, tetapi juga amanah yang harus menjalankan keadilan dengan kasih sayang dan tanggung jawab. Ketika pemimpin berperilaku zalim, ia tidak hanya mendzalimi individu atau kelompok, tetapi juga merusak tatanan sosial dan spiritual masyarakat. Sifat zalim ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang mengutamakan keadilan dan kebaikan. Oleh karena itu, mengenali ciri-ciri pemimpin zalim menjadi penting agar umat tidak terjerumus dalam kepemimpinan yang menyesatkan dan merugikan.
Konsep Pemimpin Zalim Dalam Islam
Secara umum, pemimpin adalah seseorang yang memegang kekuasaan dan otoritas dalam suatu komunitas atau wilayah tertentu, seperti seorang raja, presiden, atau kepala organisasi. Ibnu Taimiyah dalam karya monumental “Menuju Umat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” (1988) menjelaskan bahwa pemimpin atau ulil amri adalah individu yang memiliki kewenangan dan kompetensi dalam suatu urusan. Pemimpin ini bertugas untuk menyuruh umat kepada yang baik (amar ma’ruf) dan mencegah yang buruk (nahi mungkar). Ia menyebut yang termasuk ulil amri ini tidak hanya pemerintah, tetapi juga ulama dan ilmuwan, yang turut memiliki peran dalam membimbing umat menuju kebaikan.
Adapun mengenai konsep zalim, dalam Islam memiliki arti meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak seharusnya. Secara umum, zalim merupakan tindakan yang tidak adil, kejam, atau bertindak tanpa belas kasihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zalim adalah sikap yang tidak memiliki rasa kasihan atau belas kasih. Dalam konteks ini, zalim merujuk pada tindakan yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis, serta bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Allah SWT sangat membenci tindakan zalim sebagai salah satu kategori sifat tercela.
Secara etimologi, kata zalim berasal dari akar kata dalam bahasa Arab yaitu dzho lam mim, yang berarti gelap, yang menggambarkan keadaan ketidakadilan yang menyelimuti hati. Dalam al-Qur’an, selain menggunakan kata zho-lim (zalimi), juga terdapat istilah baghy, yang bermakna melanggar hak-hak orang lain.
Sifat zalim ini merujuk pada perilaku yang kejam dan tidak manusiawi, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, ketidakadilan, kemusnahan harta benda tanpa alasan yang sah. Dan banyak lagi pengertian dari sifat zalim tersebut. Semua ini jelas bertentangan dengan akhlak mulia dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal sehat untuk menegakkan kebaikan dan keadilan.
Ciri Pemimpin Zalim
Firman Allah Ta’ala: “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.” (QS Al-Baqarah : 59). Ini menunjukkan bahwa pemimpin yang zalim mengabaikan petunjuk Ilahi dan menggantikannya dengan keputusan yang merugikan umat.
Sementara itu, Rasulullah Saw telah menyebutkan ciri-ciri pemimpin zalim dalam banyak hadis, yang dapat menjadi pedoman untuk mengenali pemimpin yang menyimpang dari prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan. Di antara ciri-ciri pemimpin zalim yang di sebutkan dalam hadis Rasulullah SAW tersebut di antaranya adalah:
1. Pemimpin sesat
Rasulullah SAW bersabda: “Aku tidak takut (ujian yang akan menimpa) pada umatku, kecuali (ujian) para pemimpin sesat.” (HR. Ibnu Hibban). Sufyan as-Tsauri menggambarkan mereka dengan mengatakan: “Tidaklah kalian menjumpai para pemimpin sesat, kecuali kalian mengingkari mereka dengan hati, agar amal kalian tidak sia-sia.”
Rasulullah menggambarkan kekhawatirannya akan nasib umatnya di masa mendatang yang mendapatkan ujian dari pemimpin yang sesat. Dan umat Islam diajarkan untuk mengingkari setiap pemimpin yang sesat dalam kebijakannya.
2. Pemimpin yang bodoh dalam hal agama
Dari Jabir bin Abdillah RA bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Ka’ab bin Ajzah: “Aku memohon perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” (HR Ahmad).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad tersebut, yang dimaksud dengan pemimpin yang bodoh adalah seorang pemimpin yang gagal mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah SAW. Pemimpin seperti ini tidak mengamalkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam kebijakan dan tindakan mereka, sehingga tidak menegakkan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan kemaslahatan umat sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai akibatnya, pemimpin tersebut tidak hanya menyimpang dari tuntunan agama, tetapi juga berpotensi merugikan masyarakat yang dipimpinnya.
3. Pemimpin yang menolak kebenaran dan menyeru pada kemungkaran
Dari Ubadah bin Shamit RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang memerintah kalian dengan hukum yang tidak kalian ketahui (imani). Sebaliknya, mereka melakukan apa yang kalian ingkari. Sehingga terhadap mereka ini tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mentaatinya.” (HR Ibnu Abi Syaibah).
Dalam hadis ini, Rasulullah Saw menghimbau umatnya untuk tidak mentaati setiap pemimpin yang mengajak pada kemungkaran. Disini juga dibutuhkan ilmu bagi umatnya untuk mengenali dan memahami setiap kebijakan yang sesuai dengan keimanan kita.
4. Pemimpin yang ingkar janji dan intervensi
Dari Abu Hisyam as-Silmi RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (berjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat buruk. Dan mereka tidak suka dengan kalian hingga kalian menilai baik (memuji mereka) dengan keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka, serta kalian memberi kepada mereka hak yang mereka senangi.” (HR. Thabrani).
Hadis ini menjelaskan banyak sekali ciri pemimpim zalim. Tidak hanya soal ingkar janji dan kebohongan, tetapi juga pemimpin yang senang dengan para penjilat yang memuji baik atas keburukan mereka. Bahkan untuk melancarkan segala pekerjaan buruknya, pemimpin zalim akan mengancam kehidupan umat dalam setiap kebijakannya.
5. Pemimpin yang sewenang-wenang
Dari Abu Hurairah RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Akan datang di akhir zaman nanti para penguasa yang memerintah dengan sewenang-wenang, para pembantunya (menteri-menterinya) fasik, para hakim nya menjadi pengkhianat hukum, dan para ahli hukum Islam (fuqaha’nya) menjadi pendusta. Sehingga, siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, maka sungguh kalian jangan menjadi pemungut cukai (kerana khawatir akan bersubahat dengan mereka).” (HR. Thabrani).
Hadis ini menjelaskan kesewenangan seorang pemimpin dalam mengangkat para pembantu dan pejabat di sekelilingnya dari orang-orang jahat yang tidak berkompeten. Dan Rasulullah melarang umatnya untuk menjadi pemungut pajak, agar terhindar dari golongan mereka.
6. Pemimpin yang diktator
Rasulullah SAW bersabda: :“Sesungguhnya seburuk buruknya para penguasa adalah penguasa al-huthamah (diktator).” (HR. Al-Bazzar). Pemimpin al-huthamah (diktator) adalah pemimpin yang menggunakan politik tangan besi terhadap rakyatnya dengan memaksakan kehendak meskipun rakyatnya tidak suka.
Dari Abu Layla al-Asy’ari bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Dan akan datang para pemimpin, jika mereka diminta untuk mengasihani (rakyat), mereka tidak mengasihani; jika mereka diminta untuk menunaikan hak (rakyat), mereka tidak menunaikannya; dan jika mereka disuruh berlaku adil mereka menolak keadilan. Mereka akan membuat hidup kalian dalam ketakutan; dan memecah-belah tokoh-tokoh kalian. Sehingga mereka tidak membebani kalian dengan suatu beban, kecuali mereka membebani kalian dengan paksa, baik kalian suka atau tidak. Serendah-rendahnya hak kalian, adalah kalian tidak mengambil pemberian mereka, dan tidak kalian menghadiri pertemuan mereka.” (HR. Thabrani).
Hadis ini menggambarkan pemimpin zalim, yang dalam setiap kebijakannya tanpa belas kasih dan keadilan. Ia akan memaksakan setiap kebijakannya terlaksana, tanpa peduli rakyat suka ataupun tidak suka. Rasulullah Saw menghimbau umatnya untuk menolak segala pemberian dan undangan dari pemimpin zalim yang diktator.
7. Penguasa zindiq (pura-pura beriman)
Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dua golongan umatku yang keduanya tidak akan pernah mendapatkan syafa’atku: pemimpin yang bertindak zalim (terhadap rakyatnya), dan orang yang berlebihan dalam beragama hingga sesat dari jalan agama.” (HR. Thabrani).
Dalam Islam, zindiq adalah istilah untuk orang yang secara lahiriah mengaku Muslim tetapi secara batin menyembunyikan kekufuran, berusaha merusak akidah umat Muslim, menghancurkan Islam, dan mengubah hukum-hukumnya. Hadis ini menggambarkan pemimpin yang zindiq atau sesat dari jalan agama.
8. Pemimpin Penipu
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang kepada masyarakat tahun-tahun yang penuh tipuan dan kebohongan. Pada tahun-tahun itu pembohong dipandang jujur, orang yang jujur dianggap pembohong, pada tahun-tahun tersebut para pengkhianat dianggap orang yang amanah, sedangkan orang yang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu yang berbicara adalah ruwaibidhah.” Lalu ada sahabat bertanya, “Apakah ruwaibidhah itu?” Rasulullah menjawab, “Orang bodoh yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik.” (Ahmad, Ibnu Majah, Abu Ya’la dan al-Bazzar).
Dalam riwayat lain disebutkan, ruwaibidhah itu adalah “orang fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik” dan “al-umara (pemerintah) fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik”.
Hadis ini mengingatkan kita tentang masa depan yang penuh dengan kebohongan dan ketidakadilan, di mana kebenaran dan kejujuran akan terbalik. Pada saat itu, orang-orang yang seharusnya dipercaya dan dipandang jujur malah dianggap pembohong, sementara para pembohong justru dihormati. Pengkhianat akan dianggap amanah, dan orang yang amanah justru dipandang sebagai pengkhianat. Selain itu, dalam kondisi seperti ini, yang mengurusi urusan umum atau publik bukanlah orang yang bijaksana, melainkan ruwaibidhah, yaitu orang bodoh atau fasik yang tidak seharusnya berbicara atau terlibat dalam masalah besar masyarakat. Hal ini menggambarkan situasi di mana pemimpin atau tokoh masyarakat yang tidak kompeten dan tidak layak berbicara tentang urusan publik, justru mengambil peran yang seharusnya dipegang oleh mereka yang lebih berkompeten dan amanah.
Kriteria Pemimpin Ideal
Dalam Islam, kepemimpinan selalu berhubungan erat dengan akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW, yang diakui sebagai pemimpin terbaik dan contoh teladan sepanjang masa. Nabi Muhammad SAW tidak hanya membawa wahyu, tetapi juga menegakkan nilai kemanusiaan dalam setiap langkah dakwahnya. Beliau dikenal sebagai rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan seorang pemimpin yang ideal, dengan sifat-sifat seperti kejujuran, kecerdasan, dan dapat dipercaya. Karena itu, kriteria seorang pemimpin dalam Islam harus mencerminkan teladan kepemimpinan beliau.
Muhammad al-Islam dalam bukunya Tuntunan Adab-Adab Sunnah Rasulullah SAW untuk Kehidupan Sehari-hari menjelaskan kriteria ideal bagi seorang pemimpin menurut Islam, yang menjadi pedoman dalam memilih pemimpin yang baik.
Salah satu kriteria utama adalah kejujuran, keadilan, dan kebijaksanaan. Pemimpin harus jujur dalam setiap tindakannya, karena semua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat, di mana pengadilan Allah adalah yang paling adil. Selain itu, pemimpin yang baik juga harus mengajak rakyatnya untuk bertakwa kepada Allah dan berlaku adil.
Lebih lanjut, Islam mengajarkan bahwa pemimpin yang ideal tidak boleh meminta jabatan. Nabi Muhammad SAW mengingatkan, ” Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta kepemimpinan, sesungguhnya apabila engkau diberi kepemimpinan karena memintanya, maka engkau diserahi kepemimpinan itu (sepenuhnya) kepada dirimu, dan apabila engkau diberinya bukan karena meminta maka engkau akan diberi pertolongan.” (HR. Abu Dawud).
Pemimpin harus melaksanakan tugasnya dengan benar dan penuh tanggung jawab, karena jabatan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hari kiamat. Pemimpin yang ideal juga harus mencintai dan menyayangi rakyatnya. Selanjutnya, pemimpin yang baik harus berbaik sangka kepada rakyatnya. Rasulullah SAW menyatakan, “Jika seorang penguasa berburuk sangka kepada rakyatnya, maka itu akan merusak mereka” (HR. Abu Dawud).
Ketika seorang pemimpin menjaga prasangka baik, masyarakat akan merasa aman dan tenang. Selain itu, pemimpin juga harus memilih penasihat dan pembantu yang baik dan jujur. Pemimpin yang bertaqwa kepada Allah, jujur, rendah hati, dan mencintai rakyatnya adalah pemimpin yang ideal dalam pandangan Islam.
Refleksi Diri
Peringatan tentang pemimpin zalim sangat jelas dalam ajaran Islam. Pemimpin yang zalim tidak hanya menyalahgunakan kekuasaan tetapi juga merusak hak-hak umat yang dipimpinnya. Dalam Islam, pemimpin adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, keadilan, dan kasih sayang. Ketika pemimpin gagal memenuhi prinsip-prinsip tersebut, maka tidak hanya individu yang dirugikan, tetapi seluruh masyarakat akan merasakan dampaknya. Oleh karena itu, mengenali ciri-ciri pemimpin zalim sangat penting agar umat tidak terjerumus dalam kesesatan yang merugikan.
Islam mengajarkan bahwa pemimpin yang ideal harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan akhlak Nabi Muhammad SAW, yang tidak hanya adil dan bijaksana tetapi juga rendah hati, mencintai rakyat, dan selalu menjaga kebenaran. Pemimpin seperti ini tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya atau berbuat zalim terhadap rakyatnya. Rasulullah SAW bahkan mengingatkan agar umat tidak mengikuti pemimpin yang bertindak zalim, seperti pemimpin yang ingkar janji, mengancam kehidupan rakyat, atau menuntut kepatuhan tanpa keadilan. Pemimpin yang baik akan selalu berpegang pada prinsip kejujuran dan kebijaksanaan, serta mengajak rakyatnya untuk bertakwa kepada Allah.
Dengan memegang prinsip-prinsip tersebut, seharusnya umat Islam dapat memilih pemimpin yang tidak hanya memenuhi kriteria duniawi, tetapi juga memiliki akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga bisa membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh umat. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita dari pemimpin zalim dan memberi kita petunjuk dalam memilih pemimpin yang adil sesuai dengan tuntunan Islam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
