SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Sayyid Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama asal Hadramaut yang banyak berkiprah di Indonesia pada abad ke-20. Kitab ini disusun sebagai pedoman akhlak bagi anak perempuan, mengajarkan adab kepada Allah, Rasulullah ﷺ, orang tua, saudara, hingga masyarakat luas. Bahasanya sederhana, penuh kisah hikmah, dan mudah dipahami sehingga banyak dipakai di madrasah dan pesantren. Salah satu bab pentingnya adalah tentang persatuan, yang digambarkan dengan kisah tombak yang diikat dan dipatahkan.
1. Hikmah dari Seikat Tombak
Dikisahkan seorang ayah yang menjelang wafat memanggil anak-anaknya. Ia memberikan seikat tombak lalu meminta mereka mematahkannya. Satu per satu mencoba dengan sekuat tenaga, namun tidak berhasil. Kemudian, ayah itu melepaskan ikatan tombak dan memberinya satu per satu. Dengan mudah, anak-anak itu bisa mematahkannya.
Sang ayah berkata:
“Perumpamaan kalian seperti ikatan ini. Jika kalian bersatu, musuh tak akan mampu mengalahkan kalian. Tetapi jika kalian bercerai-berai, musuh akan mudah menghancurkan kalian satu demi satu.”
Pesan ini sederhana namun dalam: persatuan melahirkan kekuatan, sedangkan perpecahan melahirkan kelemahan.
2. Sya’ir tentang Persatuan
Kisah ini ditutup dengan bait sya’ir penuh makna:
تَجَمَّعُوا يَا بَنِيَّ عِنْدَ النَّوَائِبِ وَلَا تَتَفَرَّقُوا
“Bersatulah kalian wahai anak-anakku bila musibah menimpa, dan jangan bercerai-berai.”
إِنَّ الْقِسِيَّ إِذَا اجْتَمَعَتْ عَصِيَّةٌ وَإِذَا افْتَرَقَتْ تَكَسَّرَتْ
“Tombak-tombak yang berkumpul akan sulit dipatahkan, tetapi bila tercerai-berai, mudah dipatahkan satu demi satu.”
Syair ini menggambarkan betapa kokohnya persatuan dan betapa rapuhnya perpecahan. Ia mengingatkan anak-anak, keluarga, bahkan masyarakat luas, bahwa persaudaraan adalah benteng pertama menghadapi cobaan.
3. Relevansi untuk Kehidupan Modern
Pesan Umar Baraja dalam kisah ini tidak berhenti pada ruang keluarga. Ia juga relevan untuk masyarakat luas. Persatuan adalah kekuatan menghadapi tantangan sosial, politik, bahkan ekonomi.
Dalam kehidupan modern, banyak keluarga hancur karena konflik kecil yang dibiarkan membesar. Banyak organisasi tercerai karena ego dan ambisi. Dan banyak bangsa lemah karena perpecahan internal.
Persatuan bukan hanya idealisme, tetapi kebutuhan praktis. Dengan persatuan, keluarga menjadi teduh, komunitas menjadi kuat, dan umat menjadi berwibawa.
Menjadi Pengikat, Bukan Pemecah
Akhlaq lil Banat mengajarkan bahwa persatuan adalah sumber kekuatan. Kisah tombak yang sulit dipatahkan saat terikat menjadi simbol sederhana betapa Allah memberikan rahmat dalam kebersamaan.
Mari kita renungkan: apakah aku menjadi pengikat yang memperkuat persaudaraan, atau justru menjadi penyebab perpecahan?
“Ya Allah, satukan hati kami dalam kebaikan, jauhkan dari perpecahan, dan jadikan keluarga kami rumah yang penuh cinta dan persatuan.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
