Opinion
Beranda » Berita » Sabar dalam Islam: Kekuatan di Tengah Ujian

Sabar dalam Islam: Kekuatan di Tengah Ujian

Sabar dalam Islam: Kekuatan di Tengah Ujian
Sabar dalam Islam: Kekuatan di Tengah Ujian

SURAU.CO.Sabar adalah sikap menahan diri dan mengendalikan emosi serta keinginan saat menghadapi kesulitan, kekecewaan, atau penderitaan, tanpa menunjukkan reaksi negatif atau putus asa. Kata ini berasal dari bahasa Arab “as-Shabru” yang berarti menahan diri dari keluh kesah. Mampu bertahan dalam situasi sulit, tidak mudah marah, tidak lekas putus asa, dan tidak patah hati. Orang itu dapat mengelola emosi dan keinginannya, serta menolak untuk bertindak impulsif atau negatif saat diuji. Menerima segala ketetapan Allah dengan ikhlas, sembari tetap berusaha mencari solusi sesuai syariat.

Sabar dalam menghadapi ujian akan mendatangkan pahala dan kemudahan dari Allah SWT. Allah SWT mengampuni dosa seorang muslim yang sabar menghadapi kesulitan. Dengan demikian, ujian tersebut juga membantu muslim mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih derajat lebih tinggi di surga. Menyerahkan segala urusan kepada Tuhan dapat meringankan beban dan memberikan kekuatan untuk terus melangkah. Setiap luka dan kegagalan mengajarkan kita pelajaran dan hikmah. Oleh karena itu, kita dapat memahami hal tersebut pada waktunya, yang kemudian memperkuat jiwa kita. Menahan diri dari kejelekan dan menjauhi hal-hal yang dapat mengotori hati, serta bersabar dalam pergaulan, dapat membawa banyak kebaikan.

Kata “sabar” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, yaitu “ash-shabru” (الصبر), yang secara harfiah berarti menahan diri atau ketahanan. Dalam konteks bahasa Arab dan Islam, sabar juga mencakup makna menahan diri dari keluh kesah, amarah, dan keinginan yang tidak baik, serta ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Jadi, ketika seseorang mengatakan “sabar” dalam bahasa Indonesia, mereka sebenarnya merujuk pada konsep yang sama dengan “ash-shabru” dalam bahasa Arab, yaitu kemampuan untuk menahan diri dan tetap tenang dalam situasi sulit atau tidak menyenangkan.

Aspek-aspek Kesabaran dalam Islam:

Makna kesabaran dalam Islam adalah menahan diri dari kemaksiatan dan kesusahan dengan ikhlas dan ridha atas takdir Allah, serta tetap teguh dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Kesabaran ini mencakup tiga aspek utama: sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah atau cobaan.

Aspek-aspek kesabaran dalam Islam umumnya dibagi menjadi tiga jenis: pertama, sabar dalam ketaatan untuk menjalankan perintah Allah; kedua, sabar dalam meninggalkan maksiat untuk menahan diri dari godaan dosa; dan ketiga, sabar dalam menghadapi cobaan seperti musibah, kesulitan, atau ujian hidup lainnya. Selain itu, ada juga aspek sabar dalam hubungan sosial, sabar dalam menghadapi hawa nafsu, dan sabar dalam perjuangan menegakkan kebenaran. 

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Surat Al-Anfal Ayat 46

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Arab-Latin: Wa aṭī’ullāha wa rasụlahụ wa lā tanāza’ụ fa tafsyalụ wa taż-haba rīḥukum waṣbirụ, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn

Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

  1. Sabar dalam Ketaatan (Ibadah)

Ini berarti menahan diri untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allah, seperti mendirikan shalat, berdzikir, dan menjalankan perintah-Nya, meskipun terasa berat atau membosankan.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Menjalankan Perintah Allah:

Kita menunjukkan kesabaran, dan hal itu terjadi saat kita melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, seperti shalat, puasa, dan ibadah lainnya.

Tekun dalam Pengabdian:

Kesabaran ini melibatkan ketekunan dalam menjalankan ibadah dengan segala syarat dan ketentuan yang ada, baik sebelum, saat, maupun setelah beribadah.

  1. Sabar dalam Menjauhi Maksiat (Menahan Diri)

Merupakan kemampuan untuk menahan diri dari berbagai macam godaan hawa nafsu dan keinginan untuk berbuat dosa, seperti berdusta, menipu, berzina, atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Menahan Diri dari Dosa:

Aspek ini adalah kemampuan untuk menahan diri dari perbuatan haram dan segala bentuk maksiat, seperti berdusta, menipu, atau melakukan hal-hal yang dilarang.

Mengendalikan Hawa Nafsu:

Sabar ini juga berarti mengendalikan dorongan hawa nafsu yang mengajak pada keburukan dan kenikmatan duniawi yang dilarang.

  1. Sabar dalam Menghadapi Cobaan (Musibah dan Ujian)

Ini adalah sikap menerima dan ridha atas ketetapan Allah, baik itu kehilangan harta, sakit, kematian orang yang dicintai, atau kesulitan lainnya. Sabar dalam menghadapi musibah disertai dengan keyakinan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Baqarah ayat 153: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

 Surat Al-Baqarah Ayat 153

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanusta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Menerima Ketetapan Allah:

Menunjukkan sikap ridha dan menerima takdir Allah yang tidak menyenangkan, baik itu berupa kesulitan, kehilangan harta, atau musibah lainnya.

Tidak Mengeluh:

Menahan diri agar tidak mengeluh, gelisah, atau menunjukkan kesedihan pada lisan, hati, atau anggota badan ketika tertimpa musibah.

  1. Aspek Sabar Lainnya

Sabar dalam Pergaulan:

Mampu menahan diri dalam hubungan sosial agar tidak cepat marah, tidak memutuskan hubungan, dan tetap beretika dalam berinteraksi dengan sesama.

Sabar dalam Perjuangan:

Menjalani kesulitan dan penderitaan dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan menegakkan agama.

Sabar Menanti Kemenangan:

Menahan diri dan tetap optimis menanti datangnya pertolongan dan kemenangan dari Allah.

Manfaat dan Keutamaan Sabar

Sabar mendatangkan banyak manfaat: pertama, Allah menggugurkan dosa seorang hamba, kedua, ia meningkatkan derajat hamba di hadapan-Nya, ketiga, Allah menjaga dan mencintai orang yang sabar, keempat, sabar menjadi kunci kesuksesan dan ketenangan hidup, dan kelima, orang sabar akan memperoleh pahala tanpa batas di akhirat. Sabar juga membawa kesehatan mental dan fisik, membantu mengendalikan emosi, dan meningkatkan pemahaman tentang kekuasaan Allah.

Menggugurkan Dosa:

Allah akan menghapus dosa-dosa seorang Muslim yang mengalami kelelahan, sakit, atau kesusahan, karena kesabaran dan keikhlasannya dalam menghadapi cobaan tersebut. Selanjutnya, kesusahan, sakit, atau musibah yang dihadapi dengan sabar dan ikhlas akan menghapuskan dosa-dosa seorang Muslim.

Mendapatkan Ridha dan Pertolongan Allah:

Makna kesabaran dalam Islam ialah Allah mengajarkan kita untuk menahan diri dari kemaksiatan dan kesusahan dengan ikhlas dan ridha atas takdir-Nya, serta tetap teguh dalam ketaatan kepada-Nya. Kesabaran ini mencakup tiga aspek utama, yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah atau cobaan.

Meningkatkan Ketahanan dan Disiplin Diri:

Sabar membantu seseorang membangun ketahanan mental dan disiplin diri dalam menghadapi tantangan hidup. Orang yang sabar akan senantiasa dijaga dan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.

Mempererat Hubungan Sosial:

Sikap sabar membantu membangun citra positif dan mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Sabar membantu meredakan emosi, menghindari keputusan tergesa-gesa, dan memberikan ketenangan serta kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.

Mendapatkan Kemenangan dan Kebahagiaan Dunia Akhirat:

Kesabaran adalah kunci meraih kesuksesan dan kebahagiaan abadi di akhirat. Allah akan membalas orang yang sabar dengan pahala yang tiada tara dan tanpa batas, seperti dalam Surah Az-Zumar.

Sebagai kesimpulan, sabar dalam menghadapi ujian adalah sikap mental dan spiritual yang menunjukkan kejujuran iman kepada Allah SWT, kemampuan mengendalikan diri, dan menerima takdir dengan ikhlas. Sehingga individu akan mendapatkan pahala, ampunan, rahmat, dan petunjuk dari-Nya, sekaligus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas hidupnya.

(Budi: mengutip dari berbagai sumber)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement