Harta dan kekayaan seringkali menjadi tujuan utama dalam hidup manusia. Banyak orang bekerja keras demi mengumpulkan harta. Namun, dalam pandangan Islam, harta bukanlah segalanya. Ada sifat-sifat manusia tertentu yang justru dapat membuat harta menjadi tercela. Harta yang tercela tidak akan membawa keberkahan. Bahkan, ia bisa menjadi sumber malapetaka. Umat Muslim wajib memahami hal ini. Pemahaman ini penting untuk menjaga hati dan amalan.
Harta: Anugerah atau Ujian?
Islam memandang harta sebagai titipan Allah SWT. Ia bisa menjadi anugerah sekaligus ujian. Harta yang didapat secara halal adalah anugerah. Penggunaannya pun harus sesuai syariat Islam. Jika digunakan dengan baik, harta akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, harta yang didapat dari cara haram adalah ujian. Penggunaannya yang tidak tepat akan mendatangkan dosa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan. Dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28).
Sifat-sifat yang Merusak Keberkahan Harta
Beberapa sifat manusia dapat membuat harta menjadi tercela. Sifat-sifat ini harus dihindari. Mari kita telaah satu per satu:
-
Serakah (Hubbud Dunya)
Sifat serakah adalah mencintai dunia secara berlebihan. Orang serakah tidak pernah merasa cukup. Ia selalu ingin mengumpulkan lebih banyak harta. Bahkan jika itu berarti melanggar aturan agama. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya ia akan menginginkan dua lembah. Dan tidak akan memenuhi mulut anak Adam melainkan tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Keserakahan bisa mendorong seseorang melakukan korupsi. Atau, ia bisa melakukan penipuan. Ini jelas diharamkan dalam Islam. Keserakahan menutup mata hati dari kebaikan. -
Bakhil (Pelit)
Bakhil adalah sifat enggan mengeluarkan harta. Meskipun ia mampu bersedekah. Orang bakhil sangat mencintai hartanya. Ia takut hartanya berkurang. Padahal, bersedekah justru melipatgandakan rezeki. Allah SWT berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba: 39). Kebakhilan menutup pintu rezeki dan keberkahan. Ini juga membuat hati menjadi keras. -
Boros (Israf dan Tabdzir)
Boros berarti menghambur-hamburkan harta. Boros dilakukan untuk hal yang tidak perlu. Terkadang, boros juga untuk pamer. Islam melarang sifat boros. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al-Isra: 26-27). Boros dapat menyebabkan kemiskinan. Ia juga menghilangkan rasa syukur. -
Ria (Pamer)
Ria adalah melakukan amal kebaikan. Namun, tujuannya untuk dilihat orang lain. Bukan karena Allah SWT. Termasuk dalam mengeluarkan harta. Orang yang ria bersedekah agar dipuji. Ia berinfak agar dianggap dermawan. Ini menghilangkan pahala amal tersebut. Niat adalah penentu nilai suatu perbuatan. Niat yang tulus hanya untuk Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Harta yang digunakan untuk ria menjadi tercela. -
Takabur (Sombong)
Takabur adalah merasa diri lebih mulia. Ia menganggap rendah orang lain. Ini bisa terjadi karena memiliki harta banyak. Orang yang takabur membanggakan hartanya. Ia lupa bahwa harta itu titipan Allah. Kesombongan adalah sifat tercela. Allah SWT tidak menyukai orang sombong. “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong.” (QS. Al-Isra: 37). Sifat takabur menjauhkan diri dari rahmat Allah.
Bagaimana Mengelola Harta dengan Benar?
Untuk menghindari harta menjadi tercela, umat Muslim harus bijak. Kita perlu mengelola harta dengan cara yang benar. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Mencari Harta yang Halal: Pastikan setiap harta didapatkan dari jalan yang syar’i. Hindari segala bentuk penipuan, riba, dan korupsi.
-
Bersyukur: Selalu syukuri nikmat harta yang diberikan Allah. Rasa syukur akan menambah keberkahan.
-
Berbagi (Sedekah dan Zakat): Sisihkan sebagian harta untuk bersedekah. Tunaikan zakat sesuai kewajiban. Ini membersihkan harta dan jiwa.
-
Hidup Sederhana: Jauhi sifat boros dan bermewah-mewahan. Gunakan harta secukupnya dan sesuai kebutuhan.
-
Tawadhu (Rendah Hati): Jangan sombong dengan harta yang dimiliki. Ingatlah bahwa semua berasal dari Allah.
-
Memahami Tujuan Harta: Harta adalah alat untuk mencapai keridaan Allah. Gunakan untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Kutipan Inspiratif:
“Harta bukanlah segala-galanya. Ketenangan hati dan keberkahan adalah kunci kebahagiaan sejati.”
“Sesungguhnya, kekayaan yang sejati adalah kekayaan hati.”
“Jangan biarkan hartamu menguasaimu. Kuasailah hartamu demi kebaikan.”
“Sebaik-baiknya harta adalah yang membawa manfaat bagi sesama.”
“Harta yang diberkahi adalah yang tidak membuat kita lalai dari Allah.”
Kesimpulan
Harta memiliki potensi besar. Ia bisa menjadi sumber kebaikan atau keburukan. Semua tergantung pada sikap manusia. Sifat-sifat seperti serakah, bakhil, boros, ria, dan takabur dapat membuat harta tercela. Umat Muslim harus berhati-hati. Kita harus mengelola harta dengan bijak. Tujuannya adalah meraih keberkahan. ingatlah selalu bahwa kehidupan dunia ini sifatnya sementara dan fana. Kesenangan dan kemewahan yang kita kejar seringkali hanya ilusi belaka. Oleh karena itu, penting sekali untuk menyadari bahwa harta yang kita miliki sejatinya hanyalah sebuah titipan dari Allah SWT, bukan milik kita secara mutlak. Ia diberikan kepada kita sebagai amanah, sekaligus sebagai ujian untuk melihat bagaimana kita mengelolanya.
Dengan demikian, tujuan akhir yang seharusnya kita kejar bukanlah penumpukan harta semata, melainkan kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Kebahagiaan yang abadi dan tak lekang oleh waktu. Maka dari itu, sangatlah krusial bagi kita semua untuk senantiasa berdoa dan berusaha keras agar terhindar dari sifat-sifat tercela yang dapat merusak keberkahan harta kita. Sifat-sifat yang telah kita bahas, seperti keserakahan, kebakhilan, pemborosan, riya, dan kesombongan.
Sebagai langkah konkret, mari kita tingkatkan kualitas diri dengan menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan. Syukur akan membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan. Dan yang tidak kalah pentingnya, marilah kita senantiasa menggunakan harta titipan ini di jalan yang diridai-Nya, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup secara halal, bersedekah, berzakat, atau membantu sesama. Karena pada akhirnya, harta yang bermanfaat bagi orang lain dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya adalah harta yang paling berkah dan tidak akan pernah merugikan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
