SURAU.CO–Hidup seorang anak perempuan sering dipenuhi harapan besar dari keluarga maupun masyarakat. Namun, sebelum berbicara tentang peran sosial, seorang Muslimah terlebih dahulu harus memahami kewajibannya kepada Allah ﷻ. Kitab Akhlaq lil Banat karya Umar bin Ahmad Baraja mengingatkan bahwa segala nikmat yang kita miliki bersumber dari Allah, dan cara terbaik untuk menjaganya adalah dengan syukur, takwa, serta cinta kepada-Nya.
Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama dari Hadramaut, menulis Akhlaq lil Banat dengan tujuan mendidik anak perempuan agar memiliki akhlak Islami yang kokoh. Kitab ini dipakai di madrasah dan pesantren, khususnya di kalangan siswi. Lebih jauh, karya ini berfungsi sebagai panduan praktis yang mengajarkan hubungan seorang anak perempuan dengan Allah, orang tua, guru, dan masyarakat. Karena itu, Akhlaq lil Banat menjadi salah satu referensi penting dalam khazanah pendidikan akhlak klasik.
1. Menghargai Nikmat Allah yang Tak Terhitung
Baraja membuka nasihatnya dengan kata penuh kasih:
«يَا بِنْتِي الْأَدِيبَةُ، إِنَّ اللهَ تَعَالَى أَنْعَمَ عَلَيْكِ نِعَمًا كَثِيرَةً…»
“Wahai anak perempuan yang beradab, Allah Ta’ala telah menganugerahkan banyak nikmat untukmu…”
Allah menciptakan manusia dalam bentuk sempurna, memberikan pendengaran, penglihatan, dan lisan. Bahkan, kasih sayang orang tua serta bimbingan guru pun termasuk nikmat yang besar. Firman-Nya menegaskan:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna.” (QS. At-Tin: 4)
Nikmat itu terlalu banyak untuk dihitung. Oleh sebab itu, seorang anak perempuan perlu menyadari betapa berharganya dirinya di mata Allah. Di zaman modern, ketika perempuan sering merasa kurang karena standar kecantikan atau tekanan sosial, pesan ini hadir sebagai peneguhan identitas: engkau adalah ciptaan terbaik.
2. Syukur, Takwa, dan Cinta kepada Allah
Setelah menyadarkan tentang nikmat, Baraja menuntun muridnya untuk bersyukur dengan mentaati Allah:
“Bersyukurlah kepada Tuhanmu dengan mentaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mengagungkan-Nya di dalam hatimu, agar kamu tidak melakukan keburukan meskipun sendirian.”
Syukur bukan hanya ucapan, tetapi sikap hidup. Rasulullah ﷺ bersabda:
«اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ»
“Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada.” (HR. Tirmidzi)
Syukur melahirkan takwa, sementara takwa menumbuhkan cinta. Bahkan, Baraja mengingatkan agar seorang anak perempuan mencintai Allah melebihi orang tuanya dan dirinya sendiri. Lebih jauh, cinta itu harus meluas pada malaikat, nabi, dan orang-orang saleh. Mengapa demikian? Karena Allah mencintai mereka, dan mencintai apa yang Allah cintai adalah tanda iman.
3. Tawakal dan Rasa Takut kepada Allah
Selain syukur dan cinta, seorang Muslimah dituntun untuk menggantungkan hatinya hanya pada Allah. Baraja menuliskan:
«وَعَلَيْكِ أَنْ تَعْلِقِي قَلْبَكِ بِرَبِّكِ، وَتَسْتَعِينِي بِهِ فِي جَمِيعِ أُمُورِكِ»
“Gantungkanlah hatimu kepada Tuhanmu, mintalah pertolongan kepada-Nya dalam semua urusanmu.”
Hadis riwayat Ibn Abbas mempertegas:
“Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah…”
Pesan ini sangat relevan. Saat banyak orang menggantungkan harapan pada manusia atau sistem dunia, kitab ini menegaskan bahwa hanya Allah yang memegang takdir. Tawakal menjadikan hati lapang, meski hidup penuh ujian.
Lebih jauh, Baraja menekankan pentingnya rasa takut kepada Allah. Dengan rasa takut itu, seseorang terjaga dari maksiat. Tanpa rasa takut, manusia bisa lebih hina dari hewan karena mengikuti hawa nafsu tanpa peduli halal dan haram. Allah sendiri berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kalian.” (QS. Ibrahim: 7)
Syukur menambah nikmat, sementara kufur menghapusnya. Oleh karena itu, menjaga syukur dan takwa bukan hanya kewajiban, tetapi juga kunci kebahagiaan.
Hikmah untuk Kita Hari Ini
Pesan Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banat terasa sederhana, tetapi sangat dalam. Syukur menumbuhkan cinta, tawakal melahirkan ketenangan, dan rasa takut kepada Allah menjaga dari maksiat. Semua itu menjadi kewajiban utama seorang anak perempuan terhadap Tuhannya.
Kini, mari kita merenung: apakah kita sudah benar-benar bersyukur, atau masih sibuk mengeluh? Apakah hati kita sudah bergantung kepada Allah, atau masih pada dunia?
Semoga Allah menjadikan setiap perempuan Muslimah sebagai cahaya kebaikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. آمين.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
