Pendidikan
Beranda » Berita » Sekelumit Akhlak Nabi ﷺ dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Sekelumit Akhlak Nabi ﷺ dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Akhlak Nabi
Nabi ﷺ memasuki kota Makkah bersama 10.000 sahabat, bukan dengan kesombongan, tetapi dengan penuh kerendahan hati. Beliau duduk di atas unta dengan kepala menunduk, menatap pelana karena takut dan syukur kepada Allah.

SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama abad ke-20 dari Hadramaut yang banyak berperan dalam pendidikan moral santri di Nusantara. Karya ini menjadi pedoman akhlak untuk santri putri (banat), melengkapi karya sebelumnya Akhlaq lil Banin bagi santri putra. Tujuannya sederhana namun mendalam membentuk karakter muslimah yang berakhlak mulia, meneladani Nabi ﷺ dalam kehidupan sehari-hari.

Posisinya sangat penting dalam khazanah Islam, karena kitab ini dipakai di madrasah dan pesantren untuk mengajarkan adab, akhlak, dan etika sosial. Di dalamnya, Umar Baraja menekankan bahwa akhlak Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk dihidupi dalam realitas umat Islam.

1. Rasulullah ﷺ sebagai Teladan Utama

Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagi kalian.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Dalam kitab Akhlaq lil Banat dijelaskan bahwa setiap muslim wajib meneladani Nabi ﷺ dalam perkataan, perbuatan, hingga ibadahnya. Keteladanan beliau melampaui sekadar ritual ia mencakup cara berkata, cara bersikap, hingga cara memperlakukan orang lain.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Di era modern, kita sering mencari figur publik sebagai role model. Namun, umat Islam sudah memiliki teladan agung sepanjang masa Rasulullah ﷺ. Keteladanan ini tidak lekang oleh waktu, tetap relevan bagi siapa pun yang ingin bahagia lahir batin.

2. Kejujuran dan Menepati Janji

Kejujuran adalah akhlak yang paling melekat pada Rasulullah ﷺ. Sejak kecil, beliau mendapat gelar Al-Amîn (yang terpercaya). Saat berdiri di Bukit Shafa, Nabi ﷺ bertanya kepada kaumnya:

“Jika aku katakan ada pasukan di balik lembah, apakah kalian mempercayaiku?”
Mereka menjawab: “Kami tidak pernah mendengar darimu kecuali kebenaran.”

Kisah ini mengajarkan bahwa integritas membangun kepercayaan. Bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau sudah menjadi simbol kejujuran.

Salah satu kisah yang dicatat Akhlaq lil Banat ialah ketika Abdullah bin Abil Hamsa’ berjanji bertemu Nabi ﷺ, namun ia lupa hingga tiga hari. Nabi tetap menunggu di tempat yang sama seraya berkata:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Wahai anak muda, engkau telah memberatkanku. Aku di sini selama tiga hari menantimu.”

Dalam kehidupan modern, janji sering dianggap ringan. Padahal, dari akhlak Nabi ﷺ kita belajar bahwa menepati janji adalah cermin harga diri dan penghormatan kepada orang lain.

3. Tawadhu’ dan Kesederhanaan

Rasulullah ﷺ juga dikenal dengan kerendahan hati yang luar biasa. Beliau tidak meminta diperlakukan istimewa, bahkan saat menjadi pemimpin pasukan yang menaklukkan Makkah bersama 10.000 sahabat. Beliau menundukkan kepala di atas untanya, penuh rasa syukur dan takut kepada Allah.

Kitab Akhlaq lil Banat meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ menolak diistimewakan:

“Aku tahu bahwa kalian melayani aku, tapi aku tidak suka diistimewakan. Sesungguhnya Allah tidak suka bila hamba-Nya diistimewakan di antara teman-temannya.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Bayangkan, seorang pemimpin dunia yang menambal bajunya sendiri, memerah susu kambingnya, bahkan menyapu rumahnya. Nilai tawadhu’ ini seakan menampar budaya pamer dan hedonisme yang banyak melanda generasi sekarang.

Kesederhanaan Nabi ﷺ mengajarkan bahwa kemuliaan bukan terletak pada kemewahan, melainkan pada akhlak dan kerendahan hati.

4. Sabar dan Pemaaf

Puncak akhlak Nabi ﷺ adalah kesabaran dan kelapangan hati dalam memaafkan. Beliau tidak hanya sabar terhadap cobaan, tetapi juga pemaaf terhadap orang-orang yang menyakitinya.

Kitab Akhlaq lil Banat mencatat, ketika beliau dilempari kotoran unta saat sujud di Ka’bah, putrinya Fatimah kecil yang membersihkan punggungnya. Namun, Nabi ﷺ tidak membalas, malah berdoa:

“Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, karena mereka belum tahu.”

Saat gigi beliau patah, wajahnya berdarah, dan tubuhnya terjatuh ke dalam lubang, doa yang sama keluar dari lisannya. Dan puncaknya, ketika Fathu Makkah, beliau memaafkan seluruh penduduk yang dahulu mengusir dan menyakitinya.

Di zaman penuh dendam dan konflik ini, akhlak pemaaf Nabi ﷺ menjadi cermin bahwa kekuatan sejati bukanlah membalas, melainkan memaafkan.

Hikmah untuk Kita Hari Ini

Dari kitab Akhlaq lil Banat Juz 2, kita belajar bahwa akhlak Nabi ﷺ mencakup kejujuran, menepati janji, tawadhu’, kesederhanaan, kesabaran, dan pemaaf. Semua sifat ini bukan sekadar cerita sejarah, tetapi jalan hidup yang relevan untuk menghadapi dunia modern.

Di tengah derasnya arus digital yang penuh pencitraan, akhlak Nabi ﷺ mengajarkan kejujuran. Di tengah budaya instan, beliau mengajarkan sabar dan menepati janji. Dan di tengah kompetisi yang sering melahirkan kesombongan, beliau menunjukkan arti kerendahan hati.

Mari kita merenung: sudah sejauh mana kita meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari?
Semoga Allah menjadikan kita umat yang benar-benar meneladani Rasulullah ﷺ, agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

اللهم اجعلنا من أتباع نبيك حقا، واحشرنا في زمرته يوم القيامة
Ya Allah, jadikanlah kami pengikut Nabi-Mu yang sejati, dan kumpulkanlah kami dalam barisannya di hari kiamat.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement