Pendidikan
Beranda » Berita » Sekelumit Akhlak Nabi ﷺ (II) dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Sekelumit Akhlak Nabi ﷺ (II) dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Sederhana
Kesederhanaan Nabi ﷺ yang tidur di atas tikar kasar, dan kelembutannya saat menggendong cucu di tengah shalat, menjadi teladan abadi tentang zuhud, kasih sayang, dan cinta sejati kepada Allah.

SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Sayyid Umar bin Ahmad Baraja, ulama asal Hadramaut yang banyak berkiprah di Jawa. Karya ini menjadi pedoman adab untuk santri putri agar terbiasa hidup dengan akhlak Islami. Tujuan penulis sangat jelas: menanamkan kecintaan kepada Rasulullah ﷺ dan mengajak kaum muslimah untuk meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Hingga kini, kitab ini diajarkan luas di pesantren dan madrasah, sehingga menempati posisi penting dalam khazanah Islam klasik di Nusantara.

1. Kesederhanaan sebagai Jalan Zuhud

Sejak kecil Rasulullah ﷺ ditempa dalam kehidupan sederhana. Di rumah pamannya, Abu Thalib, beliau terbiasa puas dengan makanan seadanya tanpa berebut dengan teman. Pengasuhnya, Ummu Aiman, bersaksi bahwa beliau tidak pernah tamak pada hidangan yang terbatas.

Setelah dewasa, ketika harta dan kekayaan mulai datang, beliau justru menjaga jarak dari gemerlap dunia. Tikar kasar menjadi alas tidurnya, sabut menjadi bantalnya, dan kurma serta gandum menjadi makanan pokok keluarganya. Dalam riwayat disebutkan, kadang berbulan-bulan tidak ada api yang dinyalakan di rumah Nabi ﷺ, cukup dengan kurma dan air.

Kesederhanaan ini bukan keterpaksaan, melainkan pilihan sadar. Rasulullah ﷺ lebih memilih kenikmatan akhirat daripada kesenangan fana. Inilah teladan zuhud: tidak diperbudak oleh dunia, meski dunia berada dalam genggaman.

2. Malu dan Menjaga Kehormatan

Rasa malu Nabi ﷺ begitu tinggi, bahkan melebihi gadis pingitan. Wajah beliau akan berubah ketika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati, namun beliau tidak pernah menyebut nama pelaku. Beliau hanya menegur secara umum:

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

“Kenapa orang-orang melakukan hal itu?”

Etika ini menunjukkan betapa Rasulullah menjaga marwah manusia. Beliau tidak menyinggung langsung, tetapi memberi isyarat agar semua merasa tersentuh.

Selain itu, beliau sangat menjaga kehormatan diri. Tangan beliau tidak pernah menyentuh wanita yang bukan mahram. Beliau juga qana’ah, merasa cukup dengan pakaian sederhana dan makanan seadanya. Jika menyukai makanan, beliau makan. Jika tidak, beliau hanya meninggalkannya tanpa mencela.

Dalam konteks hari ini, sikap ini menjadi pelajaran besar. Media sosial kerap membuat orang mudah mempermalukan sesama. Rasulullah ﷺ justru menunjukkan cara menegur dengan penuh kelembutan.

3. Dermawan dan Kasih Sayang yang Meliputi Semua

Kedermawanan Rasulullah ﷺ tidak tertandingi. Pernah beliau menerima 90.000 dirham, namun semuanya segera dibagikan sebelum beliau berdiri dari tempat duduk. Jika ada yang datang meminta, tetapi tidak ada yang bisa diberikan, beliau berkata:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Berhutanglah, nanti aku yang akan melunasinya.”

Bahkan ada riwayat bahwa beliau menghadiahkan kambing dalam jumlah besar hingga menutupi celah dua gunung. Orang yang menerimanya pulang kepada kaumnya dan berkata: “Masuklah kalian ke dalam Islam, karena Muhammad memberi dengan kelapangan hati yang tidak takut miskin.”

Kasih sayang beliau tampak dalam keseharian. Saat shalat, beliau menggendong cucunya Umamah, meletakkannya saat sujud, lalu mengangkatnya kembali ketika berdiri. Kepada anak kecil, beliau bercanda lembut:

“يَا أَبَا عُمَيْرٍ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟”
“Wahai Abu ‘Umair, apa kabar burung kecilmu?”

Ayat Al-Qur’an menegaskan misi agung itu:

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Akhlak Nabi ﷺ adalah cermin keindahan yang tak lekang oleh zaman. Beliau mampu hidup zuhud di tengah kekayaan, menegur dengan lembut tanpa mempermalukan, serta memberi tanpa batas meski tidak menyisakan untuk dirinya.

Kini pertanyaannya mampukah kita menyalakan secercah akhlak beliau dalam kehidupan modern? Sanggupkah kita sederhana di tengah budaya pamer, menjaga lisan di era komentar tajam, dan berbagi meski hanya sedikit yang dimiliki?

Semoga Allah menanamkan akhlak Rasulullah ﷺ dalam diri kita. Dengan begitu, kehidupan akan terasa lebih lapang, penuh cahaya, dan bermakna bagi sesama.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement