Khazanah
Beranda » Berita » Refleksi atas Kebakaran Pasar: Antara Musibah dan Ujian Persatuan

Refleksi atas Kebakaran Pasar: Antara Musibah dan Ujian Persatuan

Refleksi atas Kebakaran Pasar: Antara Musibah dan Ujian Persatuan

Refleksi atas Kebakaran Pasar: Antara Musibah dan Ujian Persatuan.

 

Gambar ini memperlihatkan suasana sebuah pasar yang baru saja dilanda kebakaran. Barang-barang yang tersisa berserakan di jalan: kasur, bantal, guling, manekin, dan aneka perlengkapan rumah tangga. Di balik tumpukan itu, kita bisa melihat wajah-wajah penuh duka para pedagang yang kehilangan tempat mencari nafkah. Api sudah padam, tetapi asap masih mengepul. Ada rasa kehilangan, ada kesedihan yang berat, tapi juga ada harapan dan kekuatan yang tersisa dalam diri masyarakat.

Kebakaran pasar bukan sekadar peristiwa fisik, tetapi juga ujian sosial, ekonomi, bahkan spiritual. Sejenak kita diingatkan bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah yang fana. Sebesar apa pun usaha kita, sehebat apa pun harta yang kita kumpulkan, dalam sekejap ia bisa hilang tak bersisa.

Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an:
“Setiap yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27)

Ayat ini meneguhkan hati kita bahwa harta hanyalah titipan. Ketika ia musnah, kita tidak kehilangan segalanya—selama iman dan amal kita tetap terjaga.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari musibah ini

1. Kerapuhan Dunia dan Kesadaran Akhirat
Barang-barang yang menumpuk itu mengingatkan kita bahwa sekuat apa pun kita menjaga, dunia tetap fana. Yang abadi hanyalah amal saleh. Inilah saat untuk menguatkan ikatan dengan Allah, memperbanyak istighfar, dan menata kembali niat dalam mencari nafkah.

2. Ujian Kesabaran dan Keteguhan Hati
Bencana itu menguji kesabaran para pedagang yang kehilangan toko dan barang dagangan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Kita bisa mengubah musibah ini menjadi jalan pahala dengan menerimanya dengan sabar.

3. Persatuan dan Gotong Royong
Masyarakat membantu satu sama lain, mengangkat barang, dan mencari sisa yang masih bisa diselamatkan dengan semangat gotong royong. Inilah kekuatan kita: solidaritas. Saat musibah, rasa kepedulian harus lebih besar daripada ego pribadi.

4. Pentingnya Ikhtiar dan Kesiapsiagaan
Selain sabar dan tawakal, kita juga perlu berikhtiar. Musibah kebakaran pasar berulang kali terjadi di berbagai daerah. Sudah saatnya kita memperhatikan standar keamanan pasar: instalasi listrik, akses pemadam kebakaran, jalur evakuasi, hingga pelatihan darurat.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

5. Hikmah dalam Musibah
Terkadang Allah ﷻ mengambil sesuatu untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Bisa jadi ini jalan untuk membersihkan harta dari yang tidak halal, membuka peluang usaha baru, atau menumbuhkan kesadaran kolektif agar lebih peduli pada sesama.

Penutup: Hamba Yang Sabar dan Bersyukur

Kebakaran pasar ini adalah musibah, tapi juga bisa menjadi momentum perbaikan. Bagi para pedagang, ini adalah ujian kesabaran dan keikhlasan.

Bagi masyarakat luas, ini adalah panggilan untuk saling membantu. Dan bagi kita semua, ini adalah pengingat bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara.

Semoga Allah memberi kekuatan kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah, mengganti kerugian mereka dengan rezeki yang lebih baik, serta menjadikan kita semua hamba yang sabar dan bersyukur. Aamiin.

 

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

 

 


Sahabat Sejati: Antara Nasehat dan Basa-Basi.

Dalam kehidupan, kita sering mendengar ungkapan “teman sejati terlihat ketika kita sedang susah.” Namun, ada satu lagi ciri yang lebih dalam dari seorang sahabat sejati, yaitu ketika ia berani menasehati kita dengan tulus meski berisiko ditolak atau bahkan dibenci.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang justru tersinggung ketika dinasehati. Nasehat dianggap sebagai bentuk menggurui, meremehkan, atau bahkan mencampuri urusan pribadi. Akibatnya, banyak persahabatan yang kandas hanya karena sebuah kalimat jujur yang sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan.

Padahal, sahabat sejati bukanlah mereka yang hanya mampu memberi hiburan dan basa-basi, melainkan mereka yang peduli akan arah hidup kita. Mereka rela mengambil risiko kehilangan kenyamanan hubungan demi menyelamatkan kita dari kesalahan atau keburukan yang bisa membahayakan masa depan.

Nasehat adalah tanda cinta: Seorang sahabat yang menegur dengan lembut sebenarnya sedang menunjukkan betapa besar kepeduliannya. Ia tidak ingin kita terjerumus, ia tidak ingin kita menyesal. Nasehat adalah bentuk kasih sayang yang tulus, bukan serangan.

Basa-basi itu menyenangkan, tapi menipu: Teman yang hanya memberi kita pujian palsu, selalu mengangguk tanpa peduli benar salah, sebenarnya tidak benar-benar peduli pada kita. Mereka hanya ingin menjaga kenyamanan semu, tanpa keberanian untuk jujur.

Belajar menerima teguran

Tidak semua nasehat harus kita telan mentah-mentah, tapi menolak semua nasehat dengan perasaan sakit hati juga bukan sikap yang bijak. Justru di situlah ujian kedewasaan: mampukah kita melihat kebenaran dari kata-kata yang mungkin terdengar pahit?

Rasulullah ﷺ bersabda: “Agama itu adalah nasehat.” (HR. Muslim)

Artinya, nasehat adalah bagian penting dalam menjaga iman, persahabatan, bahkan kehidupan sosial. Menasehati bukanlah tanda kebencian, tetapi tanda kepedulian.

Refleksi: Jika kita memiliki sahabat yang berani menegur dan mengingatkan, bersyukurlah. Itu artinya Allah masih menitipkan seseorang yang peduli pada kita. Dan jika kita diminta untuk menasehati sahabat, lakukanlah dengan hikmah, kelembutan, dan ketulusan.

Karena sejatinya, sahabat terbaik bukanlah yang hanya pandai berkata manis, tetapi yang rela mengingatkan ketika kita salah jalan. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement