Kisah
Beranda » Berita » 2 Istri Nabi, Tapi Jadi Ahli Neraka

2 Istri Nabi, Tapi Jadi Ahli Neraka

2 Istri Nabi, Tapi Jadi Ahli Neraka
Ilustrasi siksa neraka

SURAU.CO – Dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 10, Allah memberikan perumpamaan tentang dua istri nabi yang durhaka. Ayat tersebut berbunyi:

Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada suami mereka. Maka suami mereka itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan Kami berkata kepada keduanya: ‘Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.’ (QS. At-Tahrim: 10)

Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa meskipun seorang wanita hidup sebagai istri nabi, status itu tidak otomatis menjamin keselamatan jika ia tidak beriman kepada Allah.

Siapakah Mereka?

1.Istri Nabi Nuh

Nabi Nuh adalah salah satu nabi besar yang mendapat gelar Ulul Azmi. Beliau berdakwah kepada kaumnya selama ratusan tahun agar mereka mau menyembah Allah dan meninggalkan berhala. Namun mayoritas kaumnya justru menolak ajakan itu.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Lebih buruknya lagi, penolakan juga datang dari orang terdekatnya, yakni istrinya. Sejumlah riwayat menyebut nama istri Nabi Nuh adalah Walighah. Ia malah menentang dan meremehkan dakwah suami.

Ketika Nabi Nuh mengajaknya beriman, Walighah menolak dengan ucapan, “Aku tidak akan meninggalkan Tuhanku,” yang ia maksudkan adalah berhala-berhala yang disembah kaumnya. Tidak hanya menolak, Walighah bahkan mempengaruhi anaknya yang bernama Kan’an agar tidak mengikuti ayahnya. Ia berkata, “Wahai anakku, jangan kamu dengarkan dia (Nabi Nuh).”

Meskipun demikian, Nabi Nuh tidak menyerah. Beliau terus berdakwah selama ratusan tahun dan tetap mengajak istrinya untuk menyembah Allah.

Pada suatu waktu, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera berukuran sangat besar. Proses pembuatan bahtera itu memicu cemoohan orang-orang kafir yang menuduh Nabi Nuh gila karena membuat kapal di tengah padang pasir.

Dalam situasi itu, Walighah kembali menghina suaminya dengan berkata, “Wahai Nuh, tidakkah kamu puas menjalani hidup yang panjang dan melelahkan ini? Hentikan kata dan perbuatanmu, kamu telah dianggap sebagai orang gila.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ucapan istrinya semakin membuat hati Nabi Nuh sedih. Beliau lalu mengadu kepada Allah:

Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku telah mengalahkan, maka tolonglah (aku).’” (QS. Al-Qamar: 10)

Akhirnya, ketika banjir besar yang menjadi azab Allah datang, istri Nabi Nuh beserta anaknya ikut binasa bersama orang-orang kafir. Walighah tetap dalam kekafiran, meskipun setiap hari ia hidup bersama seorang nabi yang penuh kesabaran dan kasih sayang.

2. Istri Nabi Luth

Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim yang Allah utus untuk membimbing umatnya menuju jalan tauhid. Kaum Nabi Luth terkenal karena perilakunya yang menyimpang: mereka terang-terangan melakukan homoseksual, sebuah perbuatan yang diharamkan Allah.

Nabi Luth berulang kali menasihati mereka dengan penuh kesabaran. Namun, kaumnya tetap menolak, bahkan mengejek dan menantang dakwahnya.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Lebih tragis lagi, istrinya sendiri justru tidak mendukung perjuangannya. Tafsir menyebut nama istri Nabi Luth adalah Wa’ilah. Ia memilih berkhianat dengan berpihak kepada kaumnya yang sesat.

Ketika ada tamu datang ke rumah Nabi Luth, Wa’ilah membocorkan kabar itu kepada kaum yang bejat agar mereka bisa melampiaskan hawa nafsu mereka. Tindakan ini menunjukkan bahwa ia lebih condong pada keburukan dibandingkan mendukung kebenaran.

Akhirnya Allah menurunkan azab berupa hujan batu dan gempa bumi di negeri Sodom. Dalam peristiwa itu, istri Nabi Luth ikut celaka bersama kaumnya. Ia tidak selamat meski hidup bersama seorang nabi.

Dengan demikian, pesan yang tersirat sangat jelas: iman dan ketakwaanlah yang menentukan kemuliaan, bukan status..

Hikmah dari Kisah Istri Nabi yang Durhaka

Kisah dua istri nabi yang masuk neraka menyimpan banyak pelajaran berharga. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Status Tidak Menjamin Keselamatan

Seorang wanita tidak otomatis mulia hanya karena ia menjadi istri nabi. Allah menilai manusia dari iman dan amal salehnya, bukan dari kedekatannya dengan orang saleh.

  1. Iman Itu Tanggung Jawab Pribadi

Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap orang memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri. Kita tidak bisa berharap selamat hanya karena lahir dari keluarga saleh, memiliki suami yang taat, atau berasal dari keturunan ulama. Iman harus tumbuh dan terjaga dalam hati masing-masing.

  1. Bahaya Menolak Kebenaran

Istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth menyaksikan langsung akhlak mulia dan kesabaran suami mereka. Namun, hati yang keras membuat mereka menolak kebenaran. Penolakan itu akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan.

  1. Perempuan Juga Punya Peran Besar

Seorang perempuan bisa menjadi penopang dakwah, seperti Khadijah yang mendukung Nabi Muhammad ﷺ dengan penuh cinta dan pengorbanan. Namun, perempuan juga bisa menjadi penghalang, seperti istri Nabi Nuh dan Nabi Luth.

  1. Allah Adil terhadap Semua Hamba-Nya

Allah tidak menilai status, jabatan, atau garis keturunan. Siapa pun yang beriman akan mulia, dan siapa pun yang kafir akan celaka. Keadilan Allah berlaku mutlak, tanpa memandang bulu.

Kisah dua istri nabi yang masuk neraka yang tercatat dalam perlu untuk direnungkan secara mendalam, utamya bagi kaum perempuan. Sudahkah kita menjaga iman dengan sungguh-sungguh? Sudahkah kita mendukung kebenaran atau justru mengabaikannya?

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement