SURAU.CO – Anda tentu pernah melihat seorang pegawai yang bekerja sangat rajin saat atasannya ada di dekatnya. Namun, ketika sang atasan pergi, semangat kerjanya langsung menurun. Inilah tabiat umum manusia. Kita seringkali memperbaiki perilaku hanya karena merasa diawasi oleh orang lain. Padahal, seorang Muslim memiliki pengawas yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lalai, yaitu Allah SWT.
Menumbuhkan perasaan merasa diawasi Allah menumbuhkan inti dari semua kebaikan. Para ulama dalam tradisi Islam menyebut konsep agung ini muraqabah. Secara esensial, muraqabah menanamkan keyakinan kuat di dalam hati. Keyakinan bahwa Allah selalu melihat kita, mengetahui setiap gerak-gerik, dan memahami setiap bisikan hati kita. Keyakinan ini membangun fondasi ketakwaan yang paling kokoh.
Makna Muraqabah: Keyakinan yang Menghidupkan Hati
Perasaan muraqabah lahir dari pemahaman kita terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah. Kita beriman bahwa Allah Maha Melihat (Al-Bashir), Maha Mendengar (As-Sami’), dan Maha Mengetahui (Al-‘Alim). Tidak ada satu pun daun yang jatuh atau semut hitam di atas batu hitam pada malam gelap yang luput dari pengawasan-Nya.
Allah SWT menegaskan hal ini di banyak ayat Al-Qur’an, di antaranya:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. Al-Hadid: 4)
Kebersamaan ini tidak berarti kebersamaan fisik. Sebaliknya, ia menunjukkan kebersamaan dalam hal ilmu dan pengawasan Allah. Kesadaran inilah yang seharusnya menghentikan kita dari perbuatan maksiat, laksana rem paling pakem. Pada saat yang sama, kesadaran ini juga mendorong kita untuk senantiasa berbuat baik.
Puncak Tertinggi Iman: Martabat Ihsan
Perasaan merasa diawasi Allah menempati kedudukan yang sangat mulia. Para ulama menyebutnya tingkatan iman tertinggi, yaitu Ihsan. Setiap hamba yang tulus tentu mencita-citakan tujuan spiritual ini. Rasulullah SAW menjelaskan konsep Ihsan secara langsung dalam hadits Jibril yang sangat terkenal:
“Kabarkanlah kepadaku tentang Ihsan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Hadits ini memberikan dua tingkatan Ihsan. Tingkatan pertama menuntut kita beribadah seolah-olah melihat Allah. Rasa cinta dan rindu melahirkan tingkatan ini. Adapun tingkatan kedua menuntut keyakinan penuh bahwa Allah pasti melihat kita. Keyakinan inilah yang membangun dasar muraqabah yang lahir dari rasa takut dan pengagungan.
Buah Manis dari Sifat Muraqabah
Ketika sifat muraqabah telah tertanam kuat dalam jiwa, seorang hamba akan memetik buah-buah yang sangat manis dalam hidupnya.
Pertama, kesadaran ini membangun benteng terkuat dari perbuatan dosa, terutama saat sendirian. Banyak orang mampu tampil saleh di hadapan publik, namun berani melanggar batasan Allah saat tidak ada yang melihat. Sebaliknya, orang yang memiliki muraqabah akan takut berbuat dosa di mana pun ia berada. Ia sadar tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pandangan Allah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Muraqabah adalah dasar dari segala amalan hati. Ia adalah tiang penyangga yang semua amalan hati akan kembali kepadanya.”
Kedua, muraqabah memurnikan niat dan melahirkan keikhlasan. Seseorang tidak lagi beramal untuk mencari pujian manusia. Ia beramal semata-mata karena sadar Allah sedang memperhatikannya. Ia tidak lagi memedulikan penilaian manusia.
Ketiga, ia mendatangkan ketenangan jiwa yang luar biasa. Orang yang merasa Allah mengawasinya akan senantiasa merasa aman dan ditemani. Ia akan selalu menghubungkan hatinya dengan sumber kekuatan yang tak terbatas.
Tumbuhkan dalam Setiap Hembusan Napas
Kita harus melatih jiwa secara berkelanjutan untuk merasa diawasi Allah. Kita perlu menumbuhkan dan memupuknya setiap hari. Caranya, kita harus terus mempelajari ilmu agama, merenungkan kebesaran Allah, dan berdoa kepada-Nya. Sifat ini tidak melahirkan ketakutan negatif. Sebaliknya, ia menumbuhkan penghormatan, cinta, dan motivasi. Sifat ini menjadi kunci yang membuka semua pintu kebaikan dan menutup rapat semua pintu keburukan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
