SURAU.CO. Presiden RI Prabowo Subianto memberikan tanda kehormatan Bintang Mahaputera kepada sejumlah ulama diantaranya tokoh terkemuka dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Penghargaan ini adalah pengakuan Pemerintah atas jasa dan pengabdian mereka yang luar biasa bagi bangsa dan negara. Upacara penganugerahan ini menjadi momen penting pengakuan negara terhadap peran para tokoh.
Dua pemimpin organisasi Islam yaitu Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir mendapatkan penghargaan Bintang mahaputra Utama. pemerintah menilai keduanya memiliki kontribusi besar dalam bidang masing-masing.
Menurut pemerintah KH Miftachul Akhyar jasa besar dalam bidang dalam bidang keagamaan dan kebangsaan melalui kepemimpinan sebagai Rais Aam PBNU yang memperkuat peran Islam rahmatan lil ‘alamin. Selain itu, KH Miftachul Akhyar juga aktif mendorong moderasi beragama. Upaya tersebut dinilai berhasil menjaga persatuan umat. Kontribusinya memperkuat kerukunan nasional serta stabilitas kehidupan berbangsa.
Sementara itu, Prof. Haedar Nashir karena berjasa luar biasa dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan kebangsaan melalui kepemimpinan sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Selain itu juga memperluas jaringan pendidikan, layanan kesehatan, dan gerakan sosial sehingga memperkuat peran civil society dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Penghargaan sebagai Spirit Pemersatu Bangsa
Atas penghargaan tersebut , Prof. Haedar Nashir menyampaikan terima kasih. Prof Haedar menyebut pesan penting dari Presiden Prabowo Subianto atas semuanya atas pengorbanan dan pengabdian, itu poin pentingnya. Bagi haedar, Bintang Mahaputera bukan sekadar simbol. Anugerah ini adalah bentuk perhatian negara kepada para tokoh yang berkontribusi.
“Saya terima kasih kepada Pak Presiden Prabowo Subianto. Ada hal yang sangat penting di mana beliau begitu rupa mengapresiasi mengakomodasi dan menyatukan seluruh potensi bangsa lewat penghargaan ini, ‘ ujarnya.
Selain itu penghargaan juga diberikan kepada Prof. Abdul Mu’ti, yang kini menjabat menteri pendidikan dasar dan menengah, turut dianugerahi. Pemerintah menilainya Prof Abdul Mu’ti erjasa luar biasa dalam bidang pendidikan melalui kebijakan di pendidikan dasar dan menengah yang memperkuat kurikulum nasional, pemerataan akses pendidikan, serta peningkatan mutu guru.
Negara juga memberikan penghargaan secara anumerta. Sejumlah ulama kharismatik yang telah wafat menerima Bintang Mahaputera Utama. Mereka adalah pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, almarhum KH Yusuf Hasyim. Lalu, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, almarhum KH Maimun Zubair. Serta pengasuh Pesantren Buntet Cirebon, almarhum KH Abdullah Abbas.
Penghargaan untuk Dakwah, Budaya, dan Sastra
Selain itu pemerintah turut memberikan Bintang Mahaputera Pratama kepada ulama lain. Di antaranya adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso, almarhum KH Muhammad Maksum. Tokoh Islam KH Abdul Ghofur juga memperoleh penghargaan yang sama.
Ketua Umum MUI, KH Anwar Iskandar, juga menerima Bintang Mahaputera Pratama. Beliau mendapatkan anugerah ini karena berjasa luar biasa dalam bidang dakwah, Pendidikan dan kebangsaan. Selain itu juga Aktif membina umat melalui Pendidikan agama serta mendorong penguatan moderasi beragama dan nilai-nilai kebangsaan.
Di bidang seni dan budaya, dua budayawan Islam ternama mendapatkan Bintang Mahaputera Nararya. Sastrawan Taufiq Ismail menjadi salah satunya. Ia dinilai “Berjasa luar biasa dalam bidang seni dan budaya, penciptaan dan penyebaran sastra Indonesia, penyuntingan karya sastra, penerjemahan karya dunia, serta berpartisipasi aktif dalam kongres sastra internasional, sehingga memperkuat posisi sastra Indonesia di tingkat nasional dan internasional.”
Tokoh lainnya adalah MH Ainun Najib atau Cak Nun. Ia diapresiasi karena “Berjasa luar biasa dalam bidang sastra dan budaya melalui pendekatan dakwah kultural dan Islam inklusif yang menyampaikan dakwah ramah budaya, penuh cinta, membangun kesadaran sosial dan spiritual, serta mendirikan kelompok musik Kiai Kanjeng sebagai media dakwah dan dialog sosial yang memadukan tradisional Jawa dengan unsur Islam dan global, sehingga dapat mengatasi masalah sosial di masyarakat.”
Mengenal Bintang Mahaputera, Tanda Kehormatan Agung dari Negara
Bintang Mahaputera adalah tanda kehormatan tertinggi kedua yang oleh Pemerintah Republik Indonesia. Penghargaan ini setingkat di bawah Bintang Republik Indonesia. Dalam sejarahnya secara penggunaannya pada tahun 1959. Penghargaan ini diberikan kepada individu yang berjasa secara luar biasa dalam menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penghargaan ini memiliki lima kelas, yaitu Adipurna, Adipradana, Utama, Pratama, dan Nararya. Secara otomatis, Presiden dan Wakil Presiden RI menjadi penerima kelas tertinggi, Bintang Mahaputera Adipurna. Desain bintang ini sangat simbolis. Berbentuk bintang putih bersudut lima, di tengahnya terdapat medali merah bertuliskan “MAHAPUTERA” yang berisi untaian 8 buah kapas dan 45 butir padi, melambangkan hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Warna merah dan putih pada bintang juga merepresentasikan bendera kebangsaan.
Cara pemakaiannya bervariasi sesuai tingkatan da mulai dari selempang. Adapun selempang pada bahu kanan untuk kelas tertinggi, hingga pita kalung untuk kelas di bawahnya. selain itu ada pata patra atau bintang yang ada pada dada kiri sebagi pelengkap. Bintang Mahaputera menjadi simbol pengakuan tertinggi negara atas dedikasi luar biasa para putra-putri terbaik bangsa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
