Khazanah
Beranda » Berita » Saat Ibadah Terasa Hambar: Tanda Hati Sedang Sakit

Saat Ibadah Terasa Hambar: Tanda Hati Sedang Sakit

Tanda hati sedang sakit. (sumber: canva.com)

SURAU.CO – Ketika tubuh sedang sakit, makanan selezat apa pun akan terasa hambar di lidah. Nafsu makan pun hilang seketika. Ternyata, kondisi serupa juga bisa menimpa hati kita. Dalam pandangan Islam, hati juga bisa jatuh sakit. Penyakitnya bukanlah penyakit medis, melainkan penyakit ruhani seperti kesombongan, iri hati, atau cinta dunia.

Ketika hati terjangkit salah satu penyakit ini, ia akan kehilangan “selera”-nya. Akibatnya, ia tidak akan mampu lagi merasakan nikmat dan lezatnya ibadah. Inilah sebuah analogi kuat yang perlu kita renungkan bersama.

Diagnosis dari Ulama Besar

Analogi mendalam ini dijelaskan oleh para ulama besar, salah satunya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah. Beliau memberikan sebuah diagnosis yang sangat tajam mengenai kondisi hati. Beliau berkata:

“Bagaimana mungkin hati bisa merasakan lezatnya ibadah, padahal hati itu terbelenggu oleh syahwat?”

Di kesempatan lain, beliau juga menegaskan:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Jika hati itu sakit, maka ia tidak akan mendapati lezatnya ibadah dan tidak akan merasakan manisnya ketaatan.”

Pernyataan ini berfungsi sebagai cermin bagi kita. Jika kita merasa shalat begitu berat, zikir terasa hambar, dan tilawah Al-Qur’an tidak lagi menenangkan, maka mungkin ada yang salah dengan kondisi hati kita. Ini bukan sekadar tanda iman yang lemah, melainkan gejala dari sebuah penyakit yang butuh pengobatan.

Akar Masalah: Hati yang Terbelenggu

Lantas, apa yang membuat hati menjadi sakit? Menurut Ibnul Qayyim, akar masalahnya adalah syahwat. Hati yang sakit adalah hati yang terpenjara oleh kecintaannya pada dunia. Pikirannya dipenuhi oleh urusan harta, takhta, dan hawa nafsu. Akibatnya, hati yang seperti ini tidak memiliki ruang kosong lagi untuk merasakan manisnya iman.

Bayangkan sebuah gelas yang sudah terisi penuh oleh air keruh. Tentu kita tidak akan bisa mengisinya lagi dengan air jernih. Begitulah perumpamaan hati kita. Jika hati sudah penuh dengan cinta pada selain Allah, maka cinta kepada Allah tidak akan mendapat tempat. Hasilnya, setiap ibadah yang kita lakukan hanya akan menjadi rutinitas kosong, gerakan tanpa ruh.

Gejala Lain yang Perlu Diwaspadai

Selain ibadah yang terasa hambar, hati yang sakit juga menunjukkan gejala lain: ia tidak lagi merasakan sakitnya dosa. Seseorang dengan jasad yang sehat akan langsung merasa sakit jika tertusuk duri. Namun, orang yang jasadnya mati rasa tidak akan merasakan apa-apa.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sama halnya dengan hati. Hati yang sehat akan merasa perih dan menyesal setelah berbuat maksiat. Rasa sakit inilah yang akan mendorongnya untuk segera bertaubat. Sebaliknya, hati yang sakit atau bahkan mati tidak lagi memiliki kepekaan ini. Ia berbuat dosa tanpa merasa bersalah, sehingga nasihat dan peringatan pun tidak lagi mempan baginya.

Jalan Menuju Penyembuhan

Jika kita merasakan gejala-gejala ini, maka janganlah berputus asa. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Langkah pertama adalah mengakui bahwa kita sedang sakit. Setelah itu, kita harus memulai proses pengobatan dengan sungguh-sungguh.

Obat utama bagi penyakit hati adalah Al-Qur’an. Ia adalah Asy-Syifa atau penyembuh. Maka, bacalah, renungkan maknanya, dan amalkan isinya. Di samping itu, perbanyaklah zikir dan istighfar karena keduanya akan membersihkan noda di hati. Terakhir, carilah lingkungan yang baik. Bergaul dengan orang saleh akan membantu kita mendetoksifikasi hati dari racun-racun dunia.

Periksalah Hatimu Secara Berkala

Maka dari itu, kita harus lebih sering memeriksa kesehatan hati kita, sebagaimana kita rutin memeriksa kesehatan fisik. Tanyakan pada diri sendiri setiap hari, “Apakah ibadahku hari ini terasa nikmat? Apakah hatiku masih bisa menangis karena dosa?”

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah diagnosa bagi diri kita. Jika jawabannya “tidak”, maka segeralah berobat. Jangan biarkan penyakit hati itu semakin parah, karena hati yang sehat (qalbun salim) adalah modal utama kita untuk kembali kepada Allah SWT.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement