Kalam
Beranda » Berita » Memahami Makna Ayat “Kami Lebih Dekat dari Urat Lehernya”

Memahami Makna Ayat “Kami Lebih Dekat dari Urat Lehernya”

Memahami Makna Ayat “Kami Lebih Dekat dari Urat Lehernya” Sumber: canva.com

SURAU.CO – Al-Qur’an mengandung banyak ayat yang indah dan mendalam. Salah satunya adalah firman Allah dalam Surat Qaf ayat 16. Ayat ini seringkali menyentuh hati banyak orang. Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia. Dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16)

Frasa “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” sangatlah kuat. Namun, ayat ini seringkali disalahpahami. Sebagian orang mengartikannya secara harfiah. Mereka mengira Dzat Allah SWT menyatu dengan tubuh manusia. Pemahaman ini sangat keliru dan berbahaya. Lantas, apa makna yang benar menurut para ulama?

Tafsir Pertama: Kedekatan Para Malaikat

Para ulama memberikan dua penjelasan utama. Penjelasan pertama dan yang paling kuat adalah konteks ayat itu sendiri. Kita tidak boleh memotong ayat ini dari ayat setelahnya. Ayat ke-17 dan ke-18 memberikan kunci jawabannya. Allah berfirman:

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya. Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaf: 17)

Berdasarkan ayat ini, banyak ulama tafsir menjelaskan. Maksud dari “Kami lebih dekat” adalah kedekatan para malaikat Allah. Malaikat Raqib dan ‘Atid senantiasa mengawasi manusia. Mereka mencatat setiap ucapan dan perbuatan. Kedekatan mereka begitu nyata, bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menegaskan makna ini dalam kitab tafsirnya. Beliau berkata:

“Maksudnya adalah para malaikat-Nya. Mereka lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Ada juga yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu Allah. Namun, makna yang pertama (yaitu malaikat) lebih sesuai dengan lafaz ayat.”

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Pendapat ini sangat kuat. Kata “Kami” dalam ayat tersebut merujuk pada utusan Allah, yaitu para malaikat.

Tafsir Kedua: Kedekatan Ilmu Allah

Penjelasan kedua tidak bertentangan dengan yang pertama. Penjelasan ini juga benar dan saling melengkapi. Maksud dari kedekatan di sini adalah kedekatan ilmu Allah SWT. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu tanpa terkecuali. Tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Perhatikan awal ayat 16: “…dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya…”. Kalimat ini adalah pembuka yang sempurna. Ia menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah. Bahkan bisikan hati yang paling rahasia pun Allah ketahui. Setelah itu, Allah menegaskan kedekatan-Nya. Ini adalah kedekatan dalam hal ilmu dan pengawasan.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan:

“Maksud kedekatan dalam ayat ini adalah kedekatan dengan ilmu dan pengetahuan-Nya. Serta kedekatan para malaikat-Nya yang mulia, yang ditugaskan untuk menulis dan mencatat (amalan).”

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Menjaga Aqidah yang Lurus

Kedua tafsir ini menjaga aqidah kita tetap lurus. Akidah Ahlus Sunnah meyakini bahwa Allah SWT Maha Tinggi. Dzat-Nya berada di atas langit, bersemayam di atas ‘Arsy. Hal ini sesuai dengan banyak dalil lain dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dzat Allah tidak menyatu atau berada di dalam makhluk-Nya.

Pemahaman yang keliru terhadap ayat ini bisa berbahaya. Ia bisa menjerumuskan seseorang ke dalam pemikiran wihdatul wujud (panteisme). Atau pemikiran hulul (inkarnasi). Keduanya adalah penyimpangan aqidah yang sangat fatal.

Pengawasan Sempurna

Jadi, makna ayat ini sangatlah jelas. Ia menunjukkan betapa sempurnanya pengawasan Allah terhadap hamba-Nya. Pengawasan ini Allah lakukan melalui ilmu-Nya yang tak terbatas. Juga melalui para malaikat-Nya yang senantiasa hadir.

Memahami makna ini seharusnya membuat kita semakin bertakwa. Kita akan merasa selalu diawasi oleh Allah. Setiap bisikan hati, ucapan lisan, dan gerakan tubuh, semuanya berada dalam pengetahuan dan catatan-Nya. Semoga pemahaman ini membuat kita lebih berhati-hati dalam menjalani hidup.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement