Pendidikan
Beranda » Berita » Kewajiban Seorang Anak Perempuan Terhadap Nabinya dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Kewajiban Seorang Anak Perempuan Terhadap Nabinya dalam Akhlaq lil Banat Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Mencintai Nabi
Tsauban, sahabat Rasulullah ﷺ, duduk dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca. Ia tampak gelisah karena lama tidak bertemu Nabi. Saat melompat, ia mengungkapkan kerinduannya: ia takut tak bisa melihat Nabi lagi di akhirat. Rasulullah ﷺ menatap penuh kasih sayang, sementara suasana sekitar Madinah tampak hangat dan teduh. Adegan ini menggambarkan cinta seorang sahabat yang tulus, sekaligus keagungan hak Nabi Muhammad ﷺ atas umatnya.

SURAU.CO- Seorang Muslimah tidak akan pernah mengenal Tuhannya tanpa perantara Rasulullah ﷺ. Beliau adalah cahaya yang menerangi jalan, pembawa agama Islam, penjelas antara halal dan haram, serta teladan dalam setiap amal kebaikan. Kitab Akhlaq lil Banat karya Umar bin Ahmad Baraja mengingatkan, kewajiban seorang anak perempuan terhadap Nabinya adalah hak terbesar setelah hak Allah ﷻ.

Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama asal Hadramaut yang hidup di abad ke-20. Beliau menulis Akhlaq lil Banat khusus untuk mendidik anak perempuan agar berakhlak Islami. Kitab ini sederhana, namun isinya padat: memadukan nasihat, dalil, dan kisah. Tujuannya jelas, agar anak-anak perempuan Muslimah tumbuh dalam cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mampu menjaga adab dalam kehidupan sehari-hari.

1. Mengagungkan Hak Nabi Muhammad ﷺ

Dalam kitab ini menegaskan:

«اِعْلَمِي أَنَّ لِنَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا عَظِيمًا يَجِبُ عَلَيْكِ أَنْ تُعَظِّمِيهِ، وَهُوَ أَعْظَمُ الْحُقُوقِ بَعْدَ حَقِّ اللهِ»
“Ketahuilah! Nabi Muhammad ﷺ memiliki hak agung yang harus kamu agungkan, dan haknya adalah hak paling besar setelah hak Allah.”

Menghormati Nabi berarti beradab dalam menyebut namanya, meneladani akhlaknya, dan menyadari bahwa lewat beliau kita mengenal Tuhan. Tanpa bimbingan Nabi, manusia takkan bisa membedakan halal dari haram, atau baik dari buruk.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Hari ini, menghormati Nabi dapat diwujudkan dengan menjaga sunnah beliau dalam kehidupan: kejujuran, kesederhanaan, kasih sayang, serta doa dan shalawat.

2. Mencintai Nabi, Ahlul Bait, dan Sahabatnya

Umar Baraja menulis bahwa cinta Nabi harus meluas pada keluarganya, sahabatnya, bahkan umatnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

«أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ اللهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي»
“Cintailah Allah karena nikmat yang Dia berikan, cintailah aku karena cinta kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena cinta kepadaku.”

Dalam hadis lain:

“Jagalah para sahabat untukku. Barang siapa mencintai mereka, maka karena cintaku ia mencintai mereka. Barang siapa membenci mereka, maka karena membenciku ia membenci mereka.”

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Cinta kepada Nabi berarti menjaga lisan dari mencela sahabat, menjaga hati dari dengki terhadap sesama, serta menumbuhkan kasih sayang. Bahkan iman tidak sempurna sampai seorang Muslim mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

3. Mentaati Perintah dan Menghidupkan Sunnah

Firman Allah ﷻ dengan tegas menyatakan:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا (الحشر: 7)
“Apa pun yang dibawa Rasul, ambillah. Dan apa yang ia larang, jauhilah.”

Dan dalam ayat lain:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ (النساء: 80)
“Barang siapa taat kepada Rasul, maka ia telah taat kepada Allah.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Taat kepada Nabi mencakup menolong agamanya, menghidupkan sunnah, dan meneladani akhlaknya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku. Dan barang siapa mencintaiku, ia akan bersamaku di surga.”

Bentuk lain ketaatan adalah memperbanyak shalawat. Allah sendiri berfirman:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 56)

Terutama di malam dan hari Jumat, shalawat menjadi bukti cinta sekaligus tiket syafaat kelak.

4. Kisah Tsauban Kerinduan Seorang Sahabat

Kitab ini juga memuat kisah Tsauban, sahabat Nabi yang sangat mencintainya. Ia gelisah bila lama tidak melihat Nabi ﷺ. Suatu hari ia berkata, “Jika di dunia aku bisa menemuimu, bagaimana nanti di akhirat? Jika aku masuk surga, kedudukanku tentu jauh darimu. Jika aku tidak masuk surga, aku tak akan pernah melihatmu selamanya.”

Maka Allah menurunkan firman-Nya:

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا (النساء: 69)
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul, mereka itu bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah: para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.”

Kisah ini mengajarkan, kerinduan sejati kepada Nabi harus diwujudkan dengan ketaatan, karena dengan itulah seorang hamba berhak menjadi teman beliau di surga.

Hikmah untuk Kita

Kewajiban anak perempuan terhadap Nabi Muhammad ﷺ mencakup empat hal: mengagungkan hak beliau, mencintai beliau beserta keluarga dan sahabat, menaati perintahnya, serta merindukannya dengan kerinduan yang berbuah ketaatan.

Di zaman modern, cinta kepada Nabi bisa diwujudkan dengan meneladani akhlaknya: jujur di tengah kebohongan, sederhana di tengah kemewahan, sabar di tengah cobaan, dan penuh kasih sayang di tengah kerasnya dunia.

Mari kita bertanya, sudahkah cinta kita kepada Nabi berwujud dalam perbuatan nyata? Semoga Allah menanamkan kerinduan yang tulus pada hati kita, melahirkan akhlak yang indah, dan mengumpulkan kita bersama Nabi di surga-Nya. آمين.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement