SURAU.CO. Bulan Rabi’ul Awwal selalu hadir dengan cahaya keistimewaan bagi umat Islam. Inilah bulan kelahiran junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Gema shalawat dan kisah perjalanan hidup beliau kembali menggema di berbagai penjuru dunia.
Umat Islam merayakan Maulid Nabi dengan membaca Sirah Nabawiyyah atau kitab-kitab maulid untuk menghidupkan cinta kepada Rasulullah Muhammad Saw. Selain Kitab-kitab masyhur seperti Simṭuddurār dan Ḍiyā’ al-Lāmi‘, Maulid adz-Dzibai karya Syaikh Abdurrahman bin Ali adz-Dzibai juga sangat terkenal dan selalu menjadi bacaan “wajib” umat Islam nusantara dalam berbagai kegiatan religi terutama di Bulan Rabi’ul Awwal ini.
Rabi‘ul Awwal: Momen Cahaya dan Cinta Nabi Saw
Bulan Rabi‘ul Awwal selalu menjadi momentum istimewa bagi umat Islam karena menjadi saksi kelahiran Nabi Muhammad Saw, sosok agung yang Allah Swt utus sebagai rahmatan lil-‘ālamīn (QS. al-Anbiyā’: 107). Kehadiran Nabi mampu menyingkap kegelapan jahiliyah dan menghadirkan cahaya petunjuk. Maka tak heran, ketika bulan ini datang, umat Islam di berbagai penjuru dunia merayakannya dengan penuh suka cita. Dari masjid, pesantren, hingga rumah-rumah sederhana, gema shalawat, lantunan doa, dan pembacaan kitab maulid seperti Simṭuddurār, Barzanji, atau Adz-Dzibai kembali menggema. Semua itu menjadi ekspresi cinta yang menyatukan umat, menegaskan bahwa kerinduan kepada Nabi Saw selalu hidup sepanjang masa.
Namun, Maulid Nabi bukan sekadar perayaan seremonial. Ia adalah momen spiritual untuk meneguhkan cinta dan teladan kepada Rasulullah Saw. Peringatan kelahiran beliau mengajak umat Islam memperbarui syukur, menghidupkan sunnah, dan meneladani akhlak mulia yang beliau wariskan, sebagaimana sabda beliau, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur” (HR. Ahmad). Karena itu, Rabi‘ul Awwal menjadi bulan cahaya bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menyalakan kembali semangat persaudaraan, pengabdian, dan keteladanan Nabi dalam kehidupan nyata.
Mengenal Imam Adz-Dzibai
Syaikh Abdurrahman adz-Dzibai, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam adz-Dzibai, adalah seorang ulama besar yang berasal dari Zabid, Yaman—sebuah kota yang pada abad ke-9 Hijriah menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan Islam paling penting di dunia. Beliau dikenal luas sebagai seorang faqih yang mendalami fiqih, seorang muhaddits yang memiliki otoritas dalam bidang hadis, sekaligus penyair dengan karya-karya bernilai sastra tinggi.
Selain karya maulid yang sangat populer, yakni Maulid Adz-Dzibai, Imam Adz-Dzibai juga menulis sejumlah karya berharga dalam bidang hadis, sejarah, dan sastra. Semua karya tersebut memantulkan kecintaan beliau terhadap Rasulullah Saw sekaligus dedikasi yang tinggi terhadap dunia ilmu. Melalui tulisannya, beliau bukan hanya melestarikan nilai-nilai Islam, tetapi juga memperkaya khazanah peradaban Muslim dengan nuansa spiritualitas yang mendalam. Tak heran jika hingga kini, Maulid Adz-Dzibai terus dibaca dan diamalkan di berbagai belahan dunia Islam, termasuk Nusantara, sebagai salah satu bentuk cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw.
Maulid Adz-Dzibai: Untaian Kalimat Indah Penuh Makna
Kitab Maulid Adz-Dzibai merangkai kisah kelahiran Nabi Muhammad Saw, silsilah keturunannya, serta sekelumit perjalanan hidupnya dalam untaian kalimat indah. Susunan yang sederhana membuat banyak kalangan mudah membaca dan memahami isinya. Gaya bahasanya singkat, puitis, dan ritmis, sehingga lantunan Maulid Adz-Dzibai terasa merdu ketika jamaah melagukannya dengan irama hadrah atau rebana.
Salah satu ciri khas yang membuat pembacaan Maulid Adz-Dzibai semakin istimewa adalah adanya tradisi qiyām. Momen ketika para pembaca berdiri seraya melantunkan shalawat sebagai bentuk penghormatan dan kerinduan kepada Nabi. Kehadiran qiyām menjadikan pembacaan terasa penuh ruh, menyentuh hati, dan menciptakan suasana sakral yang membangkitkan kecintaan kepada Rasulullah Saw.
Dziba’an di Nusantara: Tradisi dan Kearifan Lokal
Di Nusantara, Maulid Adz-Dzibai hadir sebagai bagian penting dari tradisi keagamaan. Di Jawa, masyarakat melantunkannya pada momen keluarga, tasyakuran, dan selametan desa. Sementara di Madura, Dziba’an menambah semarak khitanan dan peringatan Maulid Nabi dengan iringan rebana yang menggetarkan suasana
Sementara itu di pesisir Sumatera, khususnya Aceh dan Riau, bacaan Dziba menyatu dengan seni zapin sehingga dakwah terasa hidup dan membumi. Dari pesantren hingga rumah-rumah lanting di Kalimantan, lantunan sholawat terus mengalun di tepi sungai. Kemudian di Sulawesi dan Maluku, umat Islam merayakan Maulid dengan pawai perahu berhias sambil menyanandungkan syair Adz-Dzibai.
Tradisi ini tidak pernah berhenti pada sekadar bacaan tapi ia hadir sebagai nafas cinta yang menyatukan umat dalam kerinduan mendalam kepada Nabi Muhammad Saw.
Adz-Dzibai, Jalan Cinta kepada Nabi
Maulid Adz-Dzibai bukan hanya sekadar kitab yang berisi kisah kelahiran Nabi, tetapi juga merupakan jalan untuk mengungkapkan cinta kepada Rasulullah Saw. Membaca maulid berarti menghidupkan shalawat, mempertebal rasa syukur, dan menanamkan teladan akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern yang serba cepat, tradisi Maulid Adz-Dzibai tetap relevan. Ia menjadi ruang untuk ketenangan batin, penguat identitas keislaman, serta media untuk mempererat ukhuwah Islamiyah. Dengan membaca Maulid, umat Islam menyalakan kembali ingatan kepada suri teladan Nabi.
Simfoni Kerinduan Nabi
Kitab Maulid Adz-Dzibai bukan hanya sekadar bacaan tetapi ia lahir sebagai simfoni kerinduan dari hati seorang ulama pecinta Rasulullah Saw. Dengan penuh cinta, sang ulama mewariskannya kepada umat, agar tali mahabbah kepada Nabi terus terjaga. Hari ini, gema Adz-Dzibai masih mengalun di nusantara. Dari mushola, masjid, hingga rumah di desa dan kota, umat Islam menyatukan hati dalam lantunan shalawat dan doa, seakan menemukan kembali makna rindu dan cinta sejati kepada Rasulullah Saw.
Membaca Maulid Adz-Dzibai berarti menyelami cahaya cinta, merasakan kehadiran ruhani Nabi, dan meneguhkan tekad untuk meneladani beliau dalam akhlak dan amal. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
