Khazanah
Beranda » Berita » Tiga Keadaan Hati Manusia: Di Manakah Posisi Hati Kita?

Tiga Keadaan Hati Manusia: Di Manakah Posisi Hati Kita?

Tiga Keadaan Hati Manusia: Di Manakah Posisi Hati Kita? Sumber: canva.com

SURAU.CO – Dalam pandangan Islam, hati (qalb) adalah pusat kendali. Ia adalah raja yang memerintah seluruh anggota tubuh. Jika sang raja baik, maka seluruh rakyatnya (anggota tubuh) akan baik. Namun, jika sang raja rusak, maka seluruh kerajaannya akan hancur berantakan. Hati adalah penentu kualitas iman dan amal seseorang. Ia adalah wadah bagi keimanan, ketakwaan, dan juga penyakit-penyakit ruhani.

Karena perannya yang sangat vital, kita wajib untuk selalu memeriksa kondisi hati kita. Para ulama, seperti Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, membagi keadaan hati manusia menjadi tiga jenis. Setiap jenis memiliki ciri-ciri dan konsekuensinya sendiri. Mengetahui ketiga keadaan ini akan membantu kita mendiagnosis diri. Dengan begitu, kita bisa mengambil langkah yang tepat untuk membersihkan dan menyehatkannya.

1. Hati yang Sehat (Al-Qalbu As-Salim)

Jenis pertama adalah tingkatan hati yang tertinggi, yaitu hati yang sehat. Inilah hati yang didambakan oleh setiap Muslim. Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Ia selamat dari segala bentuk syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah. Ia juga selamat dari segala bentuk syubhat (keraguan) yang berlawanan dengan firman-Nya.

Hati ini telah sepenuhnya tunduk kepada Allah SWT. Ia menjadikan cinta kepada Allah sebagai satu-satunya tujuan. Pemilik hati ini hanya akan mencintai apa yang Allah cintai. Ia juga akan membenci apa yang Allah benci. Seluruh hidupnya ia baktikan untuk meraih ridha Tuhannya. Ketenangan sejatinya adalah saat berzikir dan beribadah.

Inilah hati yang akan membawa keselamatan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman tentang hari kiamat:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (sehat).” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Hati inilah yang menjadi tujuan akhir dari perjalanan spiritual seorang hamba.

2. Hati yang Mati (Al-Qalbu Al-Mayyit)

Jenis kedua adalah kebalikan total dari yang pertama. Hati yang mati adalah hati yang tidak lagi mengenal Tuhannya. Ia tidak lagi menjalankan perintah-Nya atau menjauhi larangan-Nya. Hati ini telah menjadi budak bagi hawa nafsu dan syahwatnya sendiri. Ia tidak peduli apakah perbuatannya mendatangkan ridha atau murka Allah.

Hati yang mati tidak merasakan sakitnya dosa. Ia tidak menyesali kemaksiatan yang ia lakukan. Nasihat dan peringatan tidak lagi bisa menembus dindingnya yang tebal. Pemilik hati ini hidup dalam kegelapan. Ia berjalan tanpa cahaya petunjuk. Pertimbangannya hanyalah keuntungan dan kesenangan duniawi semata. Inilah keadaan hati orang-orang yang menolak kebenaran.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

3. Hati yang Sakit (Al-Qalbu Al-Maridh)

Jenis ketiga adalah keadaan hati yang paling banyak kita jumpai. Hati yang sakit adalah hati yang masih hidup, tetapi memiliki penyakit. Hati ini berada di persimpangan jalan. Di dalamnya ada dua tarikan kekuatan yang saling berperang.

Di satu sisi, ia masih memiliki cinta kepada Allah. Ia masih memiliki iman dan keinginan untuk berbuat baik. Namun, di sisi lain, ia juga memiliki penyakit. Penyakit itu berupa cinta pada syahwat, hasad, sombong, atau riya’. Kedua kekuatan ini terus-menerus bertarung untuk mendominasi hati.

Terkadang, tarikan iman lebih kuat. Maka, pemilik hati ini akan rajin beribadah dan menjauhi maksiat. Namun, di saat lain, penyakitnya kambuh. Tarikan syahwat menjadi lebih kuat. Maka, ia pun terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Hati ini berada dalam kondisi yang tidak stabil. Ia terus berbolak-balik antara ketaatan dan kemaksiatan.

Hati yang sakit membutuhkan pengobatan. Jika penyakitnya tidak segera diobati, ia bisa semakin parah. Pada akhirnya, penyakit itu bisa mematikan hatinya. Namun, jika ia segera berobat dengan ilmu, zikir, dan taubat, hatinya bisa sembuh. Ia bisa naik tingkat menjadi hati yang sehat (qalbun salim).

Kenali dan Obatilah Hatimu

Setelah mengetahui tiga keadaan ini, tanyakanlah pada diri kita. Di manakah posisi hati kita saat ini? Apakah ia sehat, sakit, atau justru telah mati? Jujurlah pada diri sendiri. Pengakuan adalah langkah pertama menuju penyembuhan.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Jika hati kita sakit, segeralah berobat. Jangan menunda-nunda. Dekatkan diri kepada Allah. Pelajari Al-Qur’an dan Sunnah. Bergaullah dengan orang-orang saleh. Jauhilah segala sesuatu yang bisa membuat penyakit hati kita semakin parah. Semoga Allah menganugerahkan kita semua hati yang sehat dan selamat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement