Arti SURAU.CO.Sholawat Tarhim adalah lantunan pujian dan doa untuk Nabi Muhammad SAW yang Syekh Mahmud Khalil Al-Hussary, seorang qari dari Mesir, ciptakan. Di Indonesia, orang-orang sering mengkumandangkan sholawat ini di masjid atau mushola melalui pengeras suara sesaat sebelum adzan Subuh berkumandang. Karena fungsinya sebagai penanda waktu dan pengingat bagi umat Islam untuk mempersiapkan sahur atau sholat Subuh dan tahajud.
Beberapa ulama memperdebatkan hukum salawat tarhim, sementara yang lain menyatakan hukumnya sunnah. Tindakan memuji Nabi dan sahabat dilakukan karena itu adalah perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah. Sementara itu, umat Islam menghindari tindakan bid’ah karena Rasulullah tidak mencontohkannya. Namun argumen yang menyatakan hukumnya sunnah lebih kuat berdasarkan hadits tentang zikir keras di pagi hari.
Sholawat tarhim memuji Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Islam memperbolehkan dan menganjurkan sholawat tarhim untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Hadits taqriri Rasulullah SAW mendukung hal ini dengan membiarkan sahabat bersholawat sebelum azan karena tidak menyalahi syariat. Sholawat Tarhim yang diperdengarkan sebelum subuh memulai kebiasaan umat Islam untuk bangun sholat tahajud atau Sebelum subuh. Sholawat Tarhim yang dikumandangkan bertujuan membangunkan umat Islam agar sholat tahajud. Atau mengingatkan yang belum sahur agar segera makan.
Filosofi utama Sholawat Tarhim adalah sebagai pemberi peringatan spiritual yang lembut untuk membangunkan umat Islam. Khususnya menjelang Subuh, agar bersiap-siap melaksanakan ibadah. Seperti shalat Tahajud, sahur, dan shalat Subuh. Sekaligus sebagai penanaman cinta dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Serta penyebar dakwah yang menyejukkan dan penguatan identitas keislaman di Indonesia. Sholawat Tarhim berfungsi sebagai alarm spiritual untuk membangunkan umat Muslim dari tidur mereka. Mengingatkan akan datangnya waktu shalat (khususnya Subuh) dan ibadah lainnya.
Asal-usul dan Pencipta
Syekh Mahmud Khalil al-Hussary, seorang qari’ dari Mesir menciptakan Sholawat Tarhim pada tahun 1959. Syekh Mahmud Khalil Al-Hussary, merupakan seorang qari internasional dan ketua Jam’iyatul Qurra’ wal Huffadz (organisasi penghafal Al-Qur’an) di Mesir. Sholawat tarhim mulai populer di Indonesia pada akhir tahun 1960-an melalui siaran Radio Lokananta, Solo, dan Radio Yasmara, Surabaya, setelah Syekh Al-Hussary berkunjung dan merekamnya. Radio menyebarluaskan sholawat ini, dan kini masjid dan mushola secara lazim memperdengarkannya sebelum azan subuh, terutama di bulan Ramadhan, untuk membangunkan umat Islam dan mengingatkan mereka akan waktu sahur dan ibadah.
Tujuan dan Fungsi
Sholawat Tarhim bertujuan untuk membangunkan umat Islam agar segera bersiap untuk salat Subuh, atau melakukan sahur dan salat malam (tahajud), terutama saat bulan Ramadhan. Masjid dan mushola di Indonesia, terutama saat Ramadan, sering memperdengarkan sholawat Tarhim melalui pengeras suara sebelum azan Subuh sebagai tradisi penting. Syekh Mahmud al-Hussary melantunkan aslinya, tetapi di Indonesia, para pelantun lain seperti Syekh Abdul Azis juga sering melantunkannya ulang. Lantunan ini menjadi penanda waktu menjelang Subuh dan Maghrib, mengingatkan umat Islam untuk mulai bersiap.
Nabi Muhammad SAW mendapatkan pujian dan doa yang indah dari lantunan isi syair Sholawat tarhim. Meskipun tidak termasuk azan, masyarakat atau takmir masjid/mushola sering melantunkan sholawat tarhim melalui pengeras suara, terutama di Indonesia. Meskipun sering diperdengarkan sebelum adzan, Sholawat Tarhim bukan mengumandangkan adzan, melainkan mengingatkan. Hal ini dikarenakan kesederhanaan liriknya, sehingga bagian Assholatu wassalamu ‘alaika, yaa imaamal mujaahidiina ya Rasulalloh menjadi mudah diingat. Umumnya, bacaan sholawat tarhim berisi seruan kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah, seperti menyiapkan diri untuk sahur atau menunaikan shalat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
