Pendidikan
Beranda » Berita » Apa Kewajibanmu Terhadap Ayah dan Ibumu Bedah Kitab Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Apa Kewajibanmu Terhadap Ayah dan Ibumu Bedah Kitab Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Ibu
Sebuah kelas Islam tradisional dengan sekelompok anak perempuan berpakaian putih dan peci hitam sedang belajar kitab akhlak.

SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat karya Sayyid Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hadramaut yang menetap di Nusantara, ditulis pada awal abad ke-20 untuk membimbing akhlak santri perempuan. Kitab ini populer di madrasah-madrasah karena bahasanya sederhana, tetapi sarat hikmah. Ia menekankan etika dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadikannya salah satu khazanah penting dalam pendidikan akhlak Islam klasik.

1. Besarnya Cinta Orang Tua dan Balasan Anak

Kitab ini memulai dengan sapaan lembut:

يَا بُنَيَّةُ الْعَزِيْزَةُ! قَدْ عَلِمْتِ مِقْدَارَ مَحَبَّةِ أَبِيْكِ وَأُمِّكِ لَكِ وَمَا تَحَمَّلَاهُ مِنْ مَشَقَّةٍ فِي تَرْبِيَتِكِ
“Wahai putri tercinta! Ketahuilah betapa besar cinta ayah dan ibumu kepadamu, serta betapa payahnya mereka dalam mendidikmu dengan sabar.”

Kalimat itu langsung menusuk hati. Sejak kecil hingga dewasa, orang tua menanggung lelah tanpa pamrih. Maka, balasan terbaik bagi anak adalah berbakti dengan sepenuh hati. Walau begitu, kitab menegaskan bahwa jasa mereka tak akan pernah terbalas tuntas.

Di zaman sekarang, mungkin bakti itu hadir dalam bentuk sederhana  menyiapkan obat ketika orang tua sakit, mendampingi mereka ke rumah sakit, atau sekadar mengirim pesan penuh kasih setiap pagi. Semua itu menjadi bentuk syukur atas cinta yang tak tergantikan.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

2. Bentuk Nyata Berbakti  Senyum, Doa, dan Adab

Umar Baraja menekankan tata krama praktis, misalnya berjabat tangan setiap pagi dan sore, mendengarkan nasihat, serta menyambut orang tua dengan wajah tersenyum. Bahkan pandangan penuh kasih pun bernilai pahala:

مَنْ نَظَرَ إِلَى وَالِدَيْهِ نَظْرَةَ رَحْمَةٍ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ حَجَّةً مَبْرُوْرَةً
“Barang siapa memandang kedua orang tuanya dengan kasih sayang, Allah tetapkan baginya pahala haji yang diterima.”

Bayangkan, sekadar memandang penuh cinta bisa bernilai setara pahala haji. Namun, kitab juga mengingatkan  jangan membelakangi orang tua, jangan memanggil dengan nama, jangan meninggikan suara, apalagi sampai menyakiti.

Fenomena modern kadang membuat adab-adab ini pudar. Anak lebih sibuk dengan gawai daripada mendengarkan orang tua. Padahal, mendengar cerita berulang tentang masa lalu mereka bisa menjadi bentuk bakti yang sederhana, tetapi sangat berharga.

3. Ridha Allah Ada pada Ridha Orang Tua

Kitab ini menegaskan pentingnya ridha orang tua dengan kutipan Al-Qur’an:

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا (الإسراء : 23)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu.”

Rasulullah ﷺ pun bersabda:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ
“Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah ada pada murka keduanya.”

Di sini jelas bahwa bakti pada orang tua bukan sekadar etika sosial, tetapi juga bagian dari iman. Bahkan amal besar seperti jihad, haji, atau sedekah tidak akan bernilai jika seorang anak masih durhaka.

Kita bisa merenung  sudahkah langkah-langkah hidup kita membuat orang tua tenang dan tersenyum? Atau justru mengundang kekecewaan mereka?

Sebab Kerusakan Anak Wanita

4. Berbakti Saat Hidup dan Setelah Wafat

Umar Baraja menekankan bakti tidak berhenti saat orang tua wafat. Anak masih bisa berdoa, memohonkan ampun, bersedekah, melaksanakan wasiat, hingga menyambung silaturahmi dengan kerabat mereka. Rasulullah ﷺ menegaskan:

“Seorang anak tetap bisa berbakti kepada orang tuanya setelah mereka wafat dengan mendoakan, memohonkan ampun, menunaikan wasiat, dan menjaga hubungan kerabat.”

Ini pesan penting bagi generasi kini. Banyak anak baru sadar betapa berharganya orang tua setelah mereka tiada. Padahal, kesempatan bakti tidak berhenti di liang lahat. Justru doa anak saleh menjadi cahaya bagi mereka di alam barzakh.

Bakti yang Menyelamatkan

Kitab Akhlaq lil Banat kembali menyadarkan kita: tiada jalan kebahagiaan tanpa bakti pada ayah dan ibu. Dalam doa mereka, hidup anak menjadi berkah. Dalam ridha mereka, Allah meridhai kita.

Mungkin kita tidak mampu membalas semua jasa mereka, tetapi kita bisa memastikan satu hal: jangan pernah membuat mereka menangis karena durhaka kita. Sebaliknya, buatlah mereka tersenyum dengan akhlak baik, kesungguhan belajar, dan doa yang tulus.

Mari bertanya pada diri sendiri  “Apakah aku sudah benar-benar menjadi anak yang diridhai ayah dan ibuku?”

“Ya Allah, ampunilah dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement