Khazanah
Beranda » Berita » Nasida Ria: Melodi Kasidah Abadi di Bulan Rabi‘ul Awwal

Nasida Ria: Melodi Kasidah Abadi di Bulan Rabi‘ul Awwal

Album Nasida Ria yang Hari Ini Masih Melegenda

SURAU.CO. Bulan Rabi’ul Awwal selalu hadir dengan keistimewaan. Gema sholawat dan kasidah mengalun syahdu, menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw. Di tengah suasana penuh berkah ini, nama Nasida Ria menjadi ikon tak terpisahkan. Grup kasidah legendaris asal Semarang ini, sejak 1975, telah menghiasi telinga dan hati umat Islam dengan melodi indah dan syair inspiratif.

Lebih dari sekadar hiburan, kehadiran Nasida Ria menjadi sarana dakwah yang mampu merangkul berbagai kalangan. Lantunan kasidah mereka, nisa menyampaikan pesan moral, kritik sosial, hingga ajakan untuk memperdalam cinta kepada Rasulullah. Tak heran bila setiap kali bulan Rabi‘ul Awwal tiba, alunan mereka selalu kembali menggema, menghadirkan nostalgia sekaligus menguatkan spiritualitas umat.

Nasida Ria: Perjalanan Panjang Melodi Kasidah

Nasida Ria lahir dari gagasan KH. Muhammad Zain, seorang ulama dan muballigh di Semarang. Beliau memiliki visi dakwah yang unik. Dakwah harus hadir lebih dekat dengan masyarakat. Visi tersebut melahirkan grup kasidah ini. Dengan perpaduan rebana dengan instrumen modern seperti gitar, organ, dan mandolin menciptakan nuansa baru dalam musik religius.

Awalnya, mereka tampil di acara-acara lokal Semarang. Majelis taklim, perayaan Maulid, hingga hajatan warga menjadi panggung awal mereka. Namun, ketika media kaset pita dan radio mulai populer, suara mereka menyebar luas. Lagu-lagu mereka diputar di warung kopi, toko kaset, hingga radio kampung. Kasidah menjadi media dakwah yang efektif.

Puncak Kejayaan dan Lagu-Lagu Ikonik

Dekade 1980-1990an menjadi puncak kejayaan Nasida Ria. Album-album mereka laris manis. Rumah-rumah menyimpan kaset mereka. Keistimewaan mereka bukan hanya pada suara dan harmoni musik. Syair lagu mereka juga sarat pesan.
Lagu-lagu mereka tidak hanya memuji Nabi. Lagu mereka juga menyampaikan kritik sosial, doa, dan pesan moral. Contohnya, lagu “Perdamaian” menyerukan persatuan umat. Lagu “Tahun 2000” mengingatkan pentingnya nilai agama.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Kemudian, siapa yang tak hafal syair legendaris berikut?

“Di langit ada matahari, bersinar menerangi bumi
Cahayanya yang tajam, menembus kegelapan, menerangi seluruh alam…”

“Nabi Muhammad nabi akhiruzzaman, Rahmat bagi umat di seluruh alam
Nabi Muhammad mataharinya dunia, Yang bersinar abadi sepanjang zaman

Bait sederhana ini adalah simbol cahaya Islam. Matahari sebagai sumber terang, bumi sebagai tempat beramal, dan Nabi Muhammad Saw sebagai penuntun. Lirik sederhana itu adalah pembuka dari lagu Nabi Muhammad Mataharinya Dunia—bagian dari khazanah kasidah yang dibawakan Nasida Ria. Bait ini bukan sekadar syair tetapi simbol cahaya Islam yang berusaha menerangi kehidupan, dan telah lama memukau hati mereka yang mendengarnya.

Kasidah Nasida Ria: Merentasi Batas Budaya

Keunikan Nasida Ria memikat dunia, mereka pernah tampil di Jerman, Malaysia, dan Timur Tengah. Mereka membawa musik dan budaya Islam Nusantara yang damai. Pertunjukan internasional membuktikan kasidah adalah ekspresi spiritual universal dan pada akhirnya irama sederhana berpadu syair Islami bisa menembus batas budaya.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Dalam perjalanannya, beberapa personel awal telah wafat. Namun, semangat dakwah melalui musik tetap berkobar. Nasida Ria masih solid dengan 12-13 personel aktif. Hj. Rien Djamain memimpin sebagai ikon panggung. Mereka tetap mempertahankan ciri khas kasidah modern. Instrumen musik campuran—rebana, gendang, violin, gitar, organ, dan mandolin—dimainkan oleh personel.

Manajemen keluarga Zain menjaga ruh perjuangan dengan puluhan album kasidah telah dirilis. Album terakhir “Cahaya Ilmu” dirilis pada 2010. Lagu-lagu mereka terus hidup di pengajian, media digital, dan menginspirasi grup kasidah lain.

Warisan Nasida Ria di Bulan Rabi’ul Awal

Bulan Rabi’ul Awwal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Umat Islam memperbanyak sholawat dan merayakan Maulid dan lagu-lagu Nasida Ria menemukan panggung terbaiknya. Di pengajian, sebagian kasidah mereka diputar sebelum acara dimulai. Lagu-lagu sholawat dan doa menjadi soundtrack spiritual.  Perjalanan panjang Nasida Ria membuktikan bahwa dakwah bisa hadir lewat seni. Dari panggung kampung hingga internasional, mereka tetap melegenda dan masyhur. Syair mereka menyala di bulan Rabi’ul Awwal.

“Cintailah Nabi dengan sholawat, cintailah bumi dengan amal baik, dan cintailah sesama dengan kedamaian.”

Nasida Ria bukan hanya grup kasidah tetapi ia adalah warisan budaya dan inspirasi. Melodi mereka tak lekang oleh waktu, terus abadi bersama cahaya Rabi’ul Awwal.(kareemustofa)

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement