Surau.co. Suara rakyat adalah gema yang tak pernah padam. Ia tidak hanya menggema di jalan-jalan kota, tetapi juga bergetar di dalam hati manusia yang mencintai keadilan. Sejak dulu, rakyat menggunakan suaranya untuk menegakkan kebenaran, menyuarakan keadilan, dan menjaga amanah kehidupan bersama.
Allah menegaskan prinsip keadilan ini dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
(QS. An-Nisa [4]: 58)
Artinya, amanah harus disampaikan kepada yang berhak, dan setiap hukum ditetapkan dengan adil. Karena itu, suara rakyat adalah pengingat agar pemimpin tidak melupakan janji keadilan.
Lebih dari itu, Al-Qur’an juga menegaskan bahwa musyawarah adalah landasan bersama:
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
(QS. Asy-Syura [42]: 38)
Musyawarah bukan sekadar tradisi, melainkan cermin kerendahan hati pemimpin untuk mendengar suara rakyat.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِي تَهَابُ أَنْ تَقُولَ لِلظَّالِمِ يَا ظَالِمُ فَقَدْ تُوُدِّعَ مِنْهُمْ
(HR. Ahmad)
“Jika umatku takut berkata kepada orang zalim: ‘Hai orang zalim!’, maka sungguh umat itu telah ditinggalkan (oleh Allah).”
Hadis ini memberi keberanian moral: suara rakyat yang menegur kezaliman justru bagian dari iman. Oleh karena itu, gaung jalanan tidak boleh dianggap sekadar keributan, melainkan panggilan nurani yang abadi.
Ibn ‘Athaillah dalam al-Hikam menegaskan:
الْحَقُّ لَا يَضُرُّهُ قِلَّةُ السَّاعِينَ إِلَيْهِ، وَلَا يَنْفَعُ الْبَاطِلَ كَثْرَةُ الْمُقْبِلِينَ عَلَيْهِ
“Kebenaran tidak akan hilang karena sedikitnya orang yang memperjuangkannya, dan kebatilan tidak akan menjadi benar karena banyaknya orang yang mengikutinya.”
Pesan ini sangat dalam. Ia menegaskan bahwa suara rakyat sejati harus tetap berjalan di atas kebenaran, bukan sekadar jumlah.
Karena itu, suara jalanan sesungguhnya bukan sekadar teriakan massa. Ia adalah gema jiwa yang mengingatkan manusia agar tidak terjebak dalam kezaliman. Selama masih ada rakyat yang berani menyuarakan keadilan, selama itu pula ruh peradaban tetap hidup.
Gaung itu abadi, karena ia bersumber dari fitrah: kerinduan manusia akan keadilan dan kebenaran.
* Reza Andik Setiawan
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
